Pengalaman baca novel Yu Hua, Brothers (Dua Bersaudara)
Melupakan masa lalu itu artinya berkhianat pada masa lalu (Kamerad Lenin)
***
Apakah benar sebuah kota bisa mengubah watak penduduknya? Apa memang perubahan itu dapat mengacaukan keyakinan, persaudaraan dan ikatan? Yu Hua mau menjawab itu dengan membuka cerita tentang dua saudara: Li Gundul dan Song Gang.
Dua orang bersaudara hidup dalam zaman yang bergolak. Li Gundul dan Song Gang tumbuh di tengah kota Liu. Kota yang penduduknya suka gosiip, berhubungan erat satu dengan yang lain dan juga mudah ditipu. Bersama warga kota Liu dua anak itu melesat dalam petualangan yang konyol, menghibur tapi juga mengharukan.
Mengintip orang buang air hingga menceritakan soal bokong. Diolah dengan gaya mendongeng kita seperti diajak mengelilingi kota dengan gembira. Para penduduk kota Liu dikenalkan dengan cara yang segar: tukang cabut gigi yang sangat ahli, tukang besi yang sombong hingga penyair yang sering mengutip kata para sastrawan.
Walau didera oleh banyak soal tapi dua anak ini hidup di alam yang gembira. Meski lapar mereka tetap bersatu, walau diancam mereka tetap bersama dan keduanya tak takut hadapi petualangan. Hidup seperti alur yang bergelombang, diawali dari rasa bahagia lalu berjalan dengan kepedihan. Itulah saat revolusi berguncang.
Revolusi kebudayaan itu menggilas kesadaran akal sehat. Hanya dengan tuduhan tuan tanah nasib seseorang bisa berbelok mengerikan. Nasib itu mencekik begitu keji hingga tak bisa kita berkelit. Song Fanping dulunya pria lucu, terhormat dan romantis. Menyayangi dua puteranya serta dikagumi oleh istrinya. Padanya dilekatkan tuduhan keji: keturunan tuan tanah.
Cerita berbelok dengan pedih. Bapak pecinta keluarga itu dihabisi dengan keji. Istrinya yang sakit terpana melihat mayatnya. Dua anak itu hanya bisa menelan rasa sedih. Guncangan revolusi itu memukul sendi terdalam masyarakat: keluarga. Ketua Mao sudah serupa dengan Tuhan. Kata-katanya seperti wahyu yang tak bisa dipertanyakan.
Kalau kita membaca masa itu seperti diajak dalam kubangan neraka. Yen Hua penulisnya menyusun kisah pada masa itu seperti diatas kubangan darah. Saat mana kota Liu seperti dihuni oleh iblis yang mencari mangsa siapa saja: orang yang kena tuduhan harus bawa kepingan papan yang dikalungkan di leher lalu siap dicaci.
Pukulan revolusi itu menghantam keluarga Song Fang Ping: ia tewas, anaknya jadi yatim dan ibunya diseret dalam kesedihan. Duka itu mencengkram begitu keji hingga dua anak itu jadi yatim piatu. Mereka berdua hidup diatas kota yang sedang merumuskan masa depanya. Dalam usia yang terus menanjak mereka tak lagi seperti anak yang kehilangan pelindung tapi remaja petualang.
Li Gong bengal, nakal dan cerdik. Song Gang pembaca buku, pendiam dan keras. Berdua mereka diikat kesetiaan jadi saudara. Di tengah suasana Cina yang sekarang ingin terbuka. Masa dimana negara ingin membuka diri. Saat itulah keduanya jatuh cinta pada gadis yang sama. Rasa yang mengoyak hubungan saudara. Cinta yang memakan korban ikatan saudara.
Yu Hua menyeret cerita yang tebalnya 800 halaman itu dalam konflik yang unik. Kita diajak untuk mengerti makna cinta, pengkhianatan dan kesetiaan. Berdua mereka hidup dengan keputusan yang pedih, tapi keduanya tetap tinggal di kota Liu. Kota ini bukan hanya jadi saksi kisah ini tapi juga mengubah parasnya lebih kapitalis.
Nyatanya kapitalisme Cina merubah segalanya: Li Gundul jadi pebisnis yang hidupnya untuk menyembah laba, Song Gang jadi pekerja yang dimatikan harapanya sedang warga lain didesak untuk hidup dengan kemampuan yang ada. Kapitalisme menyulap semua dengan daya cengkram mengejutkan.
Yu Hua seperti menulis epik dari China yang menggeliat. Seluruh ceritanya disusun dalam model babak yang detail hingga kita bisa termangu menyaksikan perubahan masing-masing tokoh. Dimana tiap orang melalui kapitalisme mengubah nasibnya dan terubah nasibnya. Termasuk hubungan saudara yang melintasi kepedihan, gembira dan petualangan.
Novel ini bukan membuat kita paham kapitalisme tapi kita menyadari efek kejinya. Marx benar, kapitalisme telah mengubah semua watak dan pola hubungan manusia. Novel yang sayang jika tak dibaca.
Komentar ditutup.