18 Tahun Aksi Kamisan, Menanti Datangnya Keadilan

Dalam berbagai kultur, ulang tahun telah dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Di hari itu manusia diajak untuk kembali mengingat asalnya, yang dibarengi dengan berbagai prosesi perayaan yang diadakan dengan penuh sukacita. Hidangan makanan, kado mainan dan tawa renyah dari sanak saudara menghiasi hari yang diperingati tiap setahun sekali itu. Pengalaman manis ini tentunya membekas di beberapa orang, sebagai bagian dari kisah perjalanan hidupnya. Hal-hal seperti ini turut mewarnai lembaran kehidupan kita yang bersih dan berwarna putih.

Namun adakalanya, ulang tahun justru menandai sebuah tonggak kehidupan yang gelap. Sistem kapitalisme telah merusak imaji manis tentang masa kecil kita, menggantikannya dengan ketakutan akan masa depan yang tak pasti. Hari ulang tahun yang seharusnya sakral telah berubah wujud sebagai senjata pemusnah memori. Dimana ingatan-ingatan manis ditindas dengan kejam oleh persepsi bikinan rezim yang semakin otoriter tiap harinya. Dengan kebijakannya yang tak tentu, yang bermuarakan paranoia. Kita sedang menjalani hari-hari yang kelam, seperti yang dirasakan Winston Smith dalam novel 1984.

Aksi Kamisan baru saja meniup lilin ulang tahunnya, ia akhirnya menginjak umurnya yang ke 18. Bila dianalogikan sebagai manusia, 18 tahun adalah umur yang matang. Pada tahap itu, seseorang telah memasuki tahap baru kehidupannya yakni sebagai sosok yang bersiap menghadapi kerasnya dunia. Aksi Kamisan ialah buah hati perkawinan antara harapan dan perjuangan, yang brojol di negara yang belum bisa memberikan keadilan untuknya. Ia lahir dari harapan para ibu yang tak lelah mencari anak-anaknya yang dihilangkan oleh kebiadaban dan perjuangan para martir yang merelakan raganya dilahap oleh Rahwana tiran demi tegaknya kebenaran.

Konsistensi adalah kunci, 18 tahun bukan perjalanan yang cukup mudah. Berdiri tegak setiap Kamis, meski terdengar sepele justru ialah hal yang paling sulit dilakukan. Utamanya bagi mereka yang telah dibutakan mata, hati dan akalnya oleh penguasa. Api perlawanan harus tetap menyala, dan untungnya masih ada kawan-kawan yang bersedia hadir menjaga streak-nya. Api ini harus menjadi pengingat pada penguasa, bahwa sekalipun kegelapan dan keputusasaan yang mereka bawa menyelimuti. Aksi Kamisan tetap hadir memberi api harapan untuk mereka yang ditindas dan tertindas.

18 Tahun Aksi Kamisan ! Hidup Korban ! Jangan Diam ! LAWAN !

Bertahan, Berdiri dan Melawan ! Ketabahan pasti menggetarkan !

Payung Hitam adalah simbol resiliensi, simbol keberanian yang akan menyelamatkan.

Berdiri dan berbicara sejenak untuk menggali ingatan atas kejahatan negara, suatu kemewahan bagi mereka yang dibutakan kegelapan.

Layaknya tugu yang tegak di tengah riuhnya kota, Aksi Kamisan akan sama tangguhnya meski diterpa ombak kekejian. Panjang Umur Perjuangan !

Bahkan bila dibelenggu rantai yang mengekang, harapan akan terus mencari jalannya. Bersama orang-orang muda yang telah berkobar menjadi cahaya, sebuah generasi baru yang bersahaja akan tiba. Generasi yang merdeka dari penghisapan yang mendera dan melelapkan pendahulunya. Para tiran harus ingat, bahwa laju mereka tak akan terbendung dan bila tiba waktunya, kita pula harus menyambut serta merayakannya. Salam hangat untuk kawan-kawan sekalian ! Serupa hangatnya mentari timur di pagi pasca kelamnya malam.

Penulis : Michel Aflaq

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0