Penulis: Panji Nugroho
“Aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk”, demikian mantra yang kerap dirapalkan oleh umat Islam. Namun kali ini, di negeri Wakanda, mantra tersebut mesti diganti menjadi “aku berlindung dari godaan penguasa lalim dan terkutuk”—sebab di Kongres Para Setan, kelakuan penguasa di negeri Wakanda rupanya lebih setan dari setan itu sendiri.
Tampilan para setan tersebut dipresentasikan oleh Teater Suluh dalam lakonnya yang bertajuk Kongres Para Setan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta pada Jumat 16 Agustus 2024. Acara yang berlangsung dari pukul 19.30 ini dibuka dengan penampilan peserta didik dari TK Sekolah Amartya yang membacakan puisi Widji Thukul dan menampilkan tari balet.
Lakon Kongres Para Setan ditampilkan bersamaan di mana umumnya malam proklamasi orang-orang mengadakan tirakatan di kampung-kampung, sekelompok orang muda yang tergabung dalam kelompok Teater Suluh menampilkan wajah negeri Wakanda yang tengah gagap gempita merayakan momentum proklamasi yang ke-79 tahun itu.
Lakon dibuka oleh seorang Rektor, menyalahkan setan atas perilaku buruknya akibat hujan kritik dari para mahasiswa.
Merespons tuduhan Rektor tersebut, para setan yang didakwa menggoda Sang Rektor sehingga berbuat buruk—kemudian tersulut amarah. Lakon lalu beralih menampilkan para setan yang tengah melakukan kongres, dipandu oleh Genderuwo, para setan yang hadir ialah pocong, tuyul, suster ngesot, dan tak lupa zombie dan nenek sihir juga hadir di kongres tersebut. Dalam lakon ini, penonton disajikan bagaimana para setan ini tak henti merutuk laku lalim penguasa di negeri Wakanda.
Genderuwo tampil mengatur jalannya kongres di mana para setan tak henti merutuk laku lancung para penguasa di negeri Wakanda yang selalu menyeret nama mereka para setan, sebagai kambing hitam segala perkara buruk yang dilakukan penguasa.
Walhasil, sebab terlampau sering dicatut namanya sebagai biang kerusuhan dan perbuatan buruk penguasa, akhirnya para setan sepakat melaporkan para penguasa itu ke polisi dengan tuduhan “pencemaran nama baik”.
Lakon yang memakan waktu 90 menit tersebut juga menyajikan banyak sistem tanda yang merepresentasikan peristiwa demi peristiwa faktual yang terjadi di negeri Wakanda. Dari pendidikan tinggi yang mahal, menindas dan kehilangan integritas.
Ada juga tanda lain seperti aksi demonstrasi mahasiswa yang dikacaukan oleh kelompok paramiliter hingga represi aparat yang menyeret para demonstran mendekam ke penjara.
Tak kalah seru ketika scene di penjara, pertunjukan kelakuan aparat tak kalah seru dipresentasikan. Di dalam sel penjara, terlihat seorang muda yang masuk penjara akibat membuat postingan yang membuat telinga penguasa menjadi merah. Ada juga koruptor yang mendapat perlakuan yang istimewa, ditampakkan bagaimana uang berbicara dalam transaksi antara penjaga penjara dan koruptor.
“Rajin baca jadi pandai, malas membaca jadi polisi”, celetuk seorang mahasiswi dari balik jeruji besi dalam scene tersebut. Ungkapan pedas tersebut jadi cermin realitas aparat di negeri Wakanda. Ganas ke sipil, namun tunduk di hadapan koruptor dan penguasa.
Demikian sekelumit banalisasi akrobat penguasa lalim yang terkutuk, ditampilkan dengan begitu trengginas di setiap lembar dialog lakon itu.
Hal yang tak kalah trengginas tatkala tuyul membacakan “Manifesto Politik”-nya.
**
MANISFESTO POLITIK UJARAN SETAN DALAM DELIK KEMURKAAN
JUMAT, 16 AGUSTUS 2024
REKAN REKAN MANUSIA YANG TERTINDAS!!!
KALIAN SUDAH GAGAL MENJAGA KEMERDEKAAN.
CITA-CITA BERDIKARI KALIAN HANYA ADA DI DALAM PIDATO DAN BUALAN. KAMI PRIHATIN BAGAIMANA REFORMASI DAN PERUBAHAN YANG KALIAN WACANAKAN MALAH MENYULUT KESENGSARAAN. YANG BISA MEMBAKAR NASIB ANAK CUCU KALIAN DI MASA MENDATANG.
PRAKTEK POLITIK YANG KALIAN LAKUKAN MEMBAWA BUDAYA KERAKUSAN. UNDANG-UNDANG YANG KALIAN RUMUSKAN TELAH MEMICU KONFLIK. PARA PEMIMPIN BANGSA KALIAN TELAH KEHILANGAN GAGASAN DAN IMAJINASINYA. MEREKA LEBIH MIRIP KUMPULAN SERIGALA YANG LAPAR, MENJELMA MENJADI SRIGALA YANG INGIN BERDIRI DI PUNCAK RANTAI MAKANAN.
EMPAT ORANG TERKAYA DI NEGERI KALIAN MEMILIKI KEKAYAAN SETARA 100 JUTA ORANG MISKIN. 1% ORANG MENGUASAI TANAH, AIR, UDARA DAN ALAM SEMESTA DI NEGERI KALIAN.
TIDAK ADA GENERASI EMAS TAHUN 2045. KARENA HUTANG LUAR NEGERI, DEPRESI DAN KETIDAKADILAN TELAH MEMICU PENGANGGURAN. ANAK MUDA DIBEBANI OLEH KEBIJAKAN PARA PEMIMPINNYA. YANG MUDA MALAH MELEMAH DI HADAPAN PENGUASA DAN TIDAK BERANI HIDUP DENGAN KEBERANIANYA SENDIRI. YANG MUDA MALAH MENGEKOR KEINGINAN BAPAKNYA.
INI MERUPAKAN ANJURAN PERLAWANAN DARI PARA SETAN YANG PEDULI DENGAN NASIB RAKYAT DI MASA DEPAN.
HIDUPKANLAH KEDAULATAN RAKYAT, SATUKAN KEKUATAN DENGAN CARA APAPUN YANG DIPERLUKAN. DIDIKLAH PENGUASA DENGAN PERLAWANAN. DIDIKLAH ANAK MUDA DENGAN KEBENARAN DAN KEBERANIAAN. ATAU BERGABUNGLAH DENGAN KOMITE POLITIK!
Kongres Para Setan menghadirkan warna baru pada peringatan proklamasi yang dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta, yang dulu didorong oleh segelintir pemuda—masih jauh api dari panggag. Di negeri Wakanda, di mana penguasanya konon setiap hari mencium aroma kolonial, mereka justru mempraktikkan kolonialisme itu sendiri. Para penguasa itu juga lupa, bahwa yang kolonial itu justru bukan gedung, namun yang ada dalam kepala mereka sendiri. Ini bukan hanya puncak tragedi, tetapi juga puncak komedi ala Pinokio Jawa, meminjam istilah Sukidi, Ph.D.
Selain itu, usia panjang proklamasi yang didengungkan oleh Sang Proklamator belum lah nyata menjadi Hari Kemerdekaan yang sejati – di mana nubuat beliau yang amat masyhur tentang perjuangan rakyatnya ke depan, yakni “perjuangan bangsanya lebih berat sebab sesama anak bangsa saling memangsa satu sama lain”—tak henti dijajah setiap hari oleh bangsanya sendiri.
Lagi, ketika lingkaran Pinokio Jawa dan para badut di Senayan berpakaian adat di peringatan proklamasi itu—tak menghindarkan masyarakat adat merana di mana-mana akibat serakah pembangunan dan investasi yang brutal. Keragaman budaya Indonesia semata dijadikan simbol oleh penguasa, sengaja dikeringkan makna dan nilai-nilai luhurnya.
Demikian juga dengan makna simbol 17 Agustus semakin terkikis seiring waktu, ketika perjuangan pendiri bangsa justru melahirkan penjajah pribumi yang gagal bercermin di hati rakyat yang tengah berjuang dengan masalah sistemik yang justru diakibatkan oleh salah urusnya para penguasa yang diserahi mandat luhur konstitusi dari rakyat.
Lebih jauh, perayaan proklamasi 17 Agustus menjelma pesta para maling di ibukota baru di belahan negeri Wakanda yang lain, uang rakyat dihamburkan untuk upacara..
sekali lagi.. UPACARA!
Belum lama, Sekonyong-konyong, seorang pejabat istana saban waktu ketika ditanya awak media tentang anggaran yang membengkak untuk upacara di IKN sana, “kalau untuk hari kemerdekaan, tidak ada yang mahal. Karena itu hari kita”, demikian celotehnya.
Dan untuk ungkapan manis najis sekaligus bernada kasar tersebut.
Ini menjadi tanda yang menegaskan—sejatinya ia lebih setan dari milyar setan yang ada di alam semesta ini. Ncen as* og!
*Salah satu penggemar Kongres Para Setan
Ilustrasi: A nutshell
Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!