Apa Kabar Kampus Hari Ini: Bersama Ketua BEMU UKDW

Untaian tulisan ini merupakan rangkuman diskusi yang membahas mengenai pergerakan mahasiswa dalam lingkup Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) serta mengulas bagaimana peran kampus dan lembaga eksekutif mahasiswa bersama organ-organ yang ada di dalamnya berkontribusi di tengah pandemi Covid-19.

***

Vegas Tidore, selaku ketua BEM UKDW, berpendapat bahwa mahasiswa-mahasiwa di UKDW belum menunjukkan partisipasi yang aktif dalam persoalan ketidakadilan yang ada. Oleh sebab itu, BEMU menginisiasi program “Diskusi Forum Mahasiswa” dengan tujuan memantik mahasiswa untuk mengungkapkan apa saja yang menjadi persoalan di dalam kampus. Program ini cukup banyak melibatkan mahasiswa yang lalu lalang di gedung Didaktos. Selama proses forum berlangsung, terkumpul-lah berbagai persoalan yang selama ini tidak tampak atau setidaknya belum tersampaikan langsung kepada BEMU selaku penengah antara mahasiswa dengan rektorat. Termasuk di dalamnya, persoalan biaya Wi-Fi yang setiap semester dibayarkan namun kesulitan untuk diakses sejak 2016 silam, fasilitas yang belum cukup untuk mewadahi warga kampus yang kidal dan disabilitas. Persoalan yang muncul kemudian ditindaklanjuti dan diaudiensikan bersama pihak universitas.

Mengingat kurangnya kesadaran kolektif mahasiswa akan ketidakadilan, maka dapat dikatakan bahwa keterlibatan mahasiswa UKDW dalam aksi dan literasi pergerakan cukup minim. Vegas Tidore mengungkapkan bahwa faktor fakultas-fakultas yang ada, tidak banyak membuka ruang pembicaraan yang demikian. Meskipun begitu, ada beberapa kelompok mahasiswa yang berinisiatif untuk membuka lapak baca—dengan buku-buku yang dipampang bernuansa kiri, ada juga yang mengorganisir mahasiswa dari berbagai fakultas untuk mengikuti aksi menuntut kebijakan-kebijakan pemerintah/DPR. Pasca “Diskusi Forum Mahasiswa”, beberapa mahasiswa mulai mengelompokkan diri dan berusaha menggali persoalan dengan sistematis dan terorganisir. Seiring berjalannya waktu, mahasiswa-mahasiswa yang menamakan diri “Persekutuan Mahasiswa UKDW” mulai beranjak dari persoalan ketidakadilan di kampus, beralih ke persoalan ketidakadilan di negeri.

Beragam percakapan seputar penindasan, ketimpangan, dan ketidakadilan sudah mulai mendapat tempat. Mahasiswa-mahasiswa kian menunjukkan kekritisannya terhadap kebijakan-kebijakan dalam kampus secara khusus dan negara/DPR secara umum. Tantangannya kemudian adalah merawat kesadaran akan persoalan-persoalan, setidak-tidaknya dalam lingkup universitas.

Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan salah satu pokok pembicaraan di kalangan mahasiswa mengingat pandemi yang menimpa negeri. Beberapa kelompok mahasiswa mulai menyuarakan tuntutan kepada petinggi lembaga pendidikan untuk memperhatikan kesejahteraan mahasiswa yang juga terdampak. Tak lupa juga orang tua yang bisa saja terdampak pandemi yang membuatnya kesulitan untuk membiayai UKT anaknya. Vegas Tidore menyebutkan bahwa dalam internal UKDW sendiri, sudah ada upaya dari universitas untuk meringankan beban finansial mahasiswa yakni melalui pembagian makanan, serta keringanan biaya UKT. Meskipun begitu, “Persekutuan Mahasiswa UKDW” baru-baru ini menginisiasi kuesioner yang menggali kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami mahasiswa serta apa saja output dari kampus untuk mempertahankan kesejahteraan civitas akademiknya. Tujuannya adalah untuk memetakan bagaimana respons mahasiswa terhadap pelayanan universitas selama pandemi Covid-19.

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0