Oleh Melki AS – [Pegiat Social Movement Institute]
***
Menelusuri jejak-jejak sejarah di Nusantara memanglah tidak gampang. Hal ini dikarenakan banyak sekali sumber primer yang sudah tidak ada lagi. Akan tetapi sejarah Nusantara masih bisa dibaca ulang lewat peninggalan-peninggalannya yang masih tersisa. Termasuk sejarah datangnya Islam ke Nusantara. Spesifiknya ialah masuknya Islam ke tanah Bengkulu. Sebagaimana diketahui bahwa Bengkulu sebelum dan semasa kolonial, merupakan daerah yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di banyak wilayah. Seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Depati Tiang Empat, Kerajaan Sungai Itam, Kerajaan Anak Sungai, dan masih banyak lagi kerajaan lainnya. Kerajaan-kerajaan ini berbeda dengan kerajaan-kerajaan lainnya yang memiliki kontrol seperti sebuah negara dan sebagainya. Karena kerajaan-kerajaan di wilayah Bengkulu saat itu lebih merupakan gabungan dari dusun-dusun yang otonom yang dipimpin oleh seorang kepala sebagai hasil pemilihan oleh penduduknya (Lih. Abdullah Siddik, 1995: Sejarah Bengkulu 1950-1990: Balai Pustaka).
Lalu bagaimanakah sejarah Islam masuk ke tanah Bengkulu? Menelusuri sejarah masuknya Islam ke Bengkulu sebenarnya masih terdapat banyak versi dan banyak cerita. Diantaranya kisah tentang seorang ulama dari Aceh bernama Tengku Malin Muhidin yang datang ke Bengkulu, ke Gunung Bungkuk pada tahun 1417 M. Ia kemudian mulai berdakwah dan menyebarkan Islam dengan masyarakat yang ada di Gunung Bungkuk (Bengkulu Utara). Lalu ada versi lain yaitu tentang Ratu Agung yang menjadi raja dari kerajaan Sungai Serut, yang merupakan garis keturunan dari kerajaan Banten. Kerajaan Banten dimana dikatakan merupakan kerajaan Islam. Jadi Ratu Agung sendiri sedari awal sudah beragama Islam. Versi lainnya lagi ialah melalui perkawinan Sultan Muzaffar Syah, Raja Kerajaan Indrapura dengan Putri Serindang Bulan, putri Rio Mawang dari Kerajaan Lebong. Lalu ada juga versi masuknya Islam di Bengkulu karena adanya persahabatan dan perkawinan antara Putri Kemayun dari Kerajaan Banten dengan Pangeran Nata Diraja dari Kerajaan Selebar. Versi lain lagi ialah melalui hubungan dengan Kerajaan Palembang Darrusalam dengan Raja Depati Tiang Empat di Lebong pasca pengusiran para pengganggu dari orang-orang Bugis. Lalu ada juga versi dimana dikatakan Islam memberi pengaruh saat daerah Mukomuko kemudian menjadi Kerajaan Mukomuko (Lih. Masuk dan Berkembagnya Islam di Provinsi Bengkulu: 2017: Pustaka Pelajar). Dan masih banyak lagi versi sejarah Islam masuk dan berpengaruh serta berkembang di Bengkulu.
Menelusuri jejak Islam di Bengkulu, memang tak bisa dipisahkan dari sejarah Bengkulu itu sendiri. Dimana saat itu, umumnya masyarakat Bengkulu mempercayai sinkretisme seperti animisme dan dinamisme. Dimana masyarakat percaya bahwa ada suatu kekuatan sehingga terciptanya alam semesta lalu sebagai rasa terimakasih pada penciptaan ini kemudian dilakukanlah suatu sikap untuk memberikan imbalan kepada Sang Pencipta melalui media perantara seperti pohon besar, gunung, dan lain-lain. Lalu ada juga kepercayaan-kepercayaan lainnya dimana masyarakat Bengkulu percaya pada yang namanya Dewa. Dewa diyakini sebagai yang ghaib dan berkekuatan luar biasa serta berada di segala penjuru. Dan saat itu masyarakat percaya bahwa masing-masing dalam kehidupan ini sudah ada Dewa yang mengaturnya, seperti tentang pertanian, mengatur kesuburan tanah, musim tanam sampai musim panen dan sebagainya. Lalu masih ada lagi kepercayaan-kepercayaan lainnya yang berkembang di masyarakat Bengkulu sebelumnya. Seperti kepercayaan pada makhluk halus serta adanya roh nenek moyang, kepercayaan pada kekuatan ghaib dan kepercayaan pada kekuatan sakti. Semua kepercayaan ini bahkan masih berlaku sampai sekarang.
Menelusuri sejarah masuknya Islam di Bengkulu, juga kita tidak bisa melepaskannya dari sistem kemasyarakatan yang ada saat itu. Selain kerajaan-kerajaan yang berkembang, berakulturasi serta terjadinya prosesi perkawinan, perdagangan dan sebagainya. Seperti disebutkan dalam buku Masuk dan Berkembangnya Islam di Provinsi Bengkulu, 2017, bahwa penduduk tertua di Bengkulu ialah suku bangsa Rejang. Mereka berdomisili di Renah Sekalawi. Dan Renah Sekalawi ini dipimpin oleh Raja Rio Mawang yang kemudian digantikan anaknya Ki Karang Nio yang bergelar Sultan Abdullah (Hal. 95). Ki Karang Nio ini diperkirakan menerima Islam dari kakak iparnya yaitu Raja dari kerajaan Indrapura (pesisir selatan Sumatera Barat).
Kemudian, sebagai suku bangsa tertua, masyarakat Rejang hijrah ke berbagai wilayah. Salah satunya ke Bengkulu Tinggi. Lalu di Bengkulu Tinggi ini mereka mendirikan sebuah Kerajaan yang bernama Sungai Serut yang dipimpin oleh Ratu Agung. Dalam perjalanannya, pada saat Kerajaan Sungai Serut dipimpin Raja Anak Dalam Muaro Bangkahulu, terjadi pertempuran besar antara bala tentara Kerajaan Aceh yang saat itu dipimpin Sultan Iskandar Muda dengan Kerajaan Sungai Serut. Karena timpangnya keadaan, Sungai Serut yang kecil akhirnya hancur. Lalu sisa-sisa dari kerajaan berlari dan mengungsi di Gunung Bungkuk (daerah Bengkulu Utara) untuk menyusut strategi berikutnya. Di Gunung Bungkuk inilah kemudian anak Ratu Agung yang sekaligus adik terakhir Anak Dalam Muaro Bangkahulu yaitu Putri Gading Cempaka dinikahkan dengan seorang utusan dari Kerajaan Pagaruyung, Sri Bagindo Maharajo Sakti. Kemudian mereka mendirikan Kerajaan Sungai Lemau. Peristiwa inilah yang kemudian masuk sebagai versi lainnya tentang Islam di Bengkulu. Yaitu melalui Kerajaan Pagaruyung yang utusannya sudah beragama Islam sebelumnya dan kemudian menjadi Raja di Kerajaan Sungai Lemau.
Lalu setelah keadaan aman dan terkendali, Anak Dalam Muaro Bangkahulu kembali memimpin masyarakat di Gunung Bungkuk tersebut. Saat itu datang seorang Da’i dari Aceh yang bernama Malin Muhidin yang menyebarkan dakwah di daerah Gunung Bungkuk Tabah Penanjung Bengkulu Utara. Hal ini tertulis dalam tulisan Gelumpai (tulisan bambu) yang ada di daerah Komering Ulu.
Kemudian sejarah Islam masuk ke Bengkulu lainnya ialah saat terjadi persahabatan antara Kerajaan Selebar dengan Kerajaan Banten. Dikatakan bahwa Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan yang menganut Islam di Nusantara saat itu. Melalui inilah diperkirakan pengaruh Islam juga masuk di Bengkulu. Apalagi setelah adanya pernikahan dan sebagainya. Dan ada juga masuknya Islam di Bengkulu karena pengaruh dari persahabatan antara Rejang Sabah dengan Kerajaan Palembang Darussalam. Seperti dikisahkan, saat itu Rejang Sabah diserang oleh orang-orang Bugis. Lalu mereka meminta bantuan Rejang Belek Tebo (Rejang di Lebong) dan Kerajaan Palembang Darussalam untuk mengusir para orang Bugis tersebut. Setelah itulah kemudian lewat Kerajaan Palembang Darussalam, Islam memberi pengaruh pada masyarakat Rejang di Lebong dan Ulu Musi.
Tentunya dari beberapa versi ini bisa dipahami mengapa diskursus masuknya Islam di Bengkulu sangat beragam. Karena memang sejarah Bengkulu sendiri yang beraneka ragam pula. Dan panjang. Akan tetapi substansinya bukan pada versi mana yang paling dianggap benar. Justru substansinya ialah bahwa jejak penelusuran Islam masuk dan berkembang di Bengkulu itu bisa disaksikan dalam banyak peninggalannya sejarahnya serta kisah masa lalu yang kini mulai bisa diteliti. Seperti keterkaitan sejarah kerajaan-kerajaan dan pengaruhnya dalam penyebaran Islam serta hubungan dengan banyak kerajaan lainnya yang ada di Nusantara. Kemudian berkembang lagi pasca kemerdekaan RI dan mulai masuk dan berkembang berbagai organisasi seperti Persatuan Tarbiyah, Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama.