Luna Febriani – [Pegiat Social Movement Institute]
Berada di lingkungan yang memiliki atmosfir akademik yang tinggi tidak serta merta menjadikan orang-orang mampu berpikir setara. Hal demikian menjadikan kegelisahan dalam diri saya akhir-akhir ini, dimulai ketika saya mendengar seorang mahasiswa bercerita tentang tipe ideal perempuan yang didambakannya. Cerita ini diakhiri dengan sebuah pernyataan “jika sudah menikah nanti, saya akan menceraikan istri saya jika dia tidak bisa dan tidak pernah masak”. Penyataan akhirnya seakan menegaskan bahwa istri yang ideal adalah istri yang berada di ranah domestik yang sehari-harinya mengurusi urusan sumur, dapur dan kasur. Sementara tipe istri yang tidak ideal adalah yang seperti saya mungkin, hehehe….
Kegelisahan saya atas realitas tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pernyataan itu dilontarkan oleh mahasiswa yang sehari-hari berbicara tentang demokrasi, relasi kekuasaan dan juga keterwakilan perempuan dalam arena politik. Kedua, yang membuat saya merasa miris adalah ketika perkara cinta dan pernikahan direduksi hanya dengan persoalan masak semata. Jika semua lelaki berpikiran seperti itu, itu pertanda saya tidak akan dicintai dunk? Ah, sudahlah! Ketimbang meratapi hal seperti itu, saya hanya bisa menyarankan ada baiknya kaum laki-laki belajar dari Mr. Incredible (Incredible II), seorang superhero yang kemudian bersedia membagi peran dan tugasnya di ranah domestik.
Kisah ini berawal dari keluarga Mr. Incredible yang gagal menyelamatkan kota dari kejahatan perampokan bank yang dilakukan oleh The Underminer. Sebagai konsekuensinya, pemerintah mencabut hak mereka untuk menjadi superhero yang bertugas menjaga keamanan atau dengan kata lain mereka harus menjadi manusia biasa. Ini mengharuskan mereka untuk tinggal di motel dan mencari pekerjaan guna memenuhi kehidupan sehari-hari. Pucuk dicinta ulam pun tiba, datanglah sebuah tawaran dari perusahaan terkemuka untuk mengembalikan citra dan tugas Mr. Incredible dan keluarga sebagai super hero, dengan persyarakatan bahwa yang mengemban tugas ini adalah Helen (Elastisgirl) atau istri dari Mr. Incridible. Meskipun berat, atas dukungan penuh dari Mr. Incredible tawaran ini akhirnya diterima meningat ini dapat mengembalikan tugas dan fungsi mereka sebagai superhero.
Pasca menerima tawaran, ada banyak hal yang berubah pada keluarga Mr. Incredible, salah satunya adalah pola pembagian tugas dan peran dalam keluarga. Sebelumnya, peran domestik seperti mengasuh anak dan mengurus rumah lebih banyak dilakukan oleh Helen selaku istri dan ibu, namun setelah Helen mengemban misi tugas tersebut tugas domestik diambil alih oleh Mr. Incredible.
Moment inilah yang kemudian menjadi kegelisahan bagi Helen selaku superhero dan bagi sebagian penonton. Mengapa demikian? Ini terjadi karena ketika Helen bekerja di ranah publik, aktifitas domestik seperti mengurus anak menjadi terganggu. Lihat saja, dalam film tersebut digambarkan bagaimana Mr. Incredible kesulitan dalam mengajarkan anaknya mengerjakan PR matematika, memberikan makan untuk 3 anaknya dan kesulitan dalam menjaga serta mengasuh anak bayinya. Bahkan, waktu tidur Mr. Incredible terbuang demi mengurus kehidupan domestik tersebut.
Hal menarik yang dapat diambil dalam film ini adalah film ini menceritakan realitas sosial yang ada dalam masyarakat, terutama realitas pembagian peran dan tugas yang tidak seimbang dalam rumah tangga. Sebagaimana yang kita ketahui, konstruksi yang dibangun dalam masyarakat terkait pembagin peran dan tugas domestik dalam keluarga selama ini diserahkan dan dipegang oleh seorang perempuan atau ibu, sementara tugas dan peran di ranah publik seperti mencari nafkah dan mengambil keputusan hampir sepenuhnya diserahkan kepada laki-laki atau ayah. Kontruksi ini kemudian mereduksi peran perempuan hanya sebatas ranah domestik saja dan menjadikan laki-laki atau ayah sedikit sekali mengambil porsi untuk bekerja dalam ranah domestik tapi lebih banyak di ranah publik.
Ini tentunya akan melahirkan dampak yang tidak menyenangkan bagi kaum perempuan atau ibu terutama bagi perempuan-perempuan yang memilih untuk tidak berada dalam ranah domestik melainkan memilih berada dalam ranah publik. Dampak yang acapkali diterima mereka dengan adanya kontruksi tersebut melahirkan konsekuensi yang harus diterima kaum perempuan, seperti beban ganda, dipandang sebelah mata, upah yang dibayarkan murah karena perempuan dianggap sebagai pelengkap dalam mencari nafkah bahkan tak jarang kekerasan dapat terjadi sebagai dampak dari kontruksi tersebut. Hal inilah yang terjadi pada Helen dimana ketika dia bekerja sebagai superhero untuk menyelamatkan kota dan orang banyak. Salah satunya ketika dia dihubungi anaknya karena kesulitan menemukan sepatu dan mengerjakan PR. Selain itu, ketika Helen berhasil mengemban misi menyelamatkan dunia, seorang wartawan bertanya kepadanya tentang bagaimana sisi kehidupan normalnya (sebagai istri dan seorang ibu), dan ini langsung membuat Helen sedih serta teringat akan suami dan anak-anaknya. Saya yakin dan percaya, hal-hal seperti ini tidak akan pernah ditanyakan dan dialami oleh superhero laki-laki, cuma perempuan saja yang bisa merasakan ini. Ah, cukup!
Bagi saya, yang menarik dalam film ini adalah ketika kontruksi tentang laki-laki harus berada dalam ranah publik sementara perempuan di ranah domestik itu berhasil dibongkar oleh pasangan Mr. Incredible dan Helen. Meskipun awalnya berat, tapi itu berhasil mereka lakukan karena ada komunikasi dan kesepakatan yang telah mereka sepakati sebelumnya. Sehingga, perkara siapa di ranah domestik dan ranah publik itu bukanlah mutlak melainkan dapat dinegosiasikan, dan jika berhasil dinegosiasikan maka itu tidak akan menimbulkan perkara perceraian seperti yang dikisahkan mahasiswa tadi.
**
Lalu, apakah saya harus bisa masak dulu biar bisa dicintai?