The Red-Haired Woman: Kenapa Kita Musti Baca Karya Orhan Pamuk?

 

Agama adalah tempat berlindung dan pelipur bagi orang yang lembek (Orhan Pamuk)

Jika memikirkan konsekuensi, kau tidak bisa bebas. Kebebasan mensyaratkan lupa sejarah dan etika (Orhan Pamuk)

***

Tiap agama punya kisah dan tiap peradaban ada legenda. Orhan Pamuk selalu mengusik keyakinan kita. Terutama terhadap agama dan modernitas. Berangkat dari Turki yang ingin memeluk dunia modern. Dunia yang dibayangkan sepenuhnya rasional dan tak menghendaki campur tangan Tuhan. Orhan Pamuk mengawali dari seorang remaja yang tergila-gila dengan kisah Oedipus. Siapa remaja yang punya selera aneh ini?

Ia berasal dari keluarga yang ayahnya pengikut gerakan komunis. Mula-mula hidup dalam perlindungan ekonomi yang stabil. Tapi keluarga komunis selalu tak pernah sakinah. Ayahnya ditangkap dan dipenjara. Saat kudeta militer melanda Turki. Kondisi ekonomi keluarga berantakan. Pilihan anak ini untuk kuliah makin susah. Ia kemudian memilih jadi penggali sumur.

Bertiga mereka gali sumur. Saat Turki sedang bergolak. Sumur digali di kota Ongoren. Saat itu di kota kedatangan teater kiri. Banyak pentaskan naskah drama Yunani dan legenda Islam. Tuan Mahmut dan dua anak penggali itu sering bertukar cerita. Tuan Mahmut penyuka kisah yang sumbernya Qur’an. Ia cerita tentang Yusuf. Anak tampan yang terlalu disukai ayahnya. Sikap tak adil itulah yang jadi sumber petaka. Tafsir yang gila dan jenaka.

Lewat tokoh aku, sang anak penggali sumur itu terpikat dengan Oedipus. Ia membayangkan diri sebagai Oedipus yang dikutuk. Terseret oleh titah nasib kalau ia akan bunuh ayahnya dan nikahi ibunya. Takdir dewa yang keji itu tak bisa dihindar. Walau sudah dibuang, lalu jadi pangeran kemudian bunuh naga tapi takdirnya tak beringsut. Ia dipenjara oleh keputusan Dewa. Kebebasanya hanya menghukum diri sendiri: menusuk kedua matanya. Tragis, indah sekaligus menyakitkan.

Anak ini jatuh cinta. Pada seorang perempuan berambut merah. Pemain teater yang lihai. Gadis merah itu menyukainya. Senyumnya telah membuat anak ini mabuk. Gadis merah itu kemudian mengajaknya berkencan. Malam itu ia merasakan tubuh perempuan berambut merah. Pengalaman pertama yang membuatnya terseret dalam suasana romantis.

Tapi sumur itu tak keluar airnya. Tapi tuan Mahmut bersikeras. Ia petarung yang tak pernah putus asa. Berdua mereka terus gali. Kawannya Ali satunya menyerah. Tinggal mereka berdua. Hingga anak itu tak tahan dan tuan Mahmut terjebak di liang bawah tanah. Kesalahan anak itu adalah tak tahu apa yang diperbuat. Ia meninggalkan tuan Mahmut dalam tanah lalu memilih untuk melarikan diri. Campuran rasa takut, pengecut dan egois.

Tapi inilah bahan mentah ambisi. Watak busuk itu membawa anak ini jadi pengusaha properti. Ia menikah dengan perempuan cantik tapi tak bisa punya anak. Berdua membuat perusahaan konstruksi yang diperlakukan seperti anak. Kapitalisme menyerbu Turki dengan wakil anak muda yang tamak dan berambisi. Hanya ia punya masa lalu gelap yang bermukim di Ongoren.

Kisah ini ditutup di kota Ongoren yang mau digusur. Nyatanya hubungan dengan gadis berambut merah itu berbuah anak. Ternyata pula gadis merah komunis itu dulu kekasih bapaknya. Bapak aktivis kiri itu hidup sederhana dengan keyakinan angkuh tentang komunisme. Dikurung oleh lipatan kisah Oedipus pria tamak itu tak bisa menghindar. Ia seperti menuju takdirnya sendiri.

Novel ini diracik dengan kisah kolosal Oedipus. Parmuk menyajikanya dalam babak yang panjang, gelap dan indah. Digalinya kisah dari Geologi Turki tentang Shahnameh: pria bernama Rostam yang bunuh anaknya sendiri. Perang dengan anaknya yang sesungguhnya ingin membantu bapaknya. Hubungan keluarga yang penuh sengketa, padat kutukan dan manusia mirip boneka.

Pamuk membuat kita termangu dalam melihat zaman. Yang gelap tapi menjanjikan. Bahkan Pamuk yang selalu membuat agama tak mudah diyakini membawa kita untuk menilai Iman dari kesangsian. Novelnya selalu membuat kita gelisah tapi juga meyakinkan kita untuk tidak mudah percaya. Mungkin karena Turki punya masa lampau kerajaan Islam dan ingin disambut dalam dunia modern. Dunia yang tak selalu ramah dan terbuka.

Setidaknya novel ini membuat kita berpetualang. Menghadapi nasib buruk yang tak bisa berkelit. Tentu manusia itu musti berusaha. Seperangkat motivasi itu ditanam begitu rupa. Hanya masa lalu seperti kuda liar yang bisa bawa lari siapapun. Novel ini mengantarkan dunia yang tak sempurna tapi mungkin karena itulah kita berjuang dan menghuninya. Cerita yang pantas untuk mereka yang gelisah dan kisah yang tepat untuk yang sedang berjuang.

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0