Tolong Ciptakan Pelajar Cyborg!

“Manusia diciptakan tak hanya untuk menerima, tapi mengubah dunia agar jadi luar biasa!”

***

Aku baca artikel berjudul Harbisson mengidap akromatopsia di National Geographic edisi April 2017. Ini suatu gejala soal Ketidakmampuan melihat warna.

Dirinya tidak disuruh ikut training motivasi apalagi diminta untuk bersabar. Training motivasi biasanya mengajak ia melihat kelebihan lain di antara kekurangan yang dipunyai.

Bersabar mungkin petuah cocok untuknya agar menerima keadaan. Sebab. pasti ada banyak orang yang lebih parah mengidap penyakit ketimbang dirinya.

Beruntung, ia tak berada dalam suasana seperti itu. Syukurlah, ia tak hidup di antara orang-orang yang punya pandangan begituan (Brutal).

Ia bertemu dengan dokter bedah. Dokter radikal yang pasti kuliahnya tidak diisi dengan kepatuhan.

Gilanya, dokter ini menanam microchip dalam tengkoraknya. Fungsinya canggih: sensor serat optik yang dapat mendeteksi warna di depan dirinya.

Frekuensi warna menjadi getaran di belakang kepalanya. Serupa indera keenam, kemampuan melihat warnanya jauh lebih dahsyat: ia mampu ‘melihat’ warna ultraviolet yang berada di tengah nektar bunga.

Mata dan terutama otaknya mirip dengan kamera puluhan ribu pixel.

Ia telah menambah fungsi optimal manusia. Pencangkokan juga membuat seseorang menanam magnet getar di lengannya untuk mendeteksi gempa.

Singkatnya, tubuh Harbisson telah jadi medan untuk peragaan kemajuan tekhnologi.

Jujur, kita sebenarnya mengalami evolusi drastis karena tekhnologi.

Proses bayi tabung pun sekarang makin maju: kebebasan untuk memilih embrio.

Andai seorang ibu yang ikut program bayi tabung akan menjalani pengobatan hormon yang lebih intensif. Haslnya, ia bisa mendapart anak dengan kemampuan IQ Super.

Teknologinya memiliki nama super keren: CRISPR-Cash. Bayi tabung diibaratkan seperti memesan menu makanan sendiri.

Memang, uji cobanya baru hewan: mengubah genom tikus agar hewan itu tak lagi membawa bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme.
Ada pula yang menyisipkan gen pada nyamuk agar mencegahnya membawa parasit malaria.

Singkatnya, tekhnologi telah memacu proses kelahiran alamiah manusia sehingga bisa muncul jenis super yang beda banget.

Normal jika Chris Imprey, pakar perjalanan luar angkasa, merasa penting untuk secepatnya manusia membuat koloni di Mars.

Kelak di sana, menurutnya, tubuh akan meninggi dan mengurus dalam atmosfer yang gravitasinya tak sampai 40% gravitasi bumi.

Bulu tubuh akan lenyap dalam lingkungan terkendali yang tak berdebu.

Lama kelamaan, ramalan Kurzweil, tubuh-otak-mesin akan menyatu.

Tubuh biologis kita lama kelamaan hanya menjalankan fungsi separuh: ingatan kita sudah direkam oleh google, headset telah jadi organ virtual, program komputer telah jadi pikiran, dan mobil atau sepeda motor sudah berfungsi jadi kaki.

Lantas, apa guna sekolah kalau begitu?

Kelak, itu akan menjadi museum yang dikenang dengan cara haru: bangkunya menunjukkan kalau ada tangan yang pernah menulis di atasnya, papan tulis hanya jadi kenangan karena pernah ada keterangan dituliskan di sana, dan kelas hanya potret betapa pernah ada kerumunan yang percaya dengan banyak omong kosong.

Tak hanya sekolah, politisi juga jadi karir yang usang.

Teknologi akan membuat seorang individu punya kemampuan canggih dan berlipat ganda: ia bisa memantau gempa, ia dapat melihat kecenderungan opini, bahkan ia mampu meyentuh hasrat sesamanya.

Kini bahkan terdapat ratusan orang yang menanam peringkat identifikasi frekuensi radio (RFID) ke dalam tubuhnya guna bisa membuka kunci pintu, hingga dapat masuk ke komputer tanpa meyentuh apa-apa.

Tubuh dalam dirinya sudah berfungsi mirip mesin!

Ini berita kemajuan tekhnologi yang bisa membuat kita lebih optimis.

Soal korupsi, kesenjangan sosial, hingga brengseknya aparat niscaya bisa diatasi dengan cara beginian.

Hanya mengotak-atik aturan sejak dulu tak pernah bisa berhasil: kurang apa kita revisi aturan berkali-kali tapi kejahatan korupsi meraja lela di mana-mana.

Ada baiknya bila kita adopsi tekhnologi untuk menciptakan cyborg yang punya kemampuan komplit: pintar, berani, dan dapat mencium jejak muka-muka bandit sejak awal.

Jika pelajar kita mendapat mutasi gen yang didanai oleh bugdet yang lumayan, kita akan melahirkan manusia unggul yang punya kemampuan luar biasa.

Kurasa, ada banyak soal bisa dibereskan kalau kita bisa berfikir radikal.

Terus terang, kita bisa menghemat banyak hal: buku, ujian nasional, hingga hapalan tak karuan isinya.

Kalau pola pikir pengambil kebijakan masih begitu melulu, kita bisa-bisa akan menjadi manusia museum: para cyborg yang sekarang sudah mulai muncul akan menatap kita seperti spesies masa lalu.

Kita akan terlihat seperti kumpulan makhluk lucu yang masih hidup dan kelak bisa hancur karena sebuah epidemi yang diprogram untuk menyingkirkan kita-kita ini.

Jujur, sebelum semua terlambat marilah kita punya gagasan liar-berani, dan radikal!

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top