Oleh; Melki AS (Pegiat Social Movement Institute)
***
Bicara tentang persahabatan, saya kira adalah sesuatu yang sangat inspiratif bagi banyak orang. Banyak buku ataupun film yang kemudian mencoba mengangkat kisah-kisah tersebut. Dan walaupun rating penyiarannya tidaklah se-booming film-film action atau animasi, tapi kisah persahabatan selalu punya ruang tersendiri bagi penggemarnya. Salah satunya yang terbaru adalah kisah persahabatan manusia dengan hewan yang berjibaku menghadapi tantangan alam demi upaya penyelamatan umat manusia yang terserang penyakit mematikan. Ialah Togo, seekor anjing berjenis Siberian Huski yang kali ini diangkat oleh Ericson Core, sang Sutradara, untuk dikisahkan dalam film besutannya yang diproduksi oleh Disney.
Film Togo diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi pada tahun 1925. Dimana salah satu kota kecil, Nome, di Alaska, mengalami suatu musibah yang mematikan. Banyak penduduk terutama anak-anak disana terserang penyakit difteri. Dan efidemi difteri menyerang ribuan orang di kota kecil tersebut. Dan bukan berarti penyakit tersebut tidak ada obatnya, akan tetapi keadaan yang membuat musibah semakin parah. Karena saat itu cuaca sedang tidak bersahabat dan terjadi musim salju. Dan kendaraan apapun tidak bisa masuk ke kota kecil tersebut, termasuk pesawat dan sebagainya. Padahal obat atau serum difteri tersebut adanya di pusat kota yang jaraknya sangat jauh sekali. Bisa sampai ratusan kilometer dari kota Nome, Alaska.
Kemudian Togo yang mengambil peran dalam upaya penyelamatan umat manusia tersebut. Dimana dikisahkan bahwa seorang Seppala (yang diperankan oleh Willem Dafoe) dengan Togo anjing kepunyaannya yang akan mengambil serum atau obat difteri tersebut ke pusat kota. Hal itu berdasarkan rapat koordinasi para pejabat daerah tersebut, serta menghitung kemungkinan perkiraan yang bisa dilakukan dalam melawan epidemi difteri yang sedang melanda. Dan karena ketiadaan pilihan lagi, maka satu-satunya yang bisa diharapkan adalah Seppala yang akan berangkat dengan menggunakan tenaga anjing-anjing penarik papan seluncurnya. Togo adalah anjing pemimpin dalam barisan anjing penarik kereta salju tersebut.
Dalam film ini, sutradara juga mengarahkan bagaimana sisi kehidupan Togo sedari awal. Bermula dari anjing kecil yang tidak masuk dalam perkiraan sang pemilik untuk diikutkan dalam barisan anjing-anjing penarik kereta salju. Akan tetapi, Togo kecil selalu berusaha dan berupaya untuk terlibat dlam rombongan anjing lainnya. Meskipun kecil tapi ia mampu menunjukkan kegesitannya. Dan berkali-kali ia dihalamgi, dikurung bahkan di jual kepada orang, tapi Togo tetaplah Togo, anjing setia dan paling berani. Hingga suatu hari Togo yang kecil tersebut dberi kesempatan untuk menjadi anjing penarik kereta salju. Dan alhasil sang pemilik tercengang dan terkagum menyaksikan kehebatan sang Siberian Husky nya tersebut. Bahkan dari itu sang pemilik sangat yakin bahwa Togo bukan saja handal dalam menarik kereta salju, akan tetapi Togo punya jiwa kepemimpinan yang kuat, yang tidak pernah mundur mengambil resiko yang ada. Togo kemudian dipercaya sebagai anjing yang memimpin anjing lainnya dalam menarik kereta salju sang pemilik. Sama seperti Seppala, bahkan dalam suatu perlombaan pun, orang-orang meremehkan Togo. Tapi kemudian malah dalam perlombaan, Togo mampu menunjukkan keahlian dan kegesitannya sehingga kemudian ia berhasil menjadi juara mengalahkan anjing yang selama ini selalu mengandalkan status quo nya. Togo kemudian benar-benar menjadi andalam sang pemilik. Dan ia juga seakan tak mau berpisah dengan tuannya. Karena sedari kecil, Togo sudah menunjukkan bakat kesetiaannya. Jangankan untuk menggigit dan sebgaainya, bahkan Togo dikisahkan sedikit heroik dan seakan punya tata krama dimana ia tidak boleh masuk ke kamar sang pemiliknya mskipun dipanggil datang. Togo akan berhenti dan duduk di depan pintu kamar sang majikan.
Mendapat kepercayaan untuk untuk mengambil serum atau obat ke pusat kota, Seppala dan Togo kemudian terlibat petualangan yang mengerikan. Bukan saja karena jaraknya yang jauh, akan tetapi mereka harus menghadapi banyak rintangan, termasuk salah satunya ialah mereka harus melintasi Norton Sound, wilayah yang terkenal berbahaya karena merupakan pengerasan dari sebuah sungai besar. Dan melewati Noton Sound bukan hal mudah karena es yang menutupi atas air tersebut kerap pecah. Terjerambab ke dalam air yang atasnya sudah tertutup salju adalah alamat kematian 100 persen bagi yang melewati. Beruntung Seppala dan Togo mamu melewati tempat tersebut. Perjalanan awal mulus-mulus saja. Seppala kemudian berpapasan dengan pengendara salju lainnya yang sudah terlebih dahulu mengambil obat atau serumnya di Nenana (tempat serum berada). Dan kemudian Seppala harus menanggung beban agar obat atau serum tersebut bisa sampai ke Nome dan segera memulihkan mereka-mereka yang terdampak maupun yang sudah terserang penyakit difteri langsung.
Togo berlari secepat yang ia bisa. Dan Togo juga tak kenal berhenti meskipun ia kelelahan. Karena ia paham sebagaimana masih diperintahkan tuannya, maka Togo akan selalu melakukannya. Togo terus berlari dan akhirnya ia sampai kembali ke kota Nome. Tapi sayang, Togo yang sudah berjuang, berlari sejauh ratusan kilometer tersebut tidak menjadi berita utama dalam upaya penyelamatan. Ialah Balto dan Gunar Kassen yang juga sesama musher yang dapat nama. Tampak ada raut kekecewaan dari Constance sang istri dari Seppala yang setelah melihat semua pemberitaan, hampir semuanya memuji Balto seoalah-olah dialah anjing yang berjasa besar menjadi juru selamat, yang telah berkorban dalam mengambil serum atau obat difteri tersebut. Sampai-sampai akhirnya Balto dibuatkan patungnya sebagai simbol kegagahannya dan sebagai pengingat dari apa yang telah dilakukannya untuk umat manusia. Bukan Togo yang hampir mati karena memeras tenaganya saat berjuang mati-matian bersama Seppala melintasi dan melawan alam yang ganas.
Tapi kebenaran sejarah itu kemudian bisa terbuka juga. Meskipun Balto yang sebelumnya dikenang sebagai pahlawan, kini semua orang bisa tahu bahwa yang justru pahlawan yang berperan sesungguhnya ialah Togo. Karena sutradara dalam filmnya mencoba menarasikan ulang lagi sejarah yang sudah terlanjur berkembang dan dipercaya masyarakat disana. Walaupun ia tidak menutup kemungkinan orang-orang yang sudah terlanjur pecaya pada cerita lama. Karena di dalam film, dikisahkan bahwa meskipun bukan Togo yang tercatat dalam sejarah, akan tetapi semua penduduk Nome, berdatangan silih berganti ke rumahnya untuk memberikan ucapan selamat serta sekaligus berterimakasih kepada Seppala dan terutama Togo yang telah berhasil dalam mengemban misinya. Yaitu serum atau obat difteri tersebut sampai sebelum batas kadaluarsanya. Dan karena itu, keadaan menjadi lebih baik lagi di kora Nome. Wabah sudah bisa diatasi. Dan semua yang terjangkit penyakit ini, kini semuanya sudah berangsur membaik. Dan Togo tak henti kedatangan tamu yang hendak berterimakasih atas upayanya yang berani bersama pemiliknya. Meskipun dalam simbolnya adalah Balto yang mendapat apresiasi. Tapi secara kenyataan, adalah Togo sang Siberian Husky tersebut yang kni sudah mulai dikenang dan dikenal oleh banyak orang.
Dan di babak akhir sutradara seakan hendak menunjukkan keunggulan anjing jenis Siberian Huski ini kepada publik. Bahwa selain gesit, anjing jenis ini adalah anjing yang sangat setia kepada pemiliknya. Bahkan meskipun sang pemilik mencoba untuk menggantikannya sebagai penarik kereta salju, Togo seakan tidak mau berpisah dengan tuannya. Ia kemudian rela menyusul meskipun dengan keadaan kaki yang sedang terluka parah dan sedang dirawat setelah berlari ratusan kilometer. Disini lagi-lagi kita yang menonton filmya benar-benar disuguhi cerita atau narasi yang apik ciamik tentang persahabatan antara manusia dengan hewan peliharaannya.
Menonton film Togo, mengingatkan juga pada film sebelumnya tentang persahabatan manusia dengan hewan peliharaannya. Seperti Hachiko, seekor anjing yang tetap setia menanti tuannya pulang kerja padahal tuan sang pemilik tersebut sudah meninngal. Dan Hachihiko tetap setia sampai akhirnya ia pun mati juga. Atau film Eight Below yang juga mengisahkan tentang persahabatan manusia dengan anjing penarik kereta salju lainnya. Dan inilah alasan mengapa kisah persahabatan selalu dikatakan menyimpan ruang tersendiri bagi banyak penonton, termasuk persahabatan antara manusia dan hewan.
***
Manusia dan hewan saja bisa bisa bersahabat dan saling memberikan arti positif. Lalu mengapa kita yang sesama manusia lebih suka bertengkar, saling bermusuhan karena alasan yang tidak substansial dan tidak berarti. Inilah makna dari membaca atau menonton tentang kisah-kisah persahabatan. Supaya kita belajar bahwa hidup ini terlalu singkat kalau kita habiskan semua energi yang ada hanya untuk memuaskan ego sendiri, kelompok atau golongan. Jadi, mengawali tahun 2020 ini, mari kita bangun kembali persahabatan yang sudah pernah ada sembari mengeratkan satu sama lainnya. Seperti yang diungkapkan Tahar Ben Jelloun, sang Sastrawan dari Maroko, bahwa kehilangan pacar itu hal biasa, akan tetapi kehilangan sahabat itu sesuatu yang luar biasa. Sahabat adalah teman berbagi dalam banyak hal. Maka persahabatan harus selalu kita rawat agar ia tidak menjadi sirna. Sekian.