Cinta kasih adalah kekuatan yang paling berdaya dan paling jarang digunakan untuk mengubah dunia (Melinda Gates)
Jika ada perubahan yang harus dilakukan dalam masyarakat, perubahan itu harus dilakukan oleh para ibu (Leyhmah Gbowee, peraih nobel)
***
CARA ISTRI JUTAWAN BANTU ORANG MISKIN
Saya membeli buku ini karena ingin tahu siapa sebenarnya Melinda Gates. Sampul buku penuh dengan puji-pujian. Bahkan buku ini ditasbihkan sebagai paling laris versi The New York Times. Pasti pembaca maklum karena yang menulis adalah istri seorang milliuner yang kekayaanya terus menduduki puncak teratas dunia. Jujur saya mau tahu apa yang meresahkan istri jutawan ini. Rasa penasaran dan antusias itulah yang mau saya bagikan pada pembaca.
Melinda punya keprihatinan tentang kemiskinan. Soal yang telah membawa saya menulis banyak buku. Tapi perhatianya tak terfokus pada ketimpangan sosial tapi peran perempuan. Baginya kemiskinan itu terjadi karena perempuan dibelenggu hak-haknya. Tak memiliki kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri. Menurutnya jika perempuan diberi akses untuk mendapatkan pendidikan terbaik, diberi kebebasan untuk menentukan kapan harus menikah dan kapan punya anak: itu adalah sebagian cara mengatasi kemiskinan.
Sebagai istri jutawan dirinya punya kesempatan keliling dunia. Melinda memilih mendatangi tempat yang paling eksostik yaitu Afrika, Bangladesh, India, Pakistan dan Indonesia. Didatangi kampung-kampung kumuh untuk menyaksikan bagaimana kemiskinan telah menjerat hidup kaum perempuan disana. Terus terang saya terkejut dengan pilihan lokasi dan caranya menuturkan. Melinda hendak memahami kehidupan orang yang miskin kronis. Orang miskin kronis adalah mereka yang berpenghasilan setara dengan 1,90 dollar per hari: atau sekitar Rp 14.000.
Kemiskinan kronis arti sebenarnya adalah tidak peduli sekeras apapun kau bekerja, kau tetap terjebak di dalamnya. Kau tidak bisa melepaskan diri. Kemiskinan yang memenjarakan orang untuk tak berkutik sama sekali. Itulah yang membuatnya bertemu dengan Dr Hans Rosling. Buku yang ditulisnya Factfulness: dunia sebenarnya lebih baik dari yang kita pikirkan. Saya pernah membaca buku itu dan tak menyangka penulisnya bukan orang yang tinggal di tempat nyaman.
Hans pernah berpraktek dokter di Mozambik. Menempati daerah yang sangat miskin jauh dari Ibu Kota. Menjadi dokter yang bertanggung jawab pada 300.000 orang. Di tempat prakteknya 15.000 bayi lahir tiap tahun dan lebih dari 3000 meninggal. Di setiap distriknya ada 10 anak meninggal tiap hari. Bayangkan Hans tinggal di tempat yang tak selayaknya bisa optimis. Hans seperti jadi guru, kawan diskusi dan tempat Melinda banyak belajar tentang kemiskinan kronis. Hans meminta Melinda untuk bisa ‘memahami’ orang-orang lemah.
Cerita Hans menanam kesan hebat pada Melinda. Saat Hans datang ke desa kecil yang disambut dengan meriah oleh penduduk. Mereka tak pernah ketemu Hans bahkan punya cerita yang tak sedap tentang Hans. Persis ketika perempuan warga desa itu dibantu Hans melahirkan dan berakhir dengan kematian. Kematian perempuan yang melahirkan merupakan hal biasa disana karena peralatan yang minim. Tapi bukan kematian itu yang membuat mereka kagum dengan Hans.
Melainkan cara Hans memperlakukan mayat perempuan itu. Saat dimana Hans membungkus mayat itu dengan kain putih yang bersih, kemudian mengantarkan mayatnya dengan mobil bersama sang bayi yang juga sudah mati. Itulah kemiskinan kronis dimana kamu butuh waktu berhari-hari ke rumah sakit dan menghormati dokter bukan karena menyelamatkan nyawa melainkan mengantar jenazahnya ke desa. Mereka tak pernah diperlakukan senormal itu.
Kemiskinan dalam arti ketidak mampuan melindungi diri sendiri. Di penghujung 1999 bersama suaminya Bill Gates dimulailah prakarsa pertama yakni upaya menyelamatkan anak-anak yang berada di bawah usia 5 tahun. Proyek yang dikembangkan adalah vaksin. Ternyata banyak bayi yang pada 28 hari pertamanya banyak yang tak selamat. Bukan karena tidak adanya vaksin tapi juga tradisi yang menuntun berbagai prilaku yang tak sehat. Semisal ada bayi lahir yang tak mendapat sentuhan ibu bahkan tak mendapat ASI karena kepercayaan. Kemiskinan ternyata lebih kompleks ketimbang yang dipahami dalam sebuah definisi.
Buku ini membuka wawasan kita mengenai negeri yang mempertahankan kemiskinan karena mengabaikan posisi perempuan. Nigeria yang dikenal sebagai negara miskin dunia memiliki semua yang jadi penyebab kemiskinan: budaya patriarkhi, tingkat penggunaan kontrasepsi yang rendah, tiap ibu rata-rata memiliki tujuh anak, undang-undang perkawinan mengizinkan laki-laki menikahi beberapa wanita sekaligus, dan warisan untuk perempuan hanya setengah harta. Save The Children menjuluki negeri ini ‘tempat terburuk di dunia untuk menjadi ibu’.
Disana pula pernikahan dini perempuan menjadi hal yang lazim. Melinda membuat bab yang meyentuh tentang pernikahan dini. Selam, gadis berusia 11 tahun, yang suatu hari rumahnya mengadakan pesta dan dirinya diminta melakukan apa saja untuk kepentingan pesta; masak air, bawa masuk air kesana kemari, membantu dapur hingga melakukan apapun yang diperintahkan. Lalu malamnya ia tak tahu kalau itulah pesta pernikahanya. Melinda marah, geram dan tentu sedih menyaksikan itu semua. Perempuan yang urusan menikahnya saja tak diberitahu sama sekali.
Di Eithopia Melinda datang pada desa kecil miskin yang banyak anak perempuanya menikah dini. Memang terdapat banyak program pemerintah untuk menangani soal pernikahan dini, tapi itu bukan hal mudah. Melinda belajar pada seorang aktivis yang dipanggilnya Molly Melchin yang aktif di Senegal. Molly mengajari Melinda bahwa semua tragedi ini tak bisa dihakimi begitu saja dan diajari Melinda untuk memahami apa yang dinamai dengan empati. Molly mendirikan organisasi progresif bernama Tonstan, yang artinya terobosan.
Ditempatkanlah fasilitator yang tugasnya mendidik warga desa sekaligus memperkenalkan pada mereka tentang hak-hak perempuan. Di desa itu sunat perempuan hal biasa dan fasilitator tak bisa kemudian menyatakan itu sebagai terlarang. Cara yang mudah adalah mengajak perempuan yang disunat lalu menceritakan pengalamanya. Ternyata sunat perempuan membuat seorang ibu kesulitan dalam melahirkan, teryata sunat perempuan itu membawa luka dan trauma yang menyakitkan. Itulah perubahan dengan empatik: biarkan mereka yang bicara dan biarkan mereka yang mendengar dari sekitarnya.
Pola inilah yang dilakukan yayasan Melinda saat di India. Upaya mencegah perempuan terkena AIDS musti dilakukan dengan lebih dulu melindungi mereka dari kekerasan. Melawan preman, melindungi dari kekerasan kepolisian hingga mencoba melepaskan diri dari stigma masyarakat. Karya filantropis ini memanjang dari kawasan Asia hingga Afrika dengan titik berat pada kemerdekaan kaum perempuan. Istilah yang dipakai oleh Melinda kesetaraan gender. Kata yang tak asing lagi bagi LSM disini.
Melinda Gates istri seorang jutawan yang punya kemudahan untuk ketemu dengan banyak kepala negara. Ide tentang penanganan kemiskinan didiskusikan dengan para ilmuwan, rohaniawan, aktivis dan peraih nobel. Melinda punya keunggulan untuk bertemu dengan para guru dunia. Jangan terperangah kalau dirinya dengan mudah terbang kesana kemari, melakukan dialog dengan warga miskin kemudian makan malam dengan Presiden. Memang Melinda bukan Bunda Theresia yang secara radikal meyentuh, membasuh bahkan tinggal bersama orang miskin. Melinda tetaplah istri Milliuner yang merasa kemiskinan musti diatasi dengan cara seorang jutawan: dirikan yayasan kemudian berbuatlah semampumu.
Pada soal kisah buku ini sangat meyentuh. Sebagaimana cerita orang miskin dimana-mana yang sarat kesedihan, keteguhan dan kehilangan. Pada level metode penanganan memang amat mengandalkan dana luar biasa: melakukan riset untuk pengobatan Aids hingga pendidikan untuk para perawat. Beruntung Melinda punya suami yang hartanya tak pernah habis. Lebih beruntung lagi Melinda bukan sosialita yang sibuk mengoleksi tas, baju atau penampilan tetapi perempuan yang mau terjun di tiap kampung orang miskin dan menemui banyak perempuan yang mengalami derita.
Melinda memang istri Bill Gates tapi dirinya telah membuktikan bahwa seorang istri jutawan bisa melakukan apa yang selama ini hanya menjadi mimpi dunia: atasi kemiskinan, hadirkan keadilan dan dengarkan orang menderita dari mana saja dengan penuh empati. Mungkin buku ini tidak membuat kita radikal tapi bisa membuat kita cemburu: Melinda dengan uang besarnya telah menjangkau banyak orang miskin dunia. Melinda membuktikan kalau uang bisa mengubah banyak hal tapi tak semua orang yang memiliki uang punya kesadaran yang serupa dengannya.
Komentar ditutup.