Sebuah puisi

‘Sumbu Botol’ karya Mangir

Salam. . . .

Hai saudaraku. . . .

Seberapa kuat lagi dirimu menahan penghinaan bertubi dan tak berujung ini.

Seberapa sabarkah matamu melihat penderitaan yang dipikul para kuli, tani, dan para fakir di bibir gergaji kapitalis?

Bagaimana dengan peluang kesehatan yang mereka miliki, setelah bayi-bayi mereka memakan sisa makanan sampah, buah pestisida, air mineral, limbah e-coli dan sayuran pupuk kimia.

Sedang sang kaya?

Hmmm, mereka menyajikan makanan yang paling lezat, yang semua bahannya dari pembibitan canggih organik, yang tak dapat serangan mematikan, dan tentu warna-warni bumbu-bumbu spesial yang datangnya dari surga.

Dan juga, jangan tanya bagaimana kesempataan pendidikan diperoleh? Sebab, sungguh ini aib memalukan buat peradaban.

Selagi masih ada kelompok manusia yang tega membiarkan pembodohan berkepanjangan,

Yang tak memberi sedikitpun ruang bagi si miskin untuk mencercap pengetahuan abadi,

Mereka menyangka bahwa pengetahuan hanya layak diberi bagi derajatnya yang di atas langit.

Sedang populasi gembel harusnya dibuang dan dimatikan pelan-pelan.

Bahtera dengan pekarangan hijau yang di sana berlarian kuda dan jejeran pepohonan tinggi rimbun mustahil untuk mereka miliki, apalagi memimpikanya.

Karena satu-satunya yang bisa memiliki itu semua ialah para tuan tanah kalau bukan, ya ketua partai.

Begitu pelik relung di dada, tentang arti sebuah kemanusiaan, tentang ke universalisme-humanisme yang sejujurnya, yang bukan tertahan di lidah para pemikir.

Akan tetapi inilah bencana paceklik bertahun di ladang gandum milik kita.

Sungguh ini bukanlah sebuah nasib dari tuhan yang mesti kita terima begitu saja.

Sungguh inilah yang dilihat Marx sebagai sebuah penguasaan alat produksi dan penghisapan kaum pemodal membabi buta.

Hufft. . . , rasanya tak ada kata yang sanggup lagi menjelaskan semuanya.

Betapa hari-hari kita dipenuhi kedustaan dan babi-babi Napoleon-nya Orwell.

Bila jalan diplomasi mentok ditembok besi, mungkin lebih baik kita berpikir ulang bagaimana membakar sumbu dibotol dan melemparnya di muka para pengkhianat!

Komentar ditutup.

WordPress › Galat

Ada eror serius pada situs web Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang pemecahan masalah di WordPress.