Oleh: Melki AS – [Pegiat Social Movement Institute]
‘Mama, life has just begun. But now i’ve gone and thrown it all away’ – Freddie Mercury/Queen
***
Seperti namanya, Queen, benar-benar menjadi ratu panggung sejagat raya yang tiada tanding. Band yang berasal dari Inggris tersebut bahkan merajai penjualan album rock terbesar sepanjang masa. Album keempat mereka A Night At The Opera, yang mana didalamnya terdapat lagu Bohemian Rhapsody adalah sesuatu yang melemparkan Queen sebagai bintang utama musik dunia. Dan sekaligus bukti kejeniusan para personil Queen dalam merancang dan menggarap lagu, terutama Freddie Mercury sang vokalis yang tidak mau terikat dengan durasi, konten atau warna musik yang berkembang saat itu secara umum. Boleh dikata Queen berusaha mendobrak pakem yang sudah ada dalam jagat musik dunia. Dan mereka berhasil membuktikannya dengan gemilang.
Queen sendiri terbentuk dari tahun 1970. Diawali dengan dua orang punggawa yakni Tim Staffell sebagai vokalis sekaligus basis dan Brian May sebagai gitaris. Dan kemudian mereka mengajak Roger Taylor untuk mengisi slot sebagai drummer. Tapi saat itu band ini belum berganti nama menjadi Queen. Mereka masih menggunakan nama Smile. Lalu setelah berjalan sekitar 2 tahun, Tim Staffell mengundurkan diri. Ia menganggap band Smile tidak mengalami perkembangan serius. Karena hanya mampu main dari kafe satu ke kafe lainnya. Hanya sebatas itu saja. Beruntung bagi Freddie dengan keluarnya Tim. Ia jadi bisa mengisi slot yang ditinggalkan oleh Tim. Meskipun awalnya sangat diragukan sekali karena alasan fisik. Tapi akhirnya ia mampu menunjukkan kualitas dirinya. Dan semenjak Freddie bergabung, nama Smile berganti menjadi Queen. Dan setahun setelahnya (1971), mereka turut pula merekrut John Deacon untuk mengisi posisi sebagai pemain basis. Lengkapnya formasi pemain, ditambah dengan briliannya ide-ide pembuatan lirik dan musik, membuat Queen semakin diperhitungkan di jagat hiburan musik dunia. Dan pada akhirnya Queen benar-benar sukses sebagai band bergengsi yang mengusung aliran rock and roll ditingkatan Internasional. Mereka mulai sejajar dengan nama-nama besar seperti Elton John dan sederet artis kaliber internasional lainnya. Jadwal pementasannyanya pun sangat padat. Hal ini seiring dengan penjualan album mereka yang juga sangat signifikan. Bahkan beberapa lagu-lagu yang dibuat mereka berkali-kai merajai tangga-tangga lagu populer dunia. Tak tanggung-tanggung, lagu-lagu Queen bertengger di tangga lagu dunia dengan waktu yang agak lama; bahkan sampai berminggu-minggu. Hal ini benar-benar membuat Queen berhasil sukses besar.
Dan dari kesuksesan inilah kemudian Queen mulai diperhitungkan oleh layar lebar. Kalau sebelumnya tidak secara spesifik Queen nangkring di film-film yang ada (biasanya beberapa lagu saja), maka hari ini oleh Jim Beach, mantan manager Queen, bersama dengan Graham King kemudian memproduseri film utuh tentang biograpi dan perjalanan Band Queen yang melegenda tersebut. Judul film diambil langsung dari lagu terlaris mereka sepanjang masa, sekaligus yang menurut banyak pengamat musik adalah lagu yang warna musiknya maupun liriknya aneh: Bohemian Rahapsody (2018). Ide pembuatan film ini sebelumnya sudah lama terdengar. Bahkan dari tahun 2010 dahulu. Dan baru tahun 2018 film ini bisa disaksikan oleh khalayak luas, terutama pencinta band asal Inggris tersebut.
Film Bohemian Rhapsody seperti plotnya, bercerita tentang ihwal perjalanan band kecil bernama Smile, sebelum band tersebut berganti nama menjadi Queen. Akan tetapi, titik klimak dari film Bohemian Rhapsody ini sebenarnya lebih banyak menceritakan sisi kehidupan dari sang vokalis Freddie Mercury. Sebagaimana publik ketahui bahwa sang vokalis tersebut kemudian menjadi seorang gay dan homo. Kehidupannya penuh dengan kontroversi. Mulai dari anak tengil yang suka keluyuran, mempunyai perempuan idaman dan berhasrat mengajaknya menikah, berubahnya orientasi seksual menjadi biseksual lalu menjadi homo, berpacaran dengan rekan kerja yang sejenis, egoisme yang tinggi sampai membuat band bubar, mencoba bersolo karir lalu suatu saat kembali lagi bersama Queen dan terlibat dalam konser penggalangan dana. Terakhir ia meninggal karena penyakit AIDS yang terus menerus menggerogoti tubuhnya. Sedari awal, film ini memang mengambil latar kehidupan Freddie. Di keluarganya ia tidak dipanggil Freddie, melainkan dengan nama aslinya yaitu Faroukh Bulshara. Hal tersebut lantaran ia adalah keturunan Zanzibar, sebuah kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika, yang termasuk dalam wilayah Tanzania. Tapi kini Freddie dan keluarganya sudah tinggal di Inggris.
Di Inggris, Freddie berkuliah di jurusan design dan seni. Freddie remaja kerap keluar rumah untuk ke kafe sambil mendengar musik. Dan suatu hari ia melihat penampilan band Smile di salah satu kafe dimana ia biasa minum bir. Dan setelah acara bubar, tak sengaja Freddie bertemu dengan personil Smile lainnya; Brian May dan Roger Taylor. Dan oleh karena vokalis sekaligus pemain piano yang lama hengkang dari grup, maka Freddie menawarkan diri untuk menggantikannya. Awalnya Freedy disangsikan karena penampilannya yang agak nyentrik. Terutama karena gigi ‘tonggos’ nya yang dianggap tidak menarik sama sekali. Tapi justru karena hal tersebut Freddie menjadi bangga. Dikatakannya bahwa dengan kelebihan empat gigi tonggosnya itulah yang membuat ia punya nafas serta karakter vokal yang lebih baik dari yang lainnya. Dan ia mencoba memberikan contoh sebuah lagu yang dinyanyikan. Alhasil, ia berhasil gabung bersama grup. Lalu untuk melengkapi personil, direkrutlah pemain bass yaitu John Deacon. Dan seiring perkembangannya, penampilan mereka selalu diterima masyarakat. Lalu kemudian mereka mengganti nama dari Smile menjadi Queen.
Bosan karena hanya tampil melulu, kemudian Queen mencoba untuk membuat album rekaman sendiri. Tapi membuat album buknlah perkara mudah dan gampang. Setidaknya mereka perlu biaya yang lumayan tinggi. Dan dari hasil pementasan mereka selama ini serta ditambah dengan penjualan mobil salah satu personil, mereka akhirnya mulai masuk dapur rekaman. Album pertama, kedua dan ketiga pun jadi. Dan seiring itulah mereka juga sudah diterima oleh pangsa pasar musik yang lebih luas. Sampai akhirnya mereka ditawari untuk tour keliling banyak negara Amerika dan Eropa. Queen kemudian menjelma menjadi band besar. Dan mereka tak henti bereksplorasi. Freddie yang kemudian menjadi leader dari Queen, mulai bereksperimen musik lainnya. Ia menawarkan konsep musik yang lebih riuh dengan banyak tipe musik yang dibawa serta tipe vokal yang menggabungkan irama opera. Album ini kemudian diberi judul A Nigaht At The Opera. Salah satunya adalah sebuah lagu yang berdurasi lebih kurang enam menit; Bohemian Rhapsody. Setelah album ini selesai dibuat, ternyata Ray Foster selaku eksekutif EMI, tempat Queen dikontrak rekaman, menolak album tersebut. Alasannya karena lagu tersebut terlalu panjang dan tidak sesuai dengan lagu pada umumnya. Disini timbul perselisihan antara Queen dan EMI yang akhirnya Queen terpaksa hengkang dari EMI. Lalu Bohemian Rhapsody kemudian diputar sendiri di radio melalui seorang sahabat Freddie yaitu Kenny Evereth. Dan ternyata lagu tersebut sangat diterima oleh seluruh masyarakat dunia. Disini Queen semakin melambungkan namanya. Permintaan tour semakin meningkat.
Saat inilah orientasi seksusal Freddie yang menyukai sesama jenis mulai kelihatan. Sering tour keliling dunia mengenalkan Freddie pada rekan kerjanya sendiri bernama Paul Prenter. Dan kemudian mereka saling jatuh cinta. Padahal Freddie sendiri sudah mempunyai seorang perempuan idamannya sedari masih kuliah. Namanya Mary. Bahkan Freddie mengajak Mary untuk menikah. Cincin sudah dibelikan dan sudah pula dipakai di jari Mary. Tapi apa daya, kehidupan Freddie pun terlanjur berubah. Dan ia membuat pengakuan sehingga Mary kemudian memilih untuk meninggalkannya.
Disinilah letak kritik yang banyak dilemparkan banyak orang pada film Bohemian Rhapsody. Bukan pada makna filmnya, akan tetapi pelibatan hubungan asmara sejenis ini yang banyak menuai kritik karena menampilkan adegan-adegan Freddie yang berciuman dengan Paul dan sebagainya. Serta pesta-pesta para gay dan homo seksual yang dilakukan di rumahnya. Dan pada akhirnya Queen pun pecah. Freddie mencoba berkarir secara Solo. Dan itu tentu tidak diterima oleh seluruh personil Queen yang menganggap mereka sudah seperti keluarga. Tapi egoisme Freddie memaksa perpecahan terjadi. Dan Freddie benar-benar menikmati masa terliarnya secara seksual dan lain-lain. Hingga suatu saat, Mary yang telah hamil dengan kekasihnya barunya datang untuk melihat kondisi Freddie. Ia datang sendiri untuk menanyakan kabar dari dirinya dan pesan dari manager Queen yang tidak pernah dijawab. Rupanya hal tersebut memang tidak pernah diterima Freddie. Kabar apapun, baik dari teman-temannya, kabar dari Mary maupun kabar dari managernya dahulu untuk kesedian tampil dalam acara amal untuk membantu korban bencana kelaparan dan kemiskinan di Afrika. Hal itu karena kabar dari seluruh masa lalunya Freddie di sabotase atau sengaja tidak diberitahukan oleh Paul, kekasih homonya Freddie. Saat itulah Freddie marah besar dan akhirnya memutuskan hubungannya dengan Paul dan mengusirnya. Karena hal tersebut jugalah kesadaran Freddie akan keluarga dan teman-temannya muncul kembali. Dan akhirnya Freddie kembali ke Queen di akhir babak dari karir dan kehidupannya. Karena saat itu ternyata ia sudah menderita AIDS.
Hebatnya film ini kemudian ialah bagaimana menampilkan detik terakhir perjalanan Queen sebelum mereka undur diri dari gemerlapnya panggung dunia. Yaitu saat konser amal pengumpulan donasi untuk membantu bencana kelaparan dan kemiskinan di benua dan negara-negara Afrika. Film ini terasa epik dengan penampilan Freddie yang tetap totalitas meski terserang penyakit mematikan. Disini gema-gema lagu Queen seolah menjadi lonceng penanda kesuksesan penggalangan dana dengan antusiasnya ribuan penonton yang hadir dan berjingkrak serta bersahut-sahut meneriakkan nama ataupun band mereka. Lalu pasca penampilan akbar di konser penggalangan dana tersebut, Queen meredup seiring dengan makin meredupnya hidup sang vokalis. Dan pada tahun 1991 kita tahu Freddie Mercury pun akhirnya meninggal. Dan Queen seolah tenggelam dari pusaran pentas musik dunia. Tapi lagu-lagunya tetap hits dan bertahan. Bahkan Bohemian Rhapsody kembali menduduki peringkat tertinggi selama berminggu-minggu dalam kanca musik dunia pasca puluhan tahun lalu lagu itu diciptakan. Dan hari ini, lagu Bohemian Rhapsody masih menjadi buruan terlaris secara online.
Film Bohemian Rhapsody sendiri ketika diluncurkan sama larisnya dengan lagunya. Tidak tanggung-tanggung, film yang bermodalkan 50 juta dolar itu kini sudah mampu menghasilkan lebih kurang 500 juta dolar dari seluruh pemutarannya. Sebuah hitungan yang fantastik. Bahkan berdasarkan wikipedia, film ini melampaui film Straight Outta Compton yang rilis tahun 2015.
Film Bohemian Rhapsody memang tidak secara gamblang menceritakan keseluruhan perjalanan band Queen atau pribadi Freddie. Tapi setidaknya ini film biograpi yang lumayan lengkap menyingkap sosok band dari Inggris tersebut dan kehidupan kontroversi sekaligus kejeniusan vokalisnya. Bahwa sebelumnya memang sudah ada film serupa seperti Kurt Cobain. Tapi Bohemian Rhapsody seakan menegaskan bahwa Queen itu tetap ada dan akan selalu liar. Itu yang menjadi perbedaan mereka.
Dan film ini juga secara tidak langsung memberi sebuah petunjuk rahasia tentang warna musik dan lirik lagu Bohemian Rhapsody itu sendiri. Tentang warna musik karena pada lagu tidak hanya menyajikan nuansa rock n roll saja dalam musiknya, melainkan juga memasukkan unsur opera. Dan hal itu terbilang sangat jarang terjadi dalam industri musik di dunia. Dan juga tentang lirik lagunya yang menurut kebanyakan pengamat terbilang unik dan aneh karena banyak hal yang diluar konteks lagu pada umumnya. Misalkan kita mendengar lagu Bohemian Rhapsody, kita akan terdengar kata-kata seperti Scaramouche, Fandango, Figaro, dan Bismillah. Kata ini sendiri sebenarnya diambil dari banyak tempat. Scaramouche, misalnya merupakan sebuah pertunjukan komedi dari Italia yang melibatkan badut. Fandago ialah jenis tarian rakyat dari Spanyol. Figaro adalah karya opera dari Mozart dan Bismilah adalah kata yang diambil dari tanah kelahiran Freddie; Zanzibar.
Tapi lagi-lagi, arti utuh serta alasan-alasan dari adanya kata-kata tersebut dalam lirik Bohemian Rhapsody belum terjawab. Di film pun juga diungkapkan hal yang sama. Jadi ketika berbicara Queen, maka kamu tidak perlu mengetahui alasannya. Alasannya cukup ‘karena ini Queen’. Dan itu pula yang akan menjadikan mereka legenda yang akan dikenang. Karena sekali Queen tetaplah Queen. Dan Queen akan tetap Bohemian, tetap sebagai seniman yang hidupnya beraliran bebas tidak terikat pada apapun, liar dan selalu penuh imajinasi dan petualangan. Dari dulu sampai sekarang. Sama seperti sang vokalis, Freddie Mercury, yang berjiwa petualang dan imajinatif serta mengilhami. Karena sepeninggal Freddie, Queen dan Managernya kemudian membentuk Mercury Phoenix Trust, sebuah organisasi untuk membantu melawan AIDS di seluruh dunia. Hal ini berkaca dari penyakit yang diderita personilnya sendiri. Penyakit yang bukan untuk diikuti tapi harus dilawan dengan bersama. Dan dengan Mercury Phoenix Trust, Queen seakan hendak berkata, mari kita lawan AIDS dan cegah penularannya kepada umat manusia. Cukup Freddie saja yang kena. Sehingga ia harus tersiksa hidupnya di akhir umur yang baru 45 tahun. Film yang sangat layak untuk ditonton. Tapi harus dengan jiwa yang besar dan pemahaman yang luas juga.
‘We Are The Champions, My Friend And We’ll Keep On Fighting Till The End”.
Pingback: ตรวจ nipt ราคา