
Penulis: Daniel Trisakusumo
Airlangga merupakan nama dari seorang raja yang memimpin Kerajaan Kahuripan. Kahuripan merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Jawa Timur yang didirikan pada sekitar abad ke-11 oleh Raja Airlangga. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kekuasaan kerajaan sebelumnya yaitu Medang Kamulan yang mengalami keruntuhan pasca serangan pada tahun 1016 Masehi. Setelah keruntuhan, Pada tahun 1019 Masehi, Airlangga berinisiatif untuk menyatukan kembali bagian-bagian wilayah yang terpecah akibat keruntuhan Medang dan membangun kembali sebuah kerajaan baru yang ia beri nama Kahuripan. Nama Kahuripan berasal dari kata urip yang bermakna hidup. Atau sumber kehidupan. Secara pengertian yang luas, nama ini menggambarkan tempat yang penuh kehidupan atau tanah yang subur serta menjadi harapan bagi Airlangga untuk menciptakan kondisi kerajaan yang Makmur, Sejahtera, dan menjadi sumber kehidupan bagi rakyatnya.
Airlangga adalah raja pertama sekaligus terakhir yang membawa Kahuripan berada pada puncak emasnya. Di bawah pemerintahannya, kahuripan mengalami perkembangan, kemakmuran, dan stabilitas yang signifikan dalam berbagai sektor, seperti politik, ekonomi, agama, dan budaya.
Raja Airlangga terkenal raja yang bijaksana, visoner, dan cakap. Sifat-sifat tersebut dibuktikan dengan masa pemerintahannya yang progresif dengan membangun pelabuhan, bendungan, dan jalan yang ia bangun semata-mata untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Selain itu, kemajuan lainnya terdapat pada bidang perdagangan, pertanian, dan seni. Raja Airlangga juga memiliki kemurahan hati yang besar. Raja Airlangga kerap meringankan beban pajak kepada rakyatnya yang terkena musibah.
Di akhir kepemimpinannya, Airlangga mengalami masalah suksesi kerajaan. Perselisihan tersebut muncul akibat terjadi perebutan takhta antara kedua putranya yaitu Mapanji dan Sri Samarawijaya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, akhirnya Airlangga memilih menggunakan jalan tengah, yaitu membagi kekuasaan kerajaan menjadi dua, Sri Samarawijaya memperoleh Kerajaan Panjalu atau Kadiri yang berpusat di Daha dan Mapanji Garasakan mendapatkan Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya di Kahuripan. Pembagian kerajaan tersebut mencerminkan keikhlasan Airlangga dalam memimpin, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas dan kedamaian internal kerajaan. Dengan pembagian tersebut, juga menandai berakhirnya kedigdayaan Kerajaan Kahuripan.
Airlangga merupakan pemimpin yang tangguh dalam menghadapi krisis. Bahkan setelah keruntuhan Kerajaan Medang Kamulan, Airlangga tidak mundur menghadapi puing-puing kejayaan yang tersisa. Tindakan ini merupakan bukti dari ketangguhannya dalam menghadapi situasi yang di ujung tanduk. Sebuah relevansi nilai yang telah ditorehkan Airlangga hingga saat ini.
Di era modern, pemimpin yang tangguh sangat diperlukan dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam menghadapi tantangan besar seperti krisis ekonomi, perubahan iklim, dan pandemi global. Ketangguhan Airlangga dalam mengatasi berbagai masalah dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin dan masyarakat untuk pantang menyerah dan terus berusaha bangkit dari keterpurukan. Selain ketangguhan, keadilan dan keberpihakan kepada rakyat kecil menjadi ciri khas Airlangga. Sikap merakyat ini adalah contoh dari kepemimpinan yang memiliki orientasi pada kepentingan publik, bukan hanya pada segelintir orang saja. Dalam konteks era sekarang, prinsip keadilan dan kebijakan yang populis ini dapat menjadi teladan bagi para pemangku kebijakan. Pemerintah yang tidak mementingkan perutnya sendiri akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah sosial di kehidupan masyarakat dengan praktis dan efektif, terutama bagi mereka yang menduduki lapisan masyarakat marginal.
Pengorbanan Airlangga untuk menjaga stabilitas dan kedamaian saat terjadi perselisihan kekuasaan yang pada akhirnya Airlangga harus memecah kerajaan menjadi dua juga patut untuk diteladani. Di era modern, kepemimpinan yang rela berkompromi demi kebaikan semua orang sangat jarang ditemukan, padahal hal tersebut sangat diperlukan, terutama dalam masyarakat heterogen dan sering kali
terpecah belah. Keputusan Airlangga menunjukkan bahwa kedamaian dan stabilitas sering kali ditebus dengan sebuah pengorbanan dan toleransi.
Tujuan Airlangga dalam membangun berbagai infrastruktur yang menciptakan kebermanfaatan tidak hanya berguna pada masanya saja, tetapi menopang kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Sikap visioner ini selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan di zaman sekarang, di mana kemajuan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbagkan keberlangsungan lingkungan dan kemakmuran bagi generasi mendatang. Pemimpin modern dapat belajar dari visi Airlangga untuk menciptakan pembangunan yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjaga kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan.
Terakhir, keteladanan Airlangga dalam mengutamakan rakyat menjadi pesan kepahlawanan yang tidak tergerus oleh waktu. Airlangga menjadi simbol pemimpin yang mengedepankan kepentingan bersama di atas nafsu pribadi. Nilai ini bisa menjadi bekal dan bagi pemimpin modern agar selalu bertindak atas nama rakyat, khususnya bagi kelompok yang terpinggirkan.
Ilustrasi: A nutshell