oleh Zain N. Haiqal
Malapetaka Kapilatistik
Neo-liberalisasi pasar mengubah tatanan dunia selamanya. Ekonomi kapitalistik menjadi arus muara yang paling disenangi untuk memukau semua sektor yang ada. Sebuah tamparan telak bagi lingkungan dan masa depan bumi kita, sebab penekanan produksinya mengancing pada tekanan untuk memaksimalkan keuntungan belaka. Ekonomi kapitalistik menyambut anda dengan kiamat kesengsaraan.
Ini bukan lagi persoalan yang ringan, tetapi betapa dapat dibayangkan jika berani untuk mengevaluasi dan mengukur akumulasi begitu jahatnya kapitalistik yang berlangsung dan dibangun. Saya sempat tertampar dengan argumen dari para Ekonom dunia, yang berlangsung pada forum privat bertajuk sangat eksklusif bernama World Economics Forum. Forum para Ekonom dunia memberikan arugumen berupa dasar yaitu You own nothing but you’ll be happy di tahun 2030. Begitu juga pandangan bersamaan yang disampaikan oleh Auken dari Folketinget, Denmark berupa Welcome to the year 2030. Welcome to my city — or should I say, “our city”. I don’t own anything. I don’t own a car. I don’t own a house. I don’t own any appliances or any clothes.
WEF sebenarnya menafsirkan hal sebenar-benarnya untuk anda dan orang-orang disekitar atas kiamat Mikrokosmos modern yang akan terjadi dikemudian hari. Itu benar adanya. Mereka mengatakan kejujuran. Karena sampai detik ini kekayaan di dunia ini hanya dikuasai oleh segelintir orang. Ini sangat mengelikan karena mereka bertanggung jawab atas banyaknya kerusakan secara masif atas lingkungan hidup dan nasib buruk anda.
Virus Baru: Virus Akademisi Bebal
Dalam essaynya yang menohok, Simon Springer menuliskan dengan tegas bahwa Fuck Neoliberalisme, arugemennya menitik beratkan pada titik di mana ia tidak ingin mengerahkan energi lagi untuk upaya ini. karena takut jika terus berupaya mengatasi gagasan Neoliberalisme akan memberi andil untuk melanggengkan gagasan tersebut. Jika direnungkan lebih lanjut, ia menyadari bahwa Neoliberalisme adalah bagian dari sebuah manuver politik, sangatlah berbahaya jika anda hanya berdiam diri dan secara kolektif mengabaikan sebuah fenomena yang memiliki dampak buruk dan melemahkan terhadap dunia yang kita tinggali bersama. Kekuatan yang ada dalam neoliberalisme sangat sulit untuk disangkal dan ia sangat tidak yakin bahwa strategi ketidaktahuan sebenarnya adalah pendekatan tepat namun bodoh.
Kritiknya Springer keras pada kaum akademis yang sangat hipokrit, seolah-olah akademisi dapat serba merespon berbagai persoalan dengan format akademis. Memecahkan permasalahan dengan teori-teori yang kompleks tentang variegasi, hibriditas, dan mutasi untuk melemahkan struktur persoalannya. Dan terkadang menurunkan ambisi dan ego teoritis ini kepada pelajar atau mahasiswa secara gamblang.
Di Indonesia, tidak ada jurnal yang mampu mengutarakan kebenaran perosalan suatu masalah tanpa di poles-poles frasa kompleks dan berbelit-belit dan tidak jujur. Gentrifikasi dan kapitalisasi dunia telah melahirkan budaya menjilat juga para pejilat ulung seperti yang diutarakan Mochtar Lubis dalam essaynya berjudul Manusia Indonesia tentang ciri Manusia Indonesia di tahun 1977. Saat itu memang Mochtar menuliskan essaynya dalam tirani dan ambisi kuasa era orde baru, jikapun Mochtar hidup pada era ini, ia mungkin akan lebih banyak menuliskan bagaimana delik dari Manusia Indonesia.
Matinya Kegiatan Belanja
Berbelanja. Saya tidak begitu ingat apa itu berbelanja di era serba digital ini. Bagi sebagian besar dari anda, mungkin mengatakan bahwa jika tidak berbelanja langsung, melainkan melalui e-commerce merupakan orang kolot dan udik. Bagaimana pendekatan implusif khas kaum kapitalis telah memporak-porakan budaya berbelanja kita. Tentunya itu telah mengubah kecenderungan dalam memilih barang untuk digunakan. Kadang-kadang saya merasa hal ini menyenangkan namun terkadang saya merasa cukup kesal, dan kadang-kadang juga saya hanya ingin algoritma baru ini mampu melakukannya untuk saya. Mampu memenuhi segala kebutuhan saya. Algoritma ini mungkin akan berkembang lebih jauh, dan lebih tahu selera saya lebih baik daripada selera saya saat ini.
Ketika AI dan robot modern telah dikomodifikasi untuk mengambil alih begitu banyak pekerjaan kita, kita tiba-tiba punya waktu untuk makan enak, tidur nyenyak, dan menghabiskan waktu dengan orang lain untuk sekedar bersantai atau berlibur. Konsep jam sibuk dan budaya kerja seperti prinsip kerja keras; kerja untuk pembangunan dan keuntungan indivudu secara universal ala Amerika mungkin menjadi tidak masuk akal lagi. Karena mau bagaimanapun pekerjaan yang kita lakukan dapat dilakukan kapan saja dan dibantu oleh AI dan robot modern. Saya tidak tahu apakah pekerjaan nantinya akan diambil alih teknologi. Dan bisa saya sebut sebagai pekerjaan lagi. Atau pekerjaan akan lebih seperti waktu berpikir, waktu berkreasi dan waktu pengembangan. “Menjalani kehidupan yang berbeda dari sebelumnya”.
Untuk sementara waktu saja, semuanya berubah menjadi hiburan dan orang-orang tidak ingin merepotkan diri mereka dari masalah sulit. Pada saat-saat terakhir, manusia akan menemukan cara menggunakan semua teknologi baru ini (mugkin) untuk tujuan yang lebih baik daripada sekadar menghabiskan waktu. Kekhawatiran terbesar saya ketika semua orang yang tidak tinggal di kota besar di Negara ini. Ketika mereka dihadapkan dengan prahara ketika tersesat di tengah jalan. Mereka yang memutuskan bahwa semua teknologi ini terlalu berlebihan bahkan diagungkan. Mereka yang akan menjadi sangat usang dan tidak berguna ketika robot dan AI mengambil alih sebagian besar pekerjaan manusia. Mereka juga akan kesal dengan sistem politik dan menentangnya. Mereka yang menjalani kehidupan yang berbeda di luar kota besar. Akan lebih memilih membentuk komunitas kecil secara mandiri. Yang lainnya tinggal di rumah-rumah kosong dan terbengkalai di desa-desa kecil abad ke-19 ini, jauh dari modernitas dan intrik pembangunan kota maju. Negara maju yang diimpikan.
Hidup Tanpa Privasi, Tanpa Harapan
Hidup di era ini, anda tidak akan lagi memiliki privasi, entah dari sudut biner digital atau linier secara personalia. Secara tidak sadar ditengah lingkungan hidup, alam, dan ekologi yang kian kritis, anda sedang dihadapkan oleh masalah struktural yang amat kompleks. Operasi intelejen dan operasi dunia ketiga yang memecah belah peradaban, tentunya berimbas dan berdampak telak bagi kaum muda generasi Z dan Milenial. Dalam essay yang saya tulis sebelumnya berjudul Ingin Kubenturkan Kepala Anak Muda Agar Memahami Kembali Antara Kematian, Kehidupan, dan Tantangan Zaman, saya memang memiliki argumen dan menyarankan anda untuk tidak perlu percaya dan tunduk pada generasi konservatif, tua, dan kolot. Karena mereka selalu menempatkan dirinya secara irasional dengan berbagai wujud, yang paling parah ialah menjadi bertindak sebagai polisi moral dan menempatkan anak muda secara inferior. Kegegalan mereka menampung dan menanggulangi permasalahan pada masanya menjadi bias dalam hegemoni kehidupan mereka khususnya dalam bertindak.
Sesekali saya merasa kesal dengan kenyataan bahwa saya tidak memiliki privasi yang sesungguhnya. Tidak ada tempat yang bisa saya kunjungi dan tidak terdaftar. Saya tahu bahwa di suatu tempat, semua yang saya lakukan, pikirkan dan impikan terekam. Saya hanya berharap tidak ada yang akan menggunakannya untuk melawan saya.
Analisis saya ialah ketika permasalahan meledak dan tidak dapat disokong dengan pencaharian jalan keluar, mereka akan terlena dalam diksi dialektis dan tentunya menrisaukan. Mereka kalah, kalah lagi, kalah lagi, dan terjajah dalam persoalannya yang kemudian hidup pada lubang hitam berupa balas dendam. Tidak sedikit dari mereka juga memenangkan pertaruhan, karena yang kaya akan menjadi kaya, menjelma lebih busuk daripada setan. Karena pada faktanya, dua puluh persen populasi dunia telah menguasai 80% sumber daya alam di Bumi. Sementara yang saya maksud kalah, ialah mereka yang gagal menanggulangi tentang kenyataan 80% populasi mengkonsumsi kurang dari 20 persennya.
Faktanya, ketika mereka mengupayakan dimana sebuah produk dapat diubah menjadi aset berupa bentuk layanan, tidak ada yang akan tertarik dengan barang yang usia pakainya pendek. Semua bentuk barang dirancang untuk daya tahan, dapat diperbaiki, dan didaur ulang. Bahan-bahan diproduksi sangat cepat untuk mengakumulasi ekonomi menjadi sedikit lebih hijau dan dapat diubah menjadi produk baru yang ramah dengan mudah. Meskipun banyak hal yang anda lewatkan bagimana eksperimen itu juga mengakomodir sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Mereka tentunya menyembunyikannya dengan rapat serta tertutup.
Seakan-akan masalah lingkungan tampak jauh ketika ekonomi hijau dilakukan, karena hanya menggunakan energi bersih dan metode produksi bersih. Komponen utama berupa udara bersih, air bersih dan seakan-akan tidak ada yang berani menyentuh kawasan lindung alam karena kawasan ini memiliki nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan kita. Di kota-kota besar sekarang, anda tidak akan punya kapasitas memiliki banyak ruang hijau dan tanaman serta pepohonan di mana-mana. Padahal hak itu adalah hak anda yang seharusnya diakomodir dan diusahakan tidak secara kolektif namun tanggungjawab pemerintah. Jika tidak, maka pemerintah yang memerintah sudah gagal. Saya masih tidak mengerti mengapa di masa lalu mereka memenuhi semua tempat kosong di kota dengan pertumbuhan berbahanbaku beton.
Selanjutnya, potensi masa depan atas pertumbuhan penduduk di tengah sihir kaum kapitalistik yang tengah menguncang dunia kita. Bagiamana nantinya krisis pengungsi terjadi akibat proyeksi dystopian yang menunjukkan peningkatan otoritarianisme, perbatasan militer, dan eksploitasi yang meningkat terhadap populasi rentan. Alangkah memperihatinkan, bilamana memikirkan kedepannya pada tahun 2030 nanti, penggungsian massal akan terjadi. Dimana situasi pengungsi sangat mungkin akan berbeda dari hari ini yang anda telah saksikan. Bagimana konflik berlarut di Suriah mungkin telah terselesaikan, tetapi tantangan baru muncul dari perubahan iklim. Beberapa tren menunjukkan masa depan yang suram dengan peningkatan kontrol perbatasan dan eksploitasi. Bahwa perbatasan yang sepenuhnya terbuka mungkin tidak realistis pada tahun 2030, tetapi negara-negara dapat berupaya untuk berbagi tanggung jawab yang lebih adil untuk pengungsi. Peluang ekonomi bagi pengungsi harus diperluas, dengan inisiatif seperti mendukung bisnis milik pengungsi dan menyediakan beasiswa bagi pengungsi berbakat.
Negara-negara kaya dapat meminimalkan perjalanan pengungsi dengan investasi dalam mitigasi perubahan iklim dan membangun kapasitas di negara-negara untuk mengelola arus penduduk, baik secara internal maupun dari negara tetangga. Namun, faktor-faktor lain, seperti kemajuan teknologi dan pemahaman yang berkembang tentang kontribusi pengungsi akan terus dipertanyakan, bagaimana sudut pandang negara kapitalistik akan terus mentertawakan harapan untuk dunia yang lebih berbelas kasih.
Setidaknya, dunia harus cepat belajar dari tantangan nyata berupa pengungsian massal harus dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan efektif. Jazirah Arab harus mengambil bagian yang lebih besar dalam mendukung pengungsi Muslim dan begitu sebaliknya dengan negara mayroitas beragama, terutama karena pemerintahan negara digdaya dan cenderung kapitalistik mengambil sikap yang sangat tidak ramah.
Pertanyaan Singkat Untuk Anda
Lantas, Apa yang terlintas dibenak anda, ketika melihat siklus anak muda banyak mengeluh? Apa yang anda pikirkan ketika anak muda lebih memilih mengkonsumsi dari pada membalikan keadaan?
Barangkali anda mungkin akan terkejut ketika mengetahui bahwa penyematan pada dunia ketiga, seperti penyamatan pada; negara miskin, negara menegah, negara berkembang dan lainnya bukanlah mereka yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Justru sebaliknya, sebab sumber daya alam bukanlah faktor pendorong pengembangan suatu kebiajakan. Negara yang tidak memiliki minyak dan sumber daya energi fosil, yang memiliki emas dan timah, hutan tropis yang begitu luas justru mendapatkan sematan sebagai negara yang maju dan terdepan dalam mengakomodir segala kebijakan dan implementasi arah gerak mayoritas negara-negara di dunia. Seperti kebanyakan negara di Eropa dan barat.
Ini menjelaskan dengan tegas bahwa sudut pandang kapitalistik ini sangat mempengaruhi ketimpangan, ketidaksetaraan, dan kesenjangan ekstrim yang terjadi di dunia saat ini. Dan bertanggung jawab untuk dihukum. Tentunya ini tak terlepas dari campur tangan pemodal dan korporasi besar dengan pengaruhnya yang luas hingga ke sektor pengembangan intelektual seperti di kampus. Mereka cenderung menyukai kondisi seperti ini. Kemampuan reproduksi negara bagian ketiga selalu diintervensi dari tahun ke tahun dengan peraturan dan kebijakan sebagai fungsi kontrol penuh agar negara bagian ketiga tetap tak berdaya dan tetap terbenam dalam kubangannya. Intervensi melalui berbagai cara agar dapat mengaktualisasi ketidakberdayaan sampai semua sumber daya habis entah itu sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Ilustrasi: A nutshell
Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!