103 Tahun Revolusi Bolshevik

Oleh Wilson Obrigados

Kami adalah anak-anak bahagia
anak-anak Oktober
Kami diberi nama ini
untuk menghormati kemenangan bulan Oktober
.”

Lirik diatas adalah nyanyian anak-anak menyambut Revolusi Oktober di Uni Soviet.Saat itu Revolusi Oktober Bolshevik menjadi hari libur nasional dan dirayakan secara besar besaran oleh masyarakat dan negara. Rakyat merayakan Revolusi Oktober dengan parade dan demonstrasi. Jalan dan alun-alun diganti namanya tidak hanya setelah Revolusi itu sendiri tetapi setelah hari peringatannya: di Moskow, ada Jalan Sepuluh Tahun Oktober dan Jalan Lima Puluh Tahun Oktober; pada tahun 1977, sebuah alun-alun dekat Kremlin diubah namanya menjadi Sixty Years of October Square. Sebagian besar nama ini masih ada sampai sekarang.

Revolusii Bolshevik terjadi pada tanggal 25 Oktober 1917 karena itu dinamakan Revolusi Oktober 1917. Namun kemudian tanggal revolusi Bolshevik diubah menjadi 7 November. Hal ini terjadi karena saat revolusi Rusia masih menggunakan sistem penanggalan Julian, yang berselisih 13 hari dari sistem penanggalan Gregorian. Pada tanggal 26 Januari 1918, Pemerintahan Soviet, mengeluarkan Dekrit yang menyerukan penggunaan penanggalan Gregorian di dalam kehidupan masyarakat sipil.. Semenjak saat itu, di Uni Soviet Revolusi Oktober 1917 diperingati setiap 7 November.

Revolusi Oktober Bolshevik telah absen dalam wacana resmi negara Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet. Pada tahun 1996, Boris Yeltsin mencabut peringatan dan liburan tanggal 7 November. Di jaman Putin bahkan 100 tahun Revolusi Bolshevik 7 November, orang-orang tetap bekerja seperti biasa. Pada peringatan 100 tahun Revolusi Bolshevik, diskusi tentang “Oktober Agung” hampir seluruhnya terbatas pada konferensi akademis dan tempat-tempat intelektual kecil, dan pejabat Rusia menghindari topik tersebut. Putin sendiri tidak menganggap penting Revolusi Bolshevik. Menurut pandanganya Rusia,”tidak dimulai baik pada tahun 1917, atau pada tahun 1991. Kami memiliki satu sejarah tanpa gangguan yang mencakup lebih dari seribu tahun.” Dmitri Peskov, juru bicara Putin, mengatakan bahwa Kremlin tidak merencanakan peristiwa terkait Revolusi. “Lagi pula, apa gunanya merayakan?”

Peringatan 100 tahun Revolusi Bolsevik tetap dirayakan oleh Partai Komunis Federasi Rusia, salah satu dari empat partai parlemen. Sebuah ritual tahunan yang dilaksanakan secara regular. Peringatan revolusi diadakan selama seminggu di Moskow dan St. Petersburg (Leningrad). Mengorganisir “pertemuan internasional ke-19 partai komunis dan pekerja,” upacara peletakan karangan bunga di Makam Lenin, dan kunjungan ke kantor Kremlin tua tempat Lenin pernah disana. Partai menerbitkan daftar slogan untuk seratus tahun: “Hidup revolusi sosialis!”; “Lenin-Stalin-Victory”; “Kemuliaan atas pencapaian Great October”; “Revolusi adalah lokomotif sejarah”.

Revolusi Februari Jalan Menuju Revolusi Oktober

Revolusi Rusia mulai pecah pada 23 Februari 1917 pada penanggalan lama Rusia yang sebetulnya jatuh pada 8 Maret 1917, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional. Ribuan buruh tekstil perempuan melakukan pemogokan dan103 berdemonstrasi di Petrogad. Tentara dan polisi menolak perintah Tsar untuk menghabisi para demonstran. Kaum buruh, tentara dan petani lalu membentuk soviet-soviet sebagai embrio yang disiapkan untuk mengambil alih kekuasaan.

Revolusi Februari berhasil menggulingkan kekuasaan monarki absolut feodal dibawah kekuasaan Tsar. Menurut Trosky Revolusi Februari adalah revolusi borjuis yang tercabik-cabik dalam berbagai kontradiksi yang akan membawa Rusia kepada dua tujuan yaitu, langsung menuju revolusi proletariat atau melempar Rusia dibawah kekuasan kaum borjuis oligarkis. Kaum Bolshevik memilih menuju jalan revolusi proletar.

Revolusi Februari menlahirkan sebuah Pemerintahan Sementara yang masih didominasi para elit politik liberal yang bersekutu dengan kelompok sosialis reformis (Menshevik dan Sosialis Revolusioner) guna mencegah kekuatan Bolshevik memimpin revolusi demokratik. Pada saat itu secara defactao Rusia mempunyai dua pusat kekuasan, dimana kekuasaan formal Pemerinahan Semntara dikuasai elit liberal dan sosialis reformis, dan kekuasaan di akar rumput dikuasai soviet-soviet kaum Bolshevik. Ketika perwakilan soviet diminta duduk dalam Pemerintahan Sementara, mayoritas yang dikirim adalah perwakilan dari sosialis reformis dari Menshevik dan Sosialis Revolusioner, bukan dari kaum Bolshevik. Posisi perwakilan Bolshevik menjadi minoritas dalam Pemrintahan Smentara. Para sosialis reformis ini terilusi pada dua tahap revolusi, bahwa revolusi demokratik borjuis harus dilalui dahulu untuk menjadikan Rusia negara kapitalis, baru setelah kapitalisme sudah matang dijalankan revolusi sosialis. Sebuah retorika ujtuk membenarkan koloborasi dengan kaum liberal.

Pada bulan April 1917 Lenin kembali ke Rusia dan mulai memberi kepemimpinan dengan mengeluarkan Tesis April yang dimuat dalam koran Bolshevik Pravda 7 April 1917. Substansi dari Tesis April dari Lenin adalah sbb: 1) Sikap Bolshevik menolak perang imperialis yang melibatkan Rusia. 2) Menempatkan kekuasaan ditangan proletariat dan golongan termiskijn dari petani. 3) Jangan mendukung pemerintahan Sementara. 4) Bahwa soviet-soviet adalah satu-satunya bentuk yang mungkin dari pemerinthan revolusioner. 5) Menolak untuk kembali pada republik parlementer, tapi sebuah republik soviet-soviet yang terdiri dari utusan kaum buruh dan petani. 6)Nasionalisasi seluruh tanah didalam negeri dibawah kekuasaan soviet buruh-tani. 7) penggabungan bank menjadi bank nasional yg akan dikontrol soviet-soviet.

Pada bulan Agustus terjadi upaya kudeta oleh jendral Kornilov. Pemerintahan Sementara meminta bantuan pada Bolshevik untuk menghadang upaya kudeta. Bagi kaum Bolshevik, upaya kudeta militer harus dicegah, karena bukan hanya berbahaya buat ruang demokrasi yang diciptakan dari Revolusi Februari, tapi juga dapat menghancurkan kaum Bolshevik itu sendiri., bukan untuk melidungi Pemerintahan Sementara, tapi melindungi ruang demokrasi.

Upaya kudeta berhasil digagalkan tanpa satupun letusan peluru oleh Kaum Bolshevik. . Para buruh kereta api menghentikan kereta yang membawa pasukan menuju St Petersburg. Sementara para propagandis Bolshevik meyakinkan para prajurit bahwa yang sedang terjadi di St petersburg adalah revolusi buruh, tani dan tentara. Para prajurit lalu berbalik menangkapi para komandan. lala mendukung revolusi dan soviet tentara.

Pada 25 Oktober Pemerintahan Sementara berhasil direbut oleh kaum Bolshevik nyaris tanpa perlawanan. Keberhasilan di St Petersburg mengulingkan Pemerintahan Sementara dengan cepat menjalar keseluruh Rusia, dengan motor utama soviet-soviet buruh, petani dan tentara. Kongres ke 2 soviet Rusia memutuskan untuk menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada Pemerintahan Soviet. Program Pemerintahan Soviet adalah; memenuhi semua tuntutan kaum buruh, tanah dibagikan kepada petani miskni, pabrik dan bank disita dan dijalankan oleh buruh, menarik Rusia dari Perang Dunia I, memberikan hak pilih kepada kaum perempuan. Dengan program tersebut maka Revolusi Oktoberr dapat dikatakan adalah Revolusi Sosialis.

Revolusi Bolshevik dan Pengaruhnya

Editorial koran Manchester Guardian pada 9 November 1917 menulis dua hari setelah Revolusi Bolshevik di Rusia. “Kita akan segera melihat apakah mereka dapat memegang kekuasaan yang telah mereka rebut, atau mempertahankannya tanpa perang saudara, dan apakah mereka akan tahu apa yang harus dilakukan dengan itu ketika mereka mendapatkannya.. “

Kekuataan konservatif yang digulingkan oleh Revolusi Bolshevik dengan bantuan negara-negara kapitalis Eropa mencoba menggagalkan revolusi dengan menciptakan perang saudara. Negara-negara kapitalis Eropa Barat seperti terkejut dan melihat ancaman serius bagi legitimasi kapitalisme dari negeri yang dianggap terbelakang dalam kapitalisme. Negeri dengan visi revolusioner tersebut harus dijinakan secepat mungkin dinegerinya sendiri, sebelum meluas memberi inspirasi bagi kaum buruh yang lebih massif di Eropa Barat untuk mencari cara pembebasan dari kapitalisme.

Menurut sejarawan Eric Hobsbawm “ sejarah abad ke-20 tidak dapat dipahami tanpa Revolusi Rusia dan akibat langsung dan tidak langsungnya. “

Bagi saya, ada enam akibat langsung (dan tidak langsung) dari Revolusi Bolshevik dalam dinamika sejarah global dan perlawanan kelas buruh, rakyat dan bangsa tertindas.

Pertama, Revolusi Oktober membuktikan bahwa rakyat kecil yang teroganisir dapat menentukan nasib dan jalan sejarahnya sendiri. Memperi inspirasi dan mimpi indah pada kaum yang dipinggirkan dalam peradaban, bahwa nasib mereka dapat diubah dan ditentukan oleh kekuatan mereka sendiri. The Guardian (6 Novembeer 2017) menulis pada peringatan 100 tahun Revolusi Bolsevik. “Peristiwa seabad yang lalu masih memiliki kekuatan untuk menginspirasi. Alasan mendasar untuk ini adalah bahwa mereka menunjukkan, betapapun tidak sempurna, bahwa pada saat-saat krisis manusia dapat mengendalikan nasib mereka sendiri. Revolusi Rusia menjadi inspirasi karena mengatakan kepada dunia bahwa segala sesuatunya tidak harus tetap seperti apa adanya – dalam masyarakat, dalam politik, dalam hubungan antarmanusia, dan dalam seni.”

Kedua, ancaman eksistensial komunisme adalah faktor yang memaksa kapitalisme untuk membuat akomodasi dan konsesi dengan kebutuhan rakyat biasa. Kapitalisme lalu menjalankan politik pura-pura baik hati pada masyarakat. Politik kebaikan pura-pura itu mejadi konsesi yang memungkinkan kapitalisme untuk menenangkan warganya dan tidak mendukung ideologi revolusioner gerakan buruh. Pada akhir Perang Dunia Kedua, partai-partai komunis di Italia, Prancis, dan Yunani berada di ambang sukses elektoral. Salah satu kemenangan awal CIA yang baru lahir adalah mencegah gelombang komunisme yang tampaknya tak terhentikan ke Eropa Barat. Anggota Parlemen Konservatif Quintin Hogg dengan rapi merangkum sikap ini .”Jika Anda tidak memberi reformasi kepada rakyat, mereka akan memberi Anda revolusi sosial.”

Dalam pandangan Tariq Ali, “Revolusi Rusia sangat baik untuk demokrasi sosial Barat. Kapitalisme dipaksa untuk membuat konsesi yang nyata. Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan jenis kapitalisme predator terburuk (globalisasi) yang dipuji tanpa henti dan tanpa kritik oleh The Economist dan Financial Times. Tetapi selama tidak ada alternatif selain kapitalisme, kapitalisme akan bertahan “

Ketiga, Revolusi Bolshevik, menurut Tariq Ali juga “mempercepat dekolonisasi dan mengilhami revolusi di Vietnam, Cina dan Kuba”. Sebagian Asia, Afrika dan Amerika Latin terlibat dalam perjuangan dekolonisasi dengan para pemimpin perjuangan yang mempunyai jutaan pendukung seperti Nehru di India, Nasser di Mesir, Ho Chi Minh dari Vietnam, Lumumba dari Republik Demokratik Kongo, Castro dan Che Guevara di Kuba. Uni Soviet dipandang sebagai contoh untuk menggulingkan imperialisme.

Proses dekolonisasi di abad 20, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh Revolusi Bolshevik dah peran Lenin. Menurut Lenin, akibat dari imperialisme telah melahirkan ”bangsa penjajah” dan ”bangsa terjajah.” Menurut Lenin, hak menentukan nasib sendiri berlaku bagi bangsa tertindas yang tersubordinasi dalam negara multi bangsa, bangsa-bangsa di negeri kolonial, ataupun bangsa yang dianeksasi, khususnya dalam masa imperialisme. Saat itu, menurut Lenin, dari jumlah penduduk dunia yang mencapai sekitar 1.750 juta, maka sekitar 70% atau 1.250 juta orang hidup di negara-negara tertindas, baik sebagai negara jajahan langsung maupun bersifat semi koloni seperti, misalnya, Persia,Turki, dan Cina, atau hidup di negara-negara yang dipaksa menandatangani traktat-traktat damai setelah ditaklukkan oleh negara imperialis. Lenin juga menghubungkan gerakan revolusioner di negeri penjajah atau negeri imperialis, dengan gerakan pembebasan nasional di negeri-negeri terjajah. Lenin sangat menyadari adanya perbedaan konteks sejarah, politik dan budaya dalam gerakan pembebasan nasional di negeri-negeri terjajah. Kekhususan tersebut tidak dapat dijembatani dengan strategi dan teori perjuangan yang berlaku di negeri-negeri imperialis.

Keempat, memajukan emansipasi perempuan. Sejak awal revolusi Bolshevik berjanji untuk membebaskan perempuan dari penindasan terkait gender. Gagasan bahwa eksploitasi perempuan adalah akibat wajar dari eksploitasi kapitalis adalah prinsip sentral Marxisme seperti ditulis Friedrich Engels tahun 1884 dalam karyanyai The Origin of Family, Private Property and the State karya. Menurut Engels, konsep keluarga yang membuat perempuan tunduk pada laki-laki merupakan hasil langsung dari konsep kepemilikan pribadi. Dengan penghapusan kapitalisme, dorongan sosial untuk penindasan perempuan juga akan lenyap.

Revolusi Februari 1917 yang menjadi prolog Revolusi Oktober dimulai dengan pemogokan buruh tekstil perempuan yang melakukan demonstrasi memperingati Hari Perempuan International. Tergulingnya Tzar memberi ruang demokrasi untuk mempercepat dan mengakselerasi pembenttukan soviet-soviet atau dewan-dewan rakyat ( soviet buruh, soviet petani, soviet tentra, soviet pelaut) yang menjadi kekuatan pokok Revolusi Oktober.

Uni Soviet memiliki salah satu tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan tertinggi di dunia. Hingga hari ini, negara-negara bekas Soviet memiliki tingkat partisipasi perempuan yang patut ditiru di bidang-bidang yang didominasi oleh laki-laki, termasuk manajemen, sains dan teknologi.

Saat Revolusi Oktober, kaum Bolshevik mempunyai departemen perempuan ‘Zhenotdel’ yang dipimpin revolusioner Aleksandra Kollontai. Revolusi Bolshevik juga memutuskan membeikan hak suara bagi kaum perempuan. Kollontai berpendapat bahwa perempuan tidak akan benar-benar bebas sampai mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif. Dia memperjuangkan pembebasan perempuan tidak hanya dari struktur hukum yang tidak setara, tetapi juga dari pekerjaan rumah tangga yang menjemukan seperti poster Bolshevik yang terkenal yang menyatakan: ‘Hancurkan perbudakan di dapur!’. Secara revolusioner negara juga melegalkan aborsi sebagai hak perempuan atas tubuhnya.

Kelima, Revolusi Bolsevik membuktikan bahwa teori revolusioner dibutuhkan untuk perubahan sosial guna menggantikan sistem baru diluar kapitalisme secara revolusioner. Sebagaimana dikatakan oleh Lenin, “ tidak ada gerakan revolusioner tanpa teori revolusioner.” Lenin membumikan teori revolusi berdasarkan kondisi-kondisi kongkrit gerakan kelas pekerja. Menjembatani antara abstraksi teori dengan praktek yang kongkret, yang sedang dan akan dilakukan gerakan kelas pekerja. Dialektikan antara teori dan praktek akan menghasilkan sebuah kualitas baru gerakan untuk perubahan melawan kapitalisme. Bagi kaum Bolshevik, teori seperti mengamini kritik Karl Marx atas para filsuf yang hanya sibuk menginterpretasi dunia, yang seharusnya dilakukan adalah bagaimana mengubahnya.

Keenam, ini yang paling penting dari legasi Revolusi Bolsevik adalah terlembagannya demokrasi partisipatoris/langsung melaui dewan-dewan rakyat yang disebut dengan soviet-soviet buruh, petani, tentara, pelaut dll. Dewan-dewan ini mempuhyai fungsi sosial-ekonomi-budaya dan politik sekaligus Semua keputusan organisasi dan politik diambil secara demokratis dalam soviet-soviet. Karena itu salah satu slogan politik Revolusi Bolshevik adalah “ Semua kekuasaan untuk soviet”. Namun pasca wafatnya Lenin 1924, soviet-soviet dilumpuhkan oleh birokrasi PKUS dibawah kekuasaan Stalinisme. Sekarang ini, demokrasi perwakilan melalui pemilihan umum yang hegemonik, dengan menanggalkan partisipasi yang dianggap satu-satunya cara berdemokrasi. Akibatnya sistem politik formal/elektoral dikuasai para oligarki kapitalis hampir disemua negara didunia. Beberapa percobaan untuk menghidupkan demokrasi partisipatoris dilakukan di Brasil di negara bagian Porto Alegre dengan strategi Anggaran Partisipatoris. Di Venezuela juga muncul Dewan Komunitas (Community Councils) sebagai pondasi dari revolusi Bolivatian. Di Kerala, negara bagian India, kekuasaan sayap kiri juga membangun perencanaan partisipatif dan desentralisasi seluas mungkin aga partisipasi publik dapat diakomodasi oleh pemerintah sayap kiri.

Masa Depan Pasca Revolusi Oktober

Revolusi Oktober Bolsevik sudah berusia 103 tahun. Sebagai mahasiswa sejarah, saya begitu tertarik dengan berbagai revolusi yang menjadi lokomotif perubahan dalam sejarah. Tanpa revolusi peradaban akan mandeg dan stagnan. Dari semua revolusi, maka revolusi Oktober adalah unik, karena sebagai peristiwa pertama dijaman modern, dimana kekuatan kapitalisme bisa ditumbangkan oleh rakyat yang teroganisir dalam dewan-dewan rakyat (soviet).

Pelajaran penting dari revolusi Oktober adalah bagaimana proses kaum revousioner membangun gerakan dalam dewan-dewan rakyat (soviet-soviet) pasca Revolusi 1905, yang bisa bergerak solid dan terpimpin menciptakan sebuah revolusi pasca revolusi Februari 1917.

Namun, jaman sudah berubah cepat di abad ke 21 ini. Pasca hancurnya Uni Soviet, pada penghujung tahun 1980an, haru diakui tidak ada lagi simbol sosialisme global yang dianggap hegemonik menjadi alternatif diluar sistem kapitalisme. Sosialisme menjadi pingiran dari sistem dominan bernama kapitalisme. RRC sendiri sudah mengambil garis membangun negara dengan mengkombinasikan dua sistem, komunisme dan kapitalisme. Menjadi kapitalisme yang diatur negara ujar Tariq Ali.

Sementara Cuba, negara sosialis kecil di karibia harus survive puluhan tahun karena politik isolasi amerika serikat dan negara-negara Barat. Isolasi bahkan terus berlanjut pasca perang dingin berakhir. Namun Cuba bangkit menjadi negara kecil yang bermartabat dengan tingkat melek huruf tertinggi didunia dan sistem kesehatan terbaik didunia. Sosialisme bertahan lama di Cuba. Paling hebat, Cuba mengirim tim dokter keberbagai penjuru duia mengobati orang-orang sakit karena korban konflik dan bencana alam disaat Amerika Serikat dan sekutunya gemar mengirim militer keberbagai penjuru dunia.

Lalu revolusi Bolivarian muncul diawal abad ke 21 di Venezuela dipimpin oleh Hugo Chaves. Kekuatan inti dari revolusi Bolivarian adalah pada dewan-dewan komunitas (Commuity Councils) yang ribuan jumlahnya. Dewan komunitas tidak memisahkan fungsi sosial-ekonomi dan fungsi politis. Perbedaan pokok Dewan Komuntas dengan soviet-soviet Revolusi Bolshevik adalah Chaves tidak menggunakannya untuk melakukan insureksi politik atas pemerintah, tapi mendapatkannya melalui cara elektoral, melalui pemilihan presiden langsung yang demokratis. Dalam keadaan normal, Dewan Komunitas akan lebih condong berfungsi sosial-ekonomis untik memenuhi kebutuhan dan aktivitas sosial rakyat. Namun pada momentum dan krisis politik, dia menjadi kekuatan mobilisasi politik rakyat membela Bolivarianisme. Kudeta atas Hugo Chaves membuktikan fungsi politik itu. Dalam waktu singkat ratusan ribu rakyat turun kejalan-jalan di Caracas menuntut dikembalikannya Chaves dan dipulihkan kembali pemerintahan Bolivarian. Kudeta itupun gagal. Saya ingat sebuah anekdot dari Tariq Ali tentang gagalnya kudeta.

Jendral pemimpin kudeta memerintahkan pada seorang prajurit untuk meniupkan terompet tanda kemenangan kudeta militer atas pemerintahan Chavez.

Prajurit peniup terompet. “ Saya hanya mengakui Pemerintahan Hugo Chaves, kalau anda ingin merayakan kudeta, ini tiup sendiri terompetnya.”

Namum, pemerintahan Chaves digangu terus oleh oposisi konservatif yang didukung oleh Amerika Serikat. Upaya kudeta merangkak dilakukan ketika Nicolas Maduro menang Pilpres secara demokratis dengan mengangkat presiden boneka yang diakui oleh Amerika Serikat. Namun, Revolusi Bolivarian terbukti tahan banting, terus bertahan ditengah provokasi oposisi yang didukung Amerika Serikat.

Skenario yang mirip juga dialami oleh Evo Morales pemimpin sosialis dari Bolivia. Kemenangan pemilu 2019 dibatalkan sepihak. Lalu militer dengan dukungan amerika mengambil alih kekuasaan secara illegal dengan mendudukan seorang presiden boneka. ALhamdulilah sosialisme kembali dipulihkan dengan kemenangan prsiden sosialis Luis Arce dalam Pilpres Oktober 2020. Di Nicaragua kepemimpinan sosialis Sandinista dibawah Presiden Daniel Ortega juga terus diganggu oleh Amerika Serikat dengan berbagai cara, dari perang kotor tahun 1980-an hingga mendukung oposisi boneka.Skenario teror dan kekerasan AS atas sayap kiri bukanlah hal baru di Amerika Latin, sudah dimulai dengan mendukung kudeta berdarah atas presiden konstitusional sosialis Allende pada tahun 1971 dengan sandi kudeta “Operasi Jakarta.”

Lalu abad 21 ditandai dengan revolusi-revolusi damai spontan diluar hegemoni kaum kiri, melalui gerakan massa guna menuntut demokrasi dan perbaikan kesejahtraan di jazirah Arab yang dinamai dengan gerakan massa Arab Springs. Namun, gerakan massa yang cair ini kemudian berujung antiklimak dengan kemunculan kekuatan politik konservatif berbasis politik identitas, bahkan kudeta militer seperti di Mesir.

Lalu gerakan politik anak muda, yang dipelopori mahasiswa dan pelajar merebak di Hong Kong, Thailand dan Indonesia. Bereda dengan di Amerika Latin dimana gerakan mahasiswa dan anak muda masih menjadi daya Tarik kaum kiri, ditiga negara Asia ini jalannya berbeda. Di Hong Kong “ Gerakan Payung ,” para pelajar dan mahasiswa sudah 5 tahun ini membuat repot penguasa RRC. Tuntutan mereka lebih pada partisipasi public dan membuka ruang demokrasi seluas mungkin, tanpa kontrol dari birokrasi PKC. Lalu paling baru gerakan mahasiwa di Thailand yang memjnta militer tidak berpolitik dan menolak kekuasaan monarki. Tuntutannya lebih dekat pada ide-ide gerakan masyarakat sipil menuntut demokratisasi. Di Indonesia . gerakan anak muda ini menuntut untuk membela tujuan reformasi yang sudah dikorupsi oleh para elit oligarki, salah satu yang paling kuat adalah pemberantasan korupsi. Apakah akan menjadi lebih ideologis, biar sejarah yang menentukan.

Jadi boleh dikatakan tidak ada lagi perubahan politik dengan cara-cara revolusioner seperti Revolusi Bolsevik 1917 diabad ke 21 . Revolusi sosialis dengan cara insureksi terakhir kali dilakukan Fidel Castro dan Che Guevara pada tahun 1959.

Replikasi ala Revolusi Bolshevik 1917 memang sulit atau tidak mungkin akan berulang karena kondisi jaman yang berubah, manusia yang berubah, juga pengaruh hegemoni sistem kapitalisme selama ratusan tahun yang begitu kuat, membuat cara revolusioner ala Bolshevik seperti tidak laku lagi atau mustahil untuk di replikasi.

Mungkin Revolusi Bolshevik seperti di Rusia 1917 tidak akan pernah ada lagi, namun bukan berarti sosialisme tidak punya harapan masa depan. Menurut Neil Faulkner, penulis A People’s History of the Russian Revolution ;

Kapitalisme dunia berada dalam krisis yang dalam, krisis yang berkepanjangan, krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh kelas penguasa dunia, dan ada masalah global masif yang berkembang pesat ini, yang akan membanjiri kecuali kita membangun gerakan radikal untuk perubahan . Saya tidak heran orang-orang menelusuri kata ‘sosialisme’ di internet: orang tahu kami membutuhkan alternatif. Orang-orang mencari alternatif.”


Ilustrator: Hisam

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0