PESAN HARRY POTTER UNTUK MAHASISWA

JK Rowling: Very Good Live.

Diterbitkan: Gramedia Pustaka Utama, 2018

 

Ceramah Wisuda di Universitas Harvard

‘Apa yang kita capai di dalam diri akan mengubah realitas di luar’ (Plutrach)

***

Saya paling tak peduli dengan acara wisuda. Karena tak banyak yang menarik disana: upacara bertele-tele, ceramah sana sini hingga foto berulang kali. Heranya banyak mahasiswa menggemari acara yang-menurut saya-agak konyol. Malah sering mereka mengabadikan foto wisuda itu dimana-mana: tempel ruangan tamu hingga dipasang di status. Wisuda seperti pencapaian tertinggi hidup seorang mahasiswa.

Saya lupa apa isi ceramah waktu wisuda. Sebab biasanya pidato wisuda berisi hal-hal yang wajar saja: selamat jalan, ingat ancaman pengangguran dan doa semoga sukses. Bahkan kemaren keponakan saya wisuda ceramah Rektor penuh dengan bau promosi: kampus kini padat fasilitas hingga rencana pembangunan. Bayangkan ini anak mau keluar masih sempat-sempatnya Rektor promosi fasilitas segala.

gbr-google.com

Singkatnya saya merasa tak ada kenangan memukau saat wisuda. Hal yang ternyata tidak saya alami sendiri. JK Rowling-semoga anda tahu siapa dia-juga tak ingat apa isi pidato wisuda. Padahal yang kasih ceramah, menurutnya, seorang filosof yang terkemuka. Mungkin ia sama seperti kita semua: beranggapan ini acara basa basi dan fungsinya untuk memuaskan orang tua yang sudah capek-capek biayai kuliah.

Kini JK Rowling-sudah ingat siapa dia-diminta memberi ceramah wisuda di kampus ternama. Ini kampus yang banyak orang merasa ingin sekali kuliah disana: Universitas Harvard. Kampus yang sinonim dengan kata keren, hebat, dahsyat dan top. Seakan itu seperti tempat sihir dimana kuliah disana niscaya terjamin masa depanya. JK Rowling sadar suasana seperti itulah yang dialami ketika ia ucapkan pidatonya. Dihadapan mahasiswa Harvard.

Mereka yang meyakini masa depan itu di genggaman. Mereka yang sadar akan jadi manusia beruntung. Mereka sadar untuk tak terlalu cemas dengan dunia kerja. Sebab kampusnya sudah menjadi jaminan bahwa mahasiswanya itu sangat istimewa. Kalau baterai itu mirip Alkalin kalau mobil serupa BMW. Dijamin bermutu, unggul dan jangan sia-siakan untuk segera memanfaatkan kemampuanya.

Tapi JK Rowling selalu membuat kejutan. Ia pidato tentang dua nilai yang dihapuskan oleh dunia kampus selamanya: pentingnya kegagalan dan keutamaan imaginasi. Sebuah keyakinan yang istimewa karena memadukan apa yang selama ini dihindari oleh kampus. Tak ingin kampus mencetak mahasiswa gagal dan tak hirau dengan imaginasi. Disanalah pidato JK Rowling ini pantas untuk didengarkan. Lebih tepatnya ia seperti membuat deklarasi.

‘Kegagalan memberi saya perasaan aman batiniah yang tidak pernah saya rasakan saat lulus dari berbagai ujian’

Itulah bukan kalimat motivasi tapi jejak hidupnya: pernikahan yang seumur jagung, tidak punya pekerjaan, orang tua tunggal dan miskin, meski belum termasuk tuna wisma. Dari mahasiswa ia sudah memilih jalan yang berbeda: inginya orang tua JK Rowling mengambil diploma tapi dirinya ingin sastra Inggris. Buat kesepakatan akhirnya memilih bahasa modern. Tapi sampai di kampus langsung ganti jurusan sastra klasik. Gadis yang nekat sekali!

Ia mempelajari sesuatu yang saya rasa agak janggal: Mitologi Yunani. Ilmu yang tak mungkin dipakai untuk kerja di perusahaan. Bukan karena ilmu itu tapi kegagalan sepertinya akan menghampiri tiap kehidupan. Perjumpaan kegagalan memang tak menggembirakan, selalu saja beresiko, menyakitkan dan meninggalkan sesuatu yang memberatkan. Tapi JK Rowling seperti –tokoh ciptaanya-Harry Porter, kegagalan berarti menanggalkan semua yang tak penting. Kita tak lagi berpura-pura tentang diri kita karena kita berusaha untuk mengungkapkan apa yang terbaik yang kita punya.

‘saya masih hidup, saya masih punya anak perempuan yang sangat saya sayang, punya sebuah mesin tik tua serta inspirasi yang besar. Dan dasar jurang justru menjadi fondasi yang kukuh untuk membangun kembali hidup saya’

Sebuah kata yang memprovokasi tak memotivasi. Diantara sederet mahasiswa Harvard yang harapan bulatnya adalah kesuksesan. JK Rowling menampilkan kata tentang kegagalan yang sepatutnya dijalani oleh tiap anak muda. Tidak untuk takut menghadapinya atau cemas dalam menjalaninya tapi berani menyongsongnya. Saya rasa kata itu pantas didengar oleh mahasiswa hari ini.

Mahasiswa yang kuatir sekali dengan kegagalan. Seolah hidup musti dijalani dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Padahal hidup bukan sebuah alur yang pasti apalagi keinginan untuk aman sepanjang jalurnya. Hidup itu seperti naik sepeda di antara bebatuan dengan ban yang sedikit kempes: kita terengah-engah tapi itu menyenangkan jika kita anggap sebagai petualangan. Kalau keberanian itu bisa ditanam maka hidup pantas untuk memegang imaginasi.

Itulah pokok keyakinan berikutnya. Ditempuh karir pertamanya di Amnesty International JK Rowling berjumpa dengan korban pelanggaran HAM. Mereka yang teraniaya dengan keji dan mengatakan perlawanan atas sebuah tatanan diktator yang dianggap tidak bisa dibenarkan. Oleh hukum, oleh akal dan oleh nurani.

JK Rowling berjumpa dengan para pemberani. Mereka yang menentang penguasa diktator dengan resiko dihabisi nyawanya. Katanya: ‘imaginasi bukan hanya kemampuan unik manusia untuk membayangkan sesuatu yang tidak ada…imaginasi memiliki kuasa yang membuat kita bisa berempati dengan orang-orang yang pengalaman hidupnya berbeda dengan kita’

Disana dirinya berjumpa dengan para patriot muda yang disiksa oleh kebuasan rezim diktator. JK Rowling menemukan kepedihan, kengerian dari sebuah tindakan kejam manusia. Manusia yang diberi kekuasaan untuk memerintah dan terus berusaha mempertahankan kekuasaan dengan caranya yang keji. Di Amnesty International JK Rowling belajar bagaimana cara membela, meneguhkan posisi dan mengajak semua orang untuk mengutuk tindakan sadis.

Itulah masa paling inspiratif dalam dirinya. JK Rowling belajar menempatkan diri dalam posisi orang lain. Dirinya sadar tinggal di sebuah negeri yang demokratis dengan stabilitas politik yang tinggi. Baginya ini saat untuk menggunakan imaginasi dengan berusaha sejauh mungkin untuk membela mereka yang dianiaya. Diam-diam ia mengajak mahasiswa Harvard untuk bertindak sejauh yang mungkin membela mereka yang di dunia ini teraniaya.

JK Rowling berdiri bukan cerita bagaimana kiat untuk menulis. Ia tak cerita apa resep jadi penulis yang sukses. Bahkan ia tak cerita kenapa Harry Porter bisa digemari. Ia seorang aktivis yang mengajak anak-anak muda untuk keluar dari kepompong mimpi palsunya. Ia meneguhkan kekuatan imaginasi yang wujudnya adalah berpihak, melindungi dan membela mereka yang lemah. Sebuah pidato mengaggumkan untuk tidak dikatakan sebagai gemilang.

Ia ajak anak-anak muda untuk meyentuh mereka yang lemah, untuk menyapa mereka yang disingkirkan, untuk membela mereka yang hidup teraniaya. Hidup ini bukan untuk kepuasan diri dan keluarga kita sendiri karena pada hakekatnya-katanya-‘eksistensi kita saja, kita meyentuh hidup orang lain’. Sebuah pedoman hidup yang padat hikmah dan mungkin karena itu ia mengakhiri pidatonya dengan seruan propagandis:

..sebagian besar dari kalian berasal dari satu-satunya negara adidaya di dunia ini. Cara kalian memilih, cara kalian hidup, cara kalian melancarkan protes, dan tekanan yang kalian lakukan pada pemerintah memiliki dampak yang jauh melintasi batas-batas negara. Inilah hak istimewa sekaligus beban kalian…

…bila kalian memilih menggunakan status dan pengaruh kalian untuk bersuara mewakili mereka yang tidak punya suara; memilih berpihak bukan hanya dengan mereka yang tidak berdaya; bila kalian mempertahankan kemampuan untuk membayangkan diri kalian berada dalam posisi mereka yang tidak memiliki kesempatan seperti kalian, maka bukan hanya keluarga yang akan merayakan keberhasilan kalian, melainkan ribuan-bahkan jutaan orang-yang kehidupan nyatanya berubah berkat kalian…

Membaca kalimat  itu saya menitikkan air mata. Andai saja pidato semacam itu dikatakan oleh Rektor saya ketika wisuda tentu saya akan memilih jalan hidup yang berbeda. Begitu pula mungkin kawan, teman, pacar atau seteru saya waktu kuliah. Sayang kita tak punya tradisi indah tentang pidato wisuda. Pidato JK Rowling mengisi ruang kosong itu.

Jika boleh saya sarankan cukup pidato JK Rowling dengan perubahan sana sini, tempat mungkin atau ucapan terimakasih, dibaca langsung saja. Sebab pidato ini menandaskan lagi mengenai peran anak muda yang berhasil meraih gelar sarjana. Idealis memang tapi kita tetap membutuhkan nilai itu di tengah suasana dunia dan kondisi sosial yang sedang sekarat.

JK Rowling bukan hanya pandai melahirkan kisah sihir tapi ternyata ia mahir menyampaikan pidato pada mahasiswa. Ia sama dengan kita yang percaya kalau mahasiswa itu memang ‘agen perubahan sosial’. Sebuah pidato yang istimewa karena menggugah bilik kesadaran heroik anak muda. Suara yang langka di hari-hari ini.

 

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0