Tuhan aku berlindung pada-Mu dari kepengecutan – (Zeki Saritoptak, Dosen Ilmu Agama Islam Cleveland)
***
Pertama aku akan terkejut. Sengatan berita yang menyakitkan: 41 dari 45 anggota DPRD terlibat korupsi. Ini memang tak sebanyak Jambi yang jumlahnya mencapai 52 anggota DPRD. Anggota DPRD Sumut periode 2009-2014 dan 2014-2019 jumlahnya 50 orang. Ibarat wabah korupsi seperti virus yang penularanya cepat, spontan dan serentak. Terus terang aku malu punya wakil rakyat yang tak tahu malu.
Jelas aku malu! Kotaku dikenal sebagai penyumbang populasi pencuri yang asalnya dari Dewan. Total dari anggota Dewan periode 2007-2017 ada 144 terjerat kasus korupsi. 41-nya disumbang oleh kotaku. Benar-benar keparat memang, karena pola yang dilakukan tidak istimewa sama sekali. 41 wakil ini diduga menerima hadiah atau janji dari wali kota Malang nonaktif dengan nilai antara Rp 15 juta-50 juta. Bukan nilainya yang kupersoalkan tapi caranya benar-benar tidak canggih!
Mereka ini sangat keterlaluan! Kata Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan, pengesahan APBD selalu menjadi celah korupsi di daerah. Biaya ketok palu saja dikorupsi. Aku tak bayangkan ironinya kerja Dewan. Hanya mengetok Palu saja ada upah yang diminta, ada anggaran yang ditilep dan ada suap yang musti diberikan. Sialnya itu semua dilakukan oleh 41 dari 45 anggota Dewan.
Kutaruh di mana muka ini! Menyaksikan di televisi satu persatu Dewan itu dipanggil KPK. Menggunakan seragam tersangka kulihat mereka biasa-biasa saja. Seolah ini semacam tindakan yang tak disengaja. Seakan ini perbuatan yang benar-benar mereka tak tahu akibatnya. Bisa-bisanya mereka itu bersikap tenang padahal karena perbuatanya pemerintahan di Malang bisa stagnan. Jelas stagnan karena lembaga legislatifnya kosong!
Jangan-jangan mereka menganggap korupsi itu gejala biasa. Bayangkan saja-di negeri ini- ada 2.357 aparatur sipil negara yang jadi terpidana korupsi dan masih bergaji!! Kita menggaji pencuri. Edan! Alasan masih digaji karena mereka tidak diberhentikan. Lha?! Jadi mereka ini pegawai, lalu mencuri, kemudian masih digaji dan tak diberhentikan. Disebut apa kondisi ini? Tragedi atau komedi!! Tapi aku tahu sebutan untuk anggota Dewan yang korupsi itu sebagai musibah dan laknat!!
Tapi aku heran mengapa kita tidak marah, kecewa dan kesal. Menyaksikan anggota Dewan itu mencuri bersama dengan nilai yang bikin kita geleng-geleng kepala. Media mengatakan uang suap yang dijejalkan ke saku Dewan itu diperkirakan jumlahnya antara 12 juta hingga 50 juta per orang. Ini uang yang jumlahnya jauh dari UMK Malang yang besarnya hanya 2,4 juta. Pencurian ini menghina rakyat, akal sehat dan adab!
Terus terang aku ingin bertanya mengapa mereka berani-beraninya mencuri uang rakyat bersama-sama? Di Pemilu pasti mereka janji untuk setia, untuk membela bahkan untuk tetap memperjuangkan nasib rakyatnya. Pekerjaan itu diganjar oleh gaji yang bisa mencapai angka Rp 25 juta. Lalu kini mereka dengan gembira mencuri dan saat tertangkap mereka tak berkata apa-apa. Bahkan minta maaf sekalipun!
Ingin aku bilang sebagai rakyat kalau aku sudah melakukan segalanya. Kupilih mereka dengan harapan agar Demokrasi berjalan sehat. Kupercaya setiap omongan mereka karena aku berbaik sangka-kalau itu semua-bukan dusta. Kupastikan diriku untuk tidak menghujat, memaki atau mendoakan yang buruk karena mereka juga bagian dari penduduk kami. Tapi bisakah mereka mengganti hilangnya ‘kepercayaan’ kami. Rusak kepercayaan kami karena perbuatan lancung kalian!
Kepercayaan kami pada sistem demokrasi. Kepercayaan kami pada lembaga perwakilan rakyat. Bahkan kepercayaan kami pada pemerintah setempat. Kalian telah rusak kepercayaan itu dan sulit bagi kami untuk mengembalikan itu semua. Teganya kalian mencuri padahal gaji kalian sangat mencukupi! Uang tunjangan kalian saja-menurut informasi yang dipercaya- besarnya sekitar 21,4 juta. Kalau disebut satu demi satu itu tunjangan hidup yang istimewa.
Kalian mendapat tunjangan apa saja! Tunjangan keluarga, beras, rumah, jasa pengabdian, komunikasi hingga transportasi. Ibaratnya kalian duduk, makan, tidur hingga ngomong: semuanya dibayar!! Lalu jika kemudian itu kurang terus mencuri, kira-kira kalian itu tak tahu diri, tak tahu malu atau tak tahu etika. Wajar jika kami bertanya agama apa yang mengajarkan perbuatan semacam itu? Tidak malukah kalian dengan rakyat yang telah memilihmu atau setidaknya keluarga yang kamu beri makan selama ini?
Tak tahu lagi apa yang bisa kukatakan pada tindakan lancang kalian! sukar aku berdoa untuk keselamatan dunia dan akherat karena aku merasa tidak mampu melawan kejahatan kalian. Terus terang aku malu karena di hadapan Tuhan sebab tak bisa kucegah perbuatan munkar yang dilakukan dengan cara akbar ini. Tuhan ampuni aku karena aku tak memiliki keberanian untuk mencegah dan tak tahu harus menyebut apa pada semua tindakan keji ini.
Memang aku marah, kecewa dan kesal! Tak hanya karena perbuatan kalian, tapi miskinya tauladan yang diberikan oleh golongan yang –secara terhormat- dipanggil: ‘Wakil Rakyat’. Sebentar lagi ada Pemilu yang diantaranya adalah memilih manusia seperti kalian. Dapatkah KPU menjamin kalau yang kami pilih tidak mengulangi lagi perbuatan kalian? adakah yang bisa menjamin kalau pencurian itu tak terjadi lagi dan yang kali ini-yang akan kami pilih- adalah manusia baru yang jujur, istimewa dan tidak akan menipu kami lagi?
Wahai para pengurus partai tidakkah kalian malu dengan kader kalian yang mencuri ini? Lima atau sepuluh tahun lagi bisakah kalian bangga kalau tertulis di masa depan bahwa di kota ini-di tahun 2018- pernah pemerintahanya tak berfungsi gara-gara wakil rakyatnya mencuri? Bisakah kalian menepuk dada kalau para pencuri itu berasal dari semua partai politik yang ada? Kalau kalian tak percaya tanyakan pada rakyat kecil di kota Malang dimanapun berada: apa mereka bangga dengan partai politik yang kini ada?
Tuhan hari ini aku ingin menjadi saksi pada diriku sendiri. Bahwasanya aku kecewa, sedih dan marah. Sebab ajaranmu tentang kejujuran, kebenaran dan keadilan diinjak-injak begitu rupa. Hukum memang telah memberi mereka imbalan, tapi keadilan pasti masih jauh dari harapan. Aku hanya ingin katakan bahwa kami tak ingin lagi berdiam diri pada pencurian yang dilakukan dengan cara seperti ini. Memang nama kota kami Malang, tapi kami tak mau menjadi penduduk yang terus dilanda Kemalangan.
Tuhan ajarkan kami keberanian untuk menentang setiap pencurian. Berikan kami nyali sehingga kami tidak ditipu lagi. Dan jangan matikan hati kami sehingga menganggap ini semua jadi perkara biasa dan wajar saja. Tuhan Jangan sampai kami kehilangan hati, nurani dan akal sehingga menganggap pencurian sebagai tindakan yang normal. Teguhkan hati kami, kuatkan jiwa kami dan luruskan moral kami agar tetap menjadi warga yang mempertahankan kebenaran dan terus berjuang untuk keadilan.
Amin…Aminn