Sa’idah Oktariyati [Pegiat Social Movement Institute & Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan UAD]
***
Bagaimana seharusnya perawakan seorang pemimpin? Berani, tegas, konsisten, bertanggung jawab dan dapat diandalkan, atau seseorang yang mudah disetir oleh pengikutnya? Tapi, dengan berpakaian rapi, berbadan tegap, berparas rupawan, kharismatik serta lugas dalam berkata, apakah mereka sudah bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin?
Ada yang bilang pemimpin itu harus mengerti serta memahami karakter yang dipimpinnya. Ada juga yang bilang pemimpin itu harus bisa mengarahkan anggotanya agar tujuan tercapai. Lalu dimanakah dapat kita jumpai pemimpin semacam itu? Ada banyak pemimpin negeri ini. dulu kita pernah punya pemimpin yang terlihat kalem, tapi ketika ada orang yang dianggap mengancam kekuasaannya, maka bisa jadi orang tersebut hilang. Ada juga pemimpin yang gemar menurunkan kekuasaan pada anggota keluarga. Misalnya, seorang gubernur yang tidak bisa berkontestasi lagi, maka istrinya atau anaknya atau keponakannya yang disodorkan untuk bisa maju. Disini seolah ada idiom ‘hanya keluarga kita saja yang akan berkuasa’. Dan selain itu ada juga pemimpin yang tanpa rasa malu mengatasnamakan agama untuk kepentingannya.
Tapi bagaimana kepemimpinan itu saat ini? Apakah ada perbedaan? Atau justru setali tiga uang alias sama saja.
Tapi memang untuk menjadi seorang pemimpin itu memang tidak gampang. Menjadi pemimpin juga bukan perkara mudah. Tapi bukan karena itu lantas menghalalkan segala cara. Keadilan tetap harus di utamakan. Apalagi kalau sudah terpilih. Seorang pemimpin harus berhati-hati agar apa yang dilakukannya tidak menjurus pada mendzolimi masyarakat atau membolakbalik keadaan; yang benar disalahkan dan yang salah dicarikan pembenarannya. Menjadi seorang pempin harus adil dan fair. Meskipun tidak semua bisa langsung dikerjakan.
Maka itu, dalam menghadapi pemilu serentak dan pilpres kedepan, sangat disayangkan jika kita salah memilih pemimpin untuk negeri yang kaya akan sumber daya alamnya serta bermacam-ragam kebudayaannya ini. Kita harus benar-benar bisa memilih pemimpin yang mau berkerja untuk rakyat. Pemimpin yang ma mendedikasi tujuannya untuk tujuan rakyat, tanpa mencederai kepercayaan yang diberikan saat pemilu.
Tapi pertanyaannya, akankah ada pemimpin yang diharapkan seperti itu; rela mengorbankan diri habis-habisan demi kepentingan rakyat? Akankah ada pemimpin yang benar-benar dibutuhkan rakyat; benar-benar mengerti apa keinginan rakyat? Akankah ada pemimpin yang adil, tanpa membeda-bedakan dari golongan manakah kamu? Akankah ada pemimpin yang berani mengambil keputusan dengan benar tanpa mengutamakan mana yang kira-kira lebih menguntungkan untuk kedudukannya? Akankah ada pemimpin yang dengan tegas memberantas kecurangan-kecurangan tanpa mempertimbangkan orang-orang yang terlibat adalah keluarga, kerabat atau orang terdekatnya?
Itu pekerjaan rumah bagi kita dan bangsa ini kalau mau menatap masa depan yang lebih baik. Kita optimis bahwa masih ada yang baik dan bisa diharapkan diantara tumpukan ‘sampah busuk’ negeri ini. Tapi untuk mendapatkan itu, kita harus lebih jeli dan cerdas untuk memilih mana yang pantas dipilih. Karena selama ini rakyat dan kita semua sudah capek dan lelah diberi janji-janji palsu saja; bahwa untuk makan saja harus menunggu belas kasihan, sekolah masih tidak mampu, dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pun dibatasi.
Seharusnya hal seperti ini tidak terjadi lagi. HAl seperti ini harus segera diakhiri. Kedepannya pemimpin harus lebih baik lagi, lebih arif, lebih peka dan bijaksana sera benar-benar bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Jangan menjadi pemimpin yang memelihara keangkuhan. Jangan menjadi pemimpin olok-olok yang menggunakan kekuasaanmu untuk mempermainkan kehidupan orang lain.
Jabatanmu itu adalah amanat. Jangan disalahartikan dan jangan disalah gunakan. Terlalu banyak harapan rakyat yang menggantungkan kehidupannya pada pemimpin. Maka itu jangan khianati kepercayaan rakyat. Terutama mereka yang miskin dan papah. Beri harpan dan kerja nyata untuk mengangkat derajat mereka. Syukur-syukur kesejahteraannya juga bisa diangkat lebih baik lagi.
Atau sebaliknya, jangan mencalonkan diri jadi pemimpin kalau tidak bisa memenuhi tuntutan tersebut. Karena sudah terlalu banyak masalah yang ada dalam masyarakat, bahkan menumpuk banyak dari kepmimpinan-kepemimpinan sebelumnya. Jangan lagi menambahiya kalau kedepan tidak bisa amanah dan sesuai harapan.
Jika ingin menjadi pemimpin, maka rakyat harus dihormati dengan serius. Jangan hanya jadi alat politik kotor yang menjadikan rakyat tak lebih seperti boneka untuk kepentingan kekuasaan. Maka itu, untuk sah sebagai pemimpin rakyat, maka fokuslah dengan kepentingan rakyat. Bukan kepentingan elit semata. Fokuslah dengan kebutuhan orang banyak. Bukan kepentingan nafsu berkuasa kelompok dan golongan belaka. Sudahilah memberikan rakyat janji-janji palsu. Rakyat sekarang butuh bukti dan kerja nyata.
Lalu, pemimpin seperti apa yang kita butuhkan untuk negeri ini? Silahkan kalian pilih sebaik-baiknya.