TUAN DEWAN

 

siapa menyuruh kalian mengangkat para pemabuk kekuasaan dan harta menjadi pemimpin siapa menyuruh kalian memilih para gelandangan menjadi wakil wakil kalian siapa menyuruh kalian menyerahkan nasib demokrasi pada orang-orang frustasi…siapa menyuruh kalian mempercayakan negeri ini kepada para badut yang tak tahu diri (Siapa Menyuruh? – A Mustofa Bisri)

***

Terhormat sekali kedudukan tuan hari ini. Sebagai wakil rakyat untuk urusan semua. Terutama urusan kesejahteraan. Bangga kami karena punya Dewan yang serba bisa: bikin aturan untuk kepentingan dirinya hingga makmur seperti mimpi kami. Bisa kami sebut anda wakil yang luar biasa. Saat mana kami sulit cari pekerjaan anda punya banyak kegiatan. Membuat aturan yang untungkan diri sendiri hingga menggilir posisi sesuai dengan kehendaknya. Mungkin biar sejarah yang mencatat prestasi apa yang telah tuan lahirkan. Baik maupun buruk mungkin itu juga cerminan kami. Rakyat yang telah memilihmu dan percaya dengan janji kampanyemu. Sesal itu tak guna tapi kecewa itu pasti. Bukan karena khianat tapi mungkin karena kalian melebihi dugaan kami.

Ingatkah saat anda memasang wajah di kartu suara. Tampak baik dan cerdik. Ingatkah wajah anda di poster. Menawan dan rupawan. Bahkan saat pidato kami sering terharu. Ingin bela kami, kritik apa yang kami rasa dan janji hendak bawa kami bahagia. Tentu ada lampiran uang untuk acara sana sini. Tapi itu maklum dan biasa. Demokrasi kita pelumasnya memang itu. Uang jadi pemicu dan dasar untuk meraih posisi apa saja. Beruntunglah karena syarat jadi anggota parlemen hanya lomba banyak-banyak suara. Syarat itu tak ringan, terutama untuk yang tak punya uang dan jaringan. Beruntung kalian tak hidup pada masa pergerakan. Masuk partai saja harus jawab soal. Untungnya anda tidak pada masa perjuangan. Jadi wakil rakyat harus sedia hidup apa adanya. Dewan zaman now memang musti beda. Kalau tak bisa buat rakyat bangga setidaknya bisa bikin mereka kecewa.

Barusan muncul revisi UU Nomor 17 tahun 2014. Perubahan pasal yang mengatur posisimu. Diantaranya soal tambahan kursi. Terutama untuk pemenang pemilu. Bagi rakyat itu tak banyak dampak. Hanya ada aturan mengejutkan. Tentang kewenanganmu memanggil paksa siapa pun dengan ancaman sandera. Sanderanya 30 hari lagi. Tak cukup itu juga Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) bisa mengambil langkah lain pada siapapun yang merendahkan kehormatan DPR dan anggota DPR. Paling menggemaskan pemeriksaan anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana harus mendapat persetujuan tertulis dari Presiden sesudah memperoleh pertimbangan dari MKD (Kompas 14-2-2018) Yang mengejutkan semua aturan ini mulus karena pemerintah setuju. Jujur kami gembira karena kalian kompak sekali. DPR dan Pemerintah satu suara untuk soal yang mengejutkan rakyatnya sendiri.

Rakyat pasti bangga karena DPR nya kebal untuk berbuat apa saja. Sungguh mulia kedudukanmu hingga kritik atas kinerjamu bisa berbuah celaka. Kami harus percaya apa yang diperbuat DPR memang untuk rakyat. Kalau ada ketua DPR jadi tersangka korupsi hingga anggota DPR masuk penjara karena mencuri: itu semua tak mengurangi rasa percaya dirimu. Menempatkan diri tetap sebagai orang terhormat. Memposisikan diri sebagai wakil rakyat. Tentu keinginan wakil untuk makmur, berpengaruh dan berbuat apa saja itu manusiawi. Harusnya rakyat maklum kalau anggota Dewan khilaf. Mustinya rakyat mengerti jika ada yang korupsi. Kalau tingkat kepercayaan itu melorot memang bukan salah Dewan. Itu kesalahan yang mengukur saja. Coba angket itu disebar ke Dewan pasti hasilnya akan jauh berbeda.

Jangan tanyakan pada kami pendapat soal revisi. Para pengamat kecewa itu pasti. Tapi bagi rakyat kecewa itu sudah biasa. Malah kami tertawa kenapa baru hari ini revisi itu lahir. Harusnya sejak Soeharto jatuh aturan itu ditetapkan. Agar Soeharto bisa tersenyum bahagia karena anggota Dewan itu mewarisi etikanya. Tak ingin dikritik, tak mau dikontrol dan menghukum siapa yang melakukan itu semua. Bangga pasti Soeharto karena bisa membuat karya politik yang abadi. Mesin kekuasaan yang percaya pada kekuatan dirinya sendiri dan menganggap rakyat hanya kumpulan domba. Pasti di alam kubur Soeharto akan berkata begini: Piye le ora bedo karo zamanku tho? Kami dengan kompak akan mengacungkan jembol sambil tersenyum malu.

Memang ajaib sejarah itu bergulir. Dulu DPR itu dikutuk karena kerjanya tidur saja. Kini mereka banyak sekali bekerja: ada yang masuk penjara, jadi komentator apa saja dan melahirkan aturan yang melindungi dirinya. Kami tentu harus katakan ada banyak aktivitas mengharukan yang bisa membuat kami terhibur: ketua DPR ganti tiga kali, pimpinan DPR ada yang digugat oleh partainya sendiri dan jumlah pimpinan sekarang banyak sekali. Montesquieu pasti terperangah karena karya politiknya bisa dimodifikasi. Sebuah kekuasaan untuk membuat undang-undang yang berisi agar tidak bisa mengadili pembuatnya serta dapat menghukum siapa pun yang mencercanya. Ide politik hasil dari revolusi Perancis dapat dimaknai ulang oleh rezim-yang mengatas-namakan- reformasi.

Tentu kami tak mau menduga anda curang, culas apalagi berkhianat pada ide reformasi. Sebab kami juga tak tahu dimana anda semua pada masa itu. Mungkin ada yang pernah di penjara, pasti ada pula yang pernah diculik tapi juga ada yang memang tidak melakukan apa-apa. Haram kami bertanya soal niat dan motif anda duduk sebagai wakil. Melalui jas yang rapi dengan sisiran rambut yang licin serta tampang sentosa kami tak ingin menghakimi. Sebab memang anda layak menjadi wakil dari sebuah negeri yang harus dibayangkan berdaulat, adil dan makmur. Maka itu sebabnya terimakasih pada anda yang telah berjuang begitu rupa menghasilkan aturan ini. Aturan yang akan kami kisahkan secara turun temurun sebagai dongeng pengantar harapan.

Terhadap pemerintah kami ucapkan juga selamat. Telah menyatukan apa yang menurut teori harusnya tak bisa: eksekutif dan legislatif kompak bersama. Atlas politik yang tertib ini menghasilkan banyak karya pastinya. Sebentar lagi akan muncul aturan pidana baru. Jauh-jauh hari banyak tuntutan agar ada pidana untuk LGBT. Juga muncul tuntutan zina dihukum seberat-beratnya. Kita benar-benar mau ciptakan surga dimana semua pendosa masuk penjara. Kalau bisa hukuman penjara juga mirip siksaan neraka. Sehingga kita dapat menikmati hidup yang tentram, indah dan penuh pahala. Maka untuk mengantarkan situasi seperti itulah kita memerlukan wakil rakyat yang terbebas dari hukuman atau curiga. Biarkan mereka melakukan tindakan, menelurkan kebijakan dan bahkan ambil putusan apa saja tanpa takut untuk dikutuk apalagi dihukum.

Sungguh kami senang bisa mewujudkan mimpi itu. Memiliki wakil rakyat yang kebal dari apapun dan punya pemerintah yang gembira melakukan itu semua. Andai kami diberi kesempatan bertemu dengan para pejuang perubahan yang kini masih hilang atau dibunuh tanpa tahu pelakunya. Mungkin kami akan katakan pada mereka: lebih baik berada bersamamu karena tidak akan merasakan putus asa apalagi menyesal begitu rupa. Kuyakin para pejuang itu spontan akan bilang: kita hilang karena melawan orang yang kini punya watak sama dan kita tewas karena dibunuh oleh mereka yang punya keinginan serupa. Kalau begitu tugas kita adalah mengepalkan tangan dan melakukan apa yang dikatakan Wiji Thukul: Hanya Satu Kata, Lawan!

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0