Puisi-puisi yang ditulis oleh Rommy Putra Viantoro telah menyingkap lapisan-lapisan kehidupan modern yang penuh kompleksitas dan tantangan. Ia sedang mempertanyakan nilai-nilai yang kita anut, mengeksplorasi hubungan antara teknologi, kehidupan manusia, dan alam. Dalam kata-kata yang tajam, ia menggambarkan perubahan zaman yang tak terhindarkan serta perjuangan untuk mempertahankan makna di tengah lautan perubahan yang terus mengalir. Dari Jakarta, 2024, hingga pertengahan tahun ini, menjadi saksi atas perjalanan jiwanya yang terabadikan dalam rangkaian puisi dalam balut autokritik kehidupan disekitarnya.
Rabat Nirlaba
Aku mendapat kabar
Ada alam yang tak jauh dari bumi
Di sana, suara tak terdengar oleh telinga
Wujud tak terlihat oleh mata
Konon, dari sana para pendahulu berbelanja
Untuk keperluan hidup di bumi
Juga oleh-oleh, sebagai buah cinta untuk kolega.
Beberapa dekade ini, ada rabat besar-besaran di sana
Rabatnya beragam tajuk
Ada reduksi, ada sublimasi, ada simplifikasi, ada juga jalan pintas
Satu lagi, ada istiadat nir-esensi
Rabatnya berujung laris manis
Produknya ter-aplikasi di bumi.
Tak perlu makna, yang penting tampaknya
Tak perlu guna, yang penting tampaknya
Tak perlu semua, yang penting untung untuk saya
Tak perlu tepat, yang penting cepat
Tak perlu tabiat, karena aturan bisa saya buat
Tak perlu mereka tenang, yang penting saya menang
Tak perlu cinta, karena bisa buat melarat
Tak perlu cinta, yang penting bernilai tukar.
Jakarta, April 2024
Dangkal Nan Fenomenal
Bahkan sedikit pun ia tak mengupasnya
Merasa cukup melihat dengan mata
Nyaman pula erat di atas tangan.
Dilempar, ditebar ke arah kerumunan
Yang sama saja dengannya.
Tiada guna pisau di kepala.
Jakarta, Maret 2024
Belaian
Seuntai kain berwarna kelam
Melingkar melintasi kedua mata
Tali mati tersimpul di belakang kepalanya
Dibubuhkan dengan lembut atas nama hadiah
Menampakkan semua hanya indah
Tandingannya telah tertutup rapat
Mulutnya piawai dengan satu kata, satu frasa
Ya dan tak mengapa
Tiada bisa melafal bernada pengelakan
Kepalanya lihai dengan satu gerakan
Ke atas lalu ke bawah
Tiada bisa digelengkan
Jemarinya pandai dengan satu isyarat
Melipat yang empat, ibu jari jadi surat
Tiada bisa membentuk kepalan
Apalagi berisyarat dengan jari tengah
Dadanya cakap untuk mencipta satu rasa
Cukup atas segalanya
Tiada bisa merajuk perihal mereka yang culas
Mulut, kepala, dada dan jemarinya telah mahir
Nyaris otomatis, dan hampir kebas atas apa pun yang menyapa
Keahlian-keahlian tadi telah ditanam semenjak lama.
Sembari menali simpul di belakang kepala
Sang pemberi kain berujar dan menanamnya dalam-dalam.
Jakarta, Juni 2024
Tak Lagi Relevan
Beberapa bergerak, berjalan mengembara
Dengan badan dan organ alami, seadanya
Dengan berlandas kasih yang menyamping dan meninggi
Luka ialah yang paling dihindari
Sampailah di bumi dan masa kini
Berjumpa pribumi di masa kini
Yang badan dan organnya telah melanjutkan evolusi
Bertambah, tak lagi seadanya dan alami
Kacamata tertumbuh dan melekat di wajahnya
Terbentuk oleh sintesa berbagai rekaman sedari balita
Mendapat katalis dari belantara maya
Yang membuat mata terpatri hanya pada semat, drajat, serta keramat
Yang lain tiada harga.
Gerakan pribumi tak menghiraukan kasih atau apa pun
Melainkan hanya yang tiga itu.
Bumi dan kini ialah muara darah, eluh, dan peluh
Masing-masing berhulu laku pribumi
Baku tindas, nihil kasih, demi semat
Baku tebas, nihil kasih, demi drajat
Baku tipu, nihil kasih, demi keramat
Yang beberapa tadi geram, hatinya teriris
Di matanya yang alami, terlukis miris
Nurani bertutur dengan kasih beriring tangis
"Wahai pribumi, bergeraklah dengan kasih"
"Wahai pribumi, kendalikan organ barumu itu"
"Wahai pribumi, percayalah"
"Wahai pribumi, baku jabat itu lebih legit"
"Wahai pribumi, yang berharga tak hanya tiga"
"Wahai pribumi, bergeraklah dengan kasih"
Lalu menggema di belantara maya
Tagar kata makhluk purba
Tagar omong kosong makhluk udik
Tagar baru keluar gua
Tagar realistis aja kali.
Jakarta, Juni 2024
Terinjak Adikara
Argumentum ad baculum sering kali menyeruak
Di ruang-ruang para diupah bergerak
Lalu dengan penuh penghambaan
Mereka patuh, dan kembali bergerak cepat
Sesuai arahan cacat dari pengupah dan beberapa anteknya.
Jakarta, April 2024
Ilustrasi: A nutshell
Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!