
Menyongsong Ambisi Manusia
Pun pada puncaknya nanti
puncak puncak kehancuran
namun anehnya ini aneh
manusia terus mengejarnya
bukan hanya harta
tapi ambisi tak terberujung
terbuai dan terbawa
tak terbendung agung
tawa setan yang konon kokoh memerdu, menderu
dalam gemuruh-gemuruh peristiwa dahulu
ketika bumi mulai memohon ampun
ini bukan dogeng
bukan juga hikayat
tentang tumbuhan gugur
akar belukar mengendur
layu dalam kebinasaan
hewan hewan liar lekas tandas
merapalkan kalimat perpisahan
gairah langkah serakah
ketika mereka mulai bertemu
temu-temui, simpul-simpuli kesirnaan
o, atau tentang lautan telah menjadi kuburan
bagi ikan, nelayan, dan terumbu karang
sementara sungai sungai
mengaliri air kehitaman
tak ada air yang bisa diminum
tak ada ikan yang dapat dijaring
hilang
hilang
semua hilang
tak jelang
tak guna
tak datang
selamanya
Gelap di Celah Langit
angin mengantar asap
dan debu pada wajah manusia
limbah meresapi sebagian tanah yang penting
tanah kemudian mengering, kering
terkadang juga berbau, anyir
tak ada lagi tempat bersembunyi
tak ada lagi tempat berteduh
tak bisa lagi bangunan bangunan dapat dihidupi
banyak pusat pusat peradaban yang kemudian jadi hening
konon katanya, dibalik dinding kaca dan gedung pencakar langit
sebagian manusia tertawa terbahak-bahak
melihat ujung dari keniscayaan ini
sementara bumi mulai menangis kembali
dalam kesunyian berkepanjangan
manusia manusia mulai bermain api
tak peduli api itu membakar dan memercik
percik yang memicu abu, kusam, dan serpih tersisa
tinggal tanggal pada kekosongan rata yang mendalam
tak ada lagi hijau
tak ada lagi warna
hanya keabuan
yang meliputi setiap sudut yang terlihat
pohon-pohon lekas tumbang
binatang-binatang mati
bumi ini kembali menangis
dalam dekap erat kehancuran
keseimbangan terputus
bencana merajalela
tetapi manusia tetap acuh tak acuh
tak peduli, tak paham
enggan dan enggan
keengganan dalam tajuk pengertian ketidak mengertian
pada genggam gelamor, pamor keuntungan sematan mata
tanpa melihat celah pada titik sebab akibat
seperti kuda buta, berlari ke jurang binasa.
Penulis: Zain N. Haiqal
Ilustrasi: Hisyam