Ter-Untuk Mas Nadiem Makarim !!

Melki ASpegiat Social Movement Institute

***

Hari ini pakde Jokowi sudah selesai mengumumkan porsi kabinetnya. Kabinet jilid II ini diharapkan mampu merampungkan kerja yang belum selesai dan juga mengerjakan apa –apa yang dirasakan pakde masih macet. Nama-nama yang lama masih ada. Tapi nama yang baru juga banyak. Kabinet jilid II ini memang agak riau-riuh agak kriyuk-kriyuk gimana gitu. Hehehe

Satu persatu pakde panggil para calon pengisi kabinetnya tersebut ke Istana. Ada yang ngobrol bentar lalu keluar, ada yang ngobrol agak panjang dan tak berselang lama juga keluar. Dan ada yang dapat bonus makan siang pula saat dipanggil pakde ke Istana. Semua yang dipanggil dan ngobrol dengan pakde hampir serupa penampakannya; wajah sumringah dan raut muka yang penuh kebanggaan. ‘Gue menteri cuk!

Tak ketinggalan yang diumumkan pakde Jokowi sebagai kabinetnya ialah mas Nadiem Makarim. Tidak tanggung-tanggung, pakde mengganjar mas Nadiem dengan jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Pakde mungkin punya pertimbangan mengapa memilih mas Nadiem sebagai orang yang duduk di puncak nomer wahid dalam dunia pendidikan dan kebudayaan. Yang pertama, setidaknya pakde ingin menepati janjinnya bahwa akan mengajak kalangan anak muda duduk dalam kabinetnya. Itu diucapkan pakde selama kampanye selain juga terus membanggakan unicorn nya mas Nadiem saat debat kandidat. Sampai-sampai pak Prabowo bingung unicorn yang dimaksud pakde tersebut apakah hewan mitos kuda bertanduk itu atau bagaimana. Tapi akhirnya hal itu terjawablah sudah.

Dan yang kedua mungkin pakde ingin mas Nadiem bisa lebih nge-gas lagi dunia pendidikan dan kebudayaan kita dengan cara yang tidak hanya cepat tetapi kalau bisa melesat. Maklum untuk yang nomer dua ini, track record mas Nadiem dalam upaya lesat-melesat ini tidak diragukan lagi lho, meskipun ia bukan pembalap, bukan pula superhero. Hanya saja mas Nadiem ini punya perusahaan starup yang bisa melayani banyak orang dengan banyak kebutuhan; antar jembut jemput, pesan makan, antar barang, bawa paket dan lain-lain. Lha kok bisa? Ya siapa lagi sih yang di dunia ini, mau ia penganut bumi bulat, penganut bumi datar, penganut bumi kubus, yang tidak mengetahui atau menggunakan jasa perusahaannya mas Nadiem. Go Jek, Go Send, Go Food, Go Box, mas Nadiem punya semua itu barang. Kurang pergaulan kalau sampai tidak mengenal itu usahanya mas Nadiem. Kualat teknologi nanti kalau usaha mas Nadiem ini tidak tahu sama sekali. Apalagi usaha mas Nadiem ini tidak hanya menyebar di Indonesia Raya. Bahkan usaha mas Nadiem ini sudah merambah pasar luar negeri pula.

Dan saat ini mas Nadiem dipercaya untuk menduduki kursi tertinggi dalam ranah pendidikan dan kebudayaan adalah putusan yang paling radikal dan mengikat dari pakde Jokowi. Tidak banyak anak muda yang baru berumur 35 tahun sudah bisa melesat seperti mas Nadiem. Atau mungkin cuma mas Nadiem sendiri aja yang seumuran itu sudah menjabat di lingkaran utama kekuasaan. Kemarin dengan starup nya, mas Nadiem masuk dalam jajaran salah satu dari orang-orang terkaya di Indonesia secara mengejutkan. Kini secara lebih mengejutkan lagi ente berhasil menduduki pula kursi panas itu. Memang moncer peruntungan mas Nadiem di tahun 2019 ini. Alih-alih, melesat bagai order yang menyambar tiap menitnya dari pengendara Go Sek Go Jek.

Tapi mas Nadiem, jabatan sebagai Mendikbud itu bukan hal yang gampang. Ini tidak seperti laju Go Jek yang siap antar jemput dimana saja dan kapan saja. Apalagi pendidikan adalah tulang punggung kemajuan bangsa ini. Sekaligus kemerosotan bangsa bilamana pendidikan menghasilkan orang yang salah. Secara spirit, antara starup nya mas Nadiem dan semangat memanusiakan manusia dalam pendidikan mungkin sejalan. Karena sama-sama ingin bangsa ini jadi lebih baik. Akan tetapi pendidikan tidak sama seperti perusahaan, meskipun nyatanya selama ini pendidikan dijalankan dengan sistem yang sangat kapitalistik. Dan itu yang sedang diwariskan ke mas Nadiem saat ini. Sederhannya, bila starup nya mas Nadiem bangkrut, itu hal biasa dalam dunia bisnis. Akan tetapi bila pendidikan bangsa ini bangkrut, maka bangsa ini secara de facto juga bangkrut. Konsekwensinya? Ah itu tidak perlu diberitahukan lagi. Sebagai pebisnis, mas Nadiem jagonya akan hal itu.

Tapi apapun pilihan pakde, termasuk upaya yang hendak dilakukan mas Nadiem sebagai Mendikbud, tetap kita apresiasi. Kata pepatah; kita ini bangsa besar, jadi sudah seharusnya berpikiran besar pula. Mereka yang tidak berpikiran besar adalah mereka yang berpikiran kerdil.. Jadi ya sudahlah, kita terima sajalah dulu apapun pilihannya. Termasuk hal lucu yang membuat kita bisa mati ketawa karenanya. Tapi memang bangsa ini pancen lucu kok mas. Secara retorika bisa kita bolak balik alasannya. Ketidaksingkronan bisa kita katakan sebagai tantangan. Ketidakmampuan bisa kita katakan keberhasilan yang tertunda. Bahkan jomblo pun bisa kita katakan karena sedang tidak ingin berpasangan. Ssssttt…diam saja, tak usah ketawa.

Berat memang apa yang harus diemban saat ini. Bagaimana tidak, mas Nadiem malah menerima tawaran sebagai Mendikbud pada saat pendidikan kita berada pada posisi dimana harapan lebih menyenangkan dari kenyataan, pendapat tidak berlaku dibandingkan pendapatan dan pelacur intelektual dengan pelacur jalanan sudah tidak bisa dibedakan lagi spesiesnya. Tapi ya kita tetap menaruh harap pada mas Nadiem. Setidaknya sampai sebelum reshuffle kabinet dilakukan pakde.

Akhir kata, selamat saja saja buat mas Nadiem. Kami ini apalah, hanya generasi yang selalu menunggu; debatnya dan debutnya. Kami tidak akan Baper (Bawa Perasaan) meskipun mas Nadiem menjabat Mendikbud. Apalagi sampai Koper (Korban Perasaan) kata anak-anak millenial hari ini. Kalaupun ada yang Koper, itu mungkin para Profesor atau Doktor yang banyak melakukan penelitian-penelitian tentang pendidikan dan sebagainya. Dari kami, semoga mas Nadiem kuat saja menjalani aktivitasnya. Minimal ada harapan anak didik bisa menjadi buruh pada perusahaan starup nya mas Nadiem setelah ujian. Itu pun kalau mereka tidak buru-buru bunuh diri karena stress menghadapi ujian sekolah yang serupa ujian akhirat. Atau mungkin anak didik bisa memanfaatkan aplikasi nya mas Nadiem untuk memudahkan orang tua dan murid dalam banyak hal; Bayar SPP bisa memanfaatkan Go Pay, Kantin tidak diperlukan lagi karena sudah ada Go Food, dan kalau ada buku pelajaran yang ketinggalan, maka bisa diselesaikan dengan Go Send.

Oh ya, satu hal yang terakhir, dengan mas Nadiem menjabat sebagai Mendikbud, itu mungkin akan lebih menekan anak-anak sekolah yang sukanya membolos. Karena sekarang mereka paham bahwa saat ini banyak pengawas yang memantau mereka setiap saat, setiap waktu dan setiap tempat. Berseragam lagi. Hahaha…

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0