Oleh ; Dwi Windarti – [Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga]
***
Rindu Berlalu
Nusantara tak lagi berseri riang
Yang tersenyum merekah kala fajar
Mentari terbenam pun tak akan gelap
Bumi pertiwi kini rindu akan senyum yang jujur
Air yang mengalir dengan bening
Rundingan halus merangkul pilu
Gentar…! Kini ego berkerah
Berdasi rapi, hukum di lipat rapi
Gunung murka, sepatu kilat itu tak tunduk
Air mengalir di antara palung wajah itu
Lentiknya mata nusantara sayu
Menderu dengan lebam akan congkak
Orang” berotak cerdas yang meringis
Menyayat hati ibu pertiwi yang sedia kala merengkuh
Dunia redup akan mata tajam tak berjiwa
Musnah pun akan tumbuh
Jangan meredup, usap tangis kawan… []
Tanah Kita Bukan Kita
Gunung itu gagah tanpa gentar
Bertanam pun subur berakar
Namun senja mulai khawatir dengan serdadu itu
Dengan lembut mengusap pundaknya
Ucapnya sedikit menambah keluh redup
Kakiku gemetar melangkah pelan
Kita beratap sama dengan langit itu
Melamunkan pun tak pantas akan berlalu sendu
Tamaknya langkah di atas dada
Bikin sesak kita yang merangkak linu
Palu itu tak bersahabat lagi, tangan kotor
Fahamkan akan dahaga, air itu di atas kepala raja
Kini, tanah kita bukanlah untuk kita []
Tirai semu
Fajar kini sayu berlabuh
tikam kaki tak bertungkai
Hamburkan lamunan tawa seriku
Egomu kalahkan gunung tinggi itu
Yang beejejer dengan sendu
Bahkan senja demam
Selimut yang hangat tenggelam
Tawa di antara yang merangkak
Berduyun budungkan dada
Dimana lembayung itu?
Tanah bukan membongkah rapi
Kini langit menderu seru
Kaki mungil bisu tak menatap []