MAN’S SEARCH FOR MEANING: BERGURU DENGAN VIKTOR E. FRANKL

 

Dua hari paling penting dalam hidup Anda adalah hari Anda lahir dan hari saat Anda temukan alasanya (Mark Twain)

***

Pria Yahudi ini dikenal dimana-mana. Lolos dari terkaman petaka. Saat ditahan di kamp Nazi. Ruang tahanan yang serupa neraka. Disana manusia tak hanya disiksa tapi juga dikikis keyakinanya. Sebagai makhluk yang berakal dan bermartabat. Dilucuti semua kehormatanya dan dipangkas haknya.

Viktor harusnya lolos. Ketika tentara Jerman kedatanganya telah diramal. Visa Amerika datang padanya saat itu. Bisa saja ia pergi dari Austria dan tinggal aman di Amerika. Hanya ia merasa kejam karena tinggalkan dua orang tuanya. Viktor teringat kepingan batu yang simpan sepuluh perintah Tuhan. Salah satu perintahnya: hormati ayah ibumu agar lestari hidupmu di tanah yang diberikan Tuhan. Ia menetapkan diri jadi anak sholeh. Memilih jatuh dalam cengkraman Nazi.

Dipeluknya kalimat Nietsczhe dengan takzim: Dia yang punya alasan MENGAPA harus hidup akan mampu menanggung bentuk BAGAIMANA caranya hidup. Kata yang pongah ini membuat Viktor tak bisa ditundukkan oleh kamp Auschwitz. Walau dihina, dijadikan sasaran brutalitas hingga hidup serupa binatang: ia tetap berupaya bertahan. Sungguh ini sikap yang gila.

Kita bisa letih baca buku ini: uraian penyiksaanya membuat kita seperti tawanan dan pertahanan hidupnya bisa buat kita takjub. Tapi kita dapat terharu oleh kisah di buku ini. Terutama ketika solidaritas, perlindungan dan bantuan mudah muncul pada situasi gelap. Suasana surga itu terbit karena keyakinan religius yang bangkit. Viktor dengan lugas katakan: manusia yang kaya secara batin tak bisa ditekan oleh cara apa saja.

Memang ini bukan buku agama tapi cara Viktor menguraikanya membawa kita pada perasaan kudus. Dimana manusia bisa bertahan dalam lubang neraka Nazi kalau menyimpan keyakinan etis. Terutama rasa cinta, peduli dan bebas. Perasaan bebas itulah yang membuatnya mampu bertahan: ia bebas bayangkan cinta istrinya, bebas untuk berfikir, bebas untuk bersikap.

Kekuatan batin itu yang membangkitkan harga dirinya. Terutama ketika suasana kamp yang keji. Ditiup oleh keyakinan yang optimistik dirinya meyakini kondisi tak selamanya seperti ini. Ia berusaha bukan sekedar menghindar dari tekanan tapi menemukan sebuah perjuangan guna meraih tujuan yang bermanfaat. Viktor mengajak kita menemukan panggilan sebagai manusia dalam makna yang manusiawi.

Makna itu ditemukan melalui pekerjaan atau perbuatan, bisa dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang dan terutama sikap kita atas penderitaan yang tak bisa dihindari. Viktor meyakinkan kita bahwa makna hidup yang tergantung pada keadaan tertentu-misalnya keberhasilan atau ketidak-berhasilan-pada dasarnya bukan kehidupan yang layak dijalani. Sinis tapi indah.

Jelas ini bukan buku motivasi yang berhias banyak kata mutiara. Sandaran buku ini adalah pengalaman derita Viktor. Pengalaman di kamp yang telah menewaskan hampir 1,5 juta orang. Derita dari pengalaman itu membentuk sederet keyakinan yang bisa menular: optimisme yang gila dan keyakinan bahwa manusia itu punya kandungan kebaikan yang tak bisa diukur.

Optimisme yang gila itu seperti kalimat yang dikatakan oleh Bismarck: ‘hidup seperti kunjungan ke dokter gigi, Anda selalu berfikir bahwa hal terburuk belum dimulai, padahal sebenarnya sudah berakhir’ Kata yang provokatif, menyengat tapi mungkin itulah membuat buku ini pantas untuk dibaca. Tak hanya untuk motivasi tapi meyakinkan pada kita, hidup bukan urutan waktu dan kejadian. Hidup adalah pencarian makna yang kadang ditempuh dengan alami peristiwa bahaya.

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0