Penulis: Misbah Yamin
Tulisan ini dimaksudkan untuk mendoktrin pembaca bahwa jangan mudah percaya atas apa yang dilakukan pemerintah lewat kebijakan-kebijakannya itu. Tugas Mahasiswa musti selalu menganalisis secara kritis dan meneropong lebih jauh lagi tentang maksud dan tujuan mereka.
Melalui tulisan ini, saya tidak begitu fokus membahas pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan oleh Prabowo dimasa pemerintahan diktator soeharto, sebab sudah banyak literatur yang bisa kita baca terkait itu, namun bukan berarti saya pro, tidak sama sekali. Didalam tulisan ini saya hanya ingin menganalisis tentang apa yang akan terjadi dimasa pemerintahan Prabowo dengan menggunakan pendekatan yang selama ini saya tekuni dan berbagai Kesimpulan saya di beberapa ruang-ruang diskusi bersama kawan.
Bagi saya, selama keadilan belum ditegakkan maka tak ada jalan mulus untuk penguasa dalam menjalankan aksi busuknya.
Refleksi dari Penulis
Sejak 26 tahun yang lalu, runtuhnya kediktatoran Orde Baru membawa semangat baru dan tatanan masyarakat yang lebih demokratis. Beberapa tuntutan Reformasi waktu itu yang menjadi landasan atas tumbuhnya Reformasi. Namun, di beberapa tahun terakhir Reformasi yang kita harapkan itu malah menjadi satu kegelisahan yang sunyi. Berbagai Macam praktek penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa menunjukkan kediktatoran Orde Baru akan terjadi lagi. Nyaris, dalam setiap praktek politik akhir-akhir ini sangat kapitalistik dan menghamba pada oligarki yang menyebabkan cita-cita reformasi dikhianati.
Korupsi, kolusi dan nepotisme masih terus mengakar di negeri ini. Tidak hanya itu, beberapa bulan yang lalu kita sudah melaksanakan salah satu amanat demokrasi yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden. Kendati demikian, seharusnya kualitas demokrasi semakin meningkat, namun sangat berbanding terbalik, jauh dari kata itu. Kita malah dipertontonkan berbagai macam praktek pelanggaran yang menciderai nilai-nilai demokrasi.
Mulai dari proses pencalonan sampai pada pengumuman hasil pemilu kemarin, menuai banyak perdebatan panjang di kalangan masyarakat luas. Sejak munculnya putusan Mahkamah Konstitusi yang dianggap kontroversi yang meloloskan putra sulung Presiden Jokowi itu serta pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh komisioner KPU. Hal tersebut tidak jauh dari besarnya intervensi pemerintah pada ranah yudikatif dan lembaga penyelenggara pemilu.
Dimulai dari sini, berbagai macam praktek keculasan yang dilakukan oleh presiden Jokowi sepertinya hal yang sama akan terjadi juga di masa pemerintahan Prabowo. Ketidak pahaman Prabowo tentang esensi demokrasi memicu bangkitnya kembali rezim otoriter.
Hal ini dapat kita lacak dalam pidato Prabowo di kongres Nasdem, ia mengatakan bahwa “Oposisi bukan budaya kita”. Seharusnya mantan elite militer itu paham bahwa demokrasi selalu menghendaki adanya keberagaman dalam politik. Dalam sejarahnya praktik demokrasi muncul atas kritik terhadap praktik Kerajaan (feodalisme).
Jika tidak ada kaum oposisi sama hal nya kita membunuh demokrasi secara perlahan. Esensi demokrasi adalah adanya kaumoposisi untuk memastikan checks and balance berjalan dengan baik.
Strategi Prabowo dalam Membangun kepercayaan Rakyat
Prabowo memiliki cara yang unik dalam membangun kepercayaan rakyat, salah satunya lewat program makan gratis. Program ini memicu perbincangan yang sangat menarik dikalangan masyarakat luas, bahkan ada yang bilang, “saya memilih Prabowo karna memiliki program makan gratis”. Dari statement ini dapat kita katakan bahwa program makan gratis sudah menjadi satu kekuatan besar untuk menambal semua kejahatan Prabowo di negeri ini dan Prabowo akan dianggap superhero, penyelamat rakyat-rakyat miskin. Padahal, program makan gratis ini adalah salah satu strategi Prabowo agar rakyat lebih mudah dipermainkan.
Tidak hanya di kalangan Masyarakat, Program makan gratis Prabowo sebenarnya juga sangat menjadi polemik tersendiri di beberapa kalangan akademisi dan aktivis. Sebab, hal ini dinilai cara Prabowo untuk membuat masyarakat menghamba kepadanya. Apalagi, dalam melihat situasi ekonomi masyarakat Indonesia saat ini, tentu tidak ada yang mampu menolak makan gratis itu.
Jika kita baca lebih jauh lagi, saya teringat ucapan dari Harry Browne, ia mengatakan “pemerintah tau cara mematahkan kaki Anda, lalu memberi Anda tongkat dan berkata, ‘lihat, kalau bukan karena pemerintah, kamu tak akan bisa berjalan”. Hal ini sudah menjadi satu bukti nyata bahwa makan gratis ini adalah permainan politik Prabowo untuk membuat kita senyap tentang apa yang akan mereka lakukan nantinya. Tak ada manusia di dunia ini yang setelah diberikan makanan lalu ia melakukan pemberontakan kepada si pemberi makanan.
Kenapa rakyat tidak sadar?
Dari program makan gratis, dapat kita pastikan bahwa Prabowo akan lebih mengutamakan makan gratis dari pada Pendidikan gratis. Sebab, jika pemerintah serius dalam memperhatikan Pendidikan rakyatnya yang lebih kritis terhadap keadaan sosial, ekonomi dan politik maka cepat atau lambat kesadaran revolusioner itu akan terbentuk yang akan memicu tumbuhnya Gerakan revolusioner. Namun, pemerintah tidak menghendaki itu.
Pemerintah cukup pandai dalam mengatasi itu semua. Pemerintah melakukan segala cara untuk mempertahankan status quo. Dalam konteks ini, pemerintah tidak begitu serius memperhatikan Pendidikan rakyatnya dan memang untuk menjalankan misi kejahatan itu rakyat sengaja dibuat bodoh. Jika rakyat tidak memiliki Pendidikan yang begitu serius, tentu dalam membaca situasi sosial, ekonomi dan politik secara kritis tidak akan mampu. Dari situasi seperti inilah, kemudian perlahan kesadaran palsu itu akan tumbuh dan rakyat akan menganggap bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah sudah menjadi fitrahnya dan musti diterima dengan Ikhlas.
Ilustrasi: A nutshell