Penulis: Nuh Izzulhaq
Membaca adalah jendela dunia. Ungkapan ini begitu sering kita dengar, namun maknanya begitu dalam. Membaca tidak hanya sekedar mengisi waktu luang, tetapi juga menjadi sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasan. Buku adalah teman setia yang selalu siap menemani kita dalam segala situasi. Melalui buku, kita dapat menjelajahi berbagai dunia, bertemu dengan tokoh-tokoh inspiratif, dan belajar hal-hal baru. Dalam setiap halaman buku tersimpan harta karun pengetahuan yang tak ternilai. Di era digital yang serba cepat ini, membaca buku seolah menjadi kegiatan yang kuno. Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, godaan untuk menghabiskan waktu dengan gadget semakin besar. Padahal, membaca buku menawarkan pengalaman yang jauh lebih kaya dan bermakna dan kebiasaan membaca memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual manusia.
Lantas mengapa membaca itu penting? Apa saja dampaknya jika rendah membaca?
- Membantu membentuk pemikiran dan sikap pribadi. Rendahnya membaca membuat sikap personal tidak terbentuk, membuat menjadi mental kawanan, menjadi latah dalam berpikir, tidak punya pendapat pribadi, klise dalam berpikir, menjadi sumbu pendek, dan menjadi mudah emosi (tidak memikirkan terlebih dahulu apa yang dilakukannya). Herd mentality atau mental kawanan adalah kecenderungan seseorang untuk berpikir dan bertindak seperti orang banyak. Ini seperti tai yang mengikuti arus sungai tanpa adanya pemikirin kritis. Meminjam kata dari Sir Allama Iqbal, disebut juga sebagai blind imitation yaitu meniru tanpa tahu alasannya. Ada banyak dampak dari mental kawanan diantaranya yaitu hilangnya individualitas, mudah terjadi konflik sosial dan mempunyai decision maker yang buruk.
- Menumbuhkan empati atas kemanusiaan. Mempunyai daya baca yang rendah akan membentuk stereotip terhadap ras tertentu seperti bahwa bule tuh begini, orang jepang tuh begini, orang cina tuh begini. Namun ketika kita membaca buku-buku karya mereka, akan lain persepsinya. Kita akan menyelami kehidupan meraka yang lebih dalam dan menumbuhkan empati. Bangsa yang jarang membaca itu akan mempunyai pikiran yang sangat dogmatis dan stereotipe. Sikap kita akan menjadi sangat dogmatis, hitam-putih, benar-salah hanya sebatas itu, tidak ada kelenturan atau fleksibel dalam berpikir. Semua hanya dihafal tanpa punya prinsip. Kita menjadi rentan konflik untuk hal-hal yang tidak perlu, kita rentan sekali menghancurkan diri sendiri karena stupid, kita mengira berbuat sesuatu demi agama, tetapi diam-diam cara kita ngelakuin itu malah merusak agama. Itu kerentanan-kerentanan akibat jarang membaca.
- Gudang Ide 🡪 Buku merupakan sumber pengetahuan yang tidak akan pernah habis, terutama ilmu pengetahuan. Salah satu paradoks dalam kehidupan adalah betapun cerdasnya anda, anda hanya akan mendapatkan ide dari orang lain atau orang-orang terdahulu. Dan hampir keseluruhan ide seseorang dituangkannya dalam berupa tulisan atau buku. Sehingga tanpa membaca, betapa cerdasnya anda, anda hanya akan menjadi manusia yang bodoh. Sama seperti anda menemukan jati diri anda, semakin anda banyak dan jauh bergaul maka anda akan menemukan jati diri anda sendiri. Akan sulit kita menemukan jati diri kita sendiri ketika hanya berdiam diri terus di dalam kamar.
- Peta Peradaban Manusia. Untuk menjadi orang bijak dan cerdas, anda tidak hanya cukup untuk memahami orang-orang disekitar anda seperti tetangga anda. Anda harus memahami peradaban manusia dan buku merupakan peta peradaban manusia yang luas dan dinamis. Karena peradaban manusia selalu berubah-ubah dari zaman ke zamannya. Semakin anda banyak membaca semakin memahami bagaimana manusia bertingkah dan berperilaku.
- Kedalaman dari Pikiran. Yang menjadi pertanyaannya adalah semendalam apa pikiran anda? Jawaban ini akan anda ketahui jika anda banyak membaca buku. Ketika anda merasa brillian dengan ide anda kemudian anda membaca buku maka anda akan mengetahui bahwa pikiran anda hanya sebatas catatan kaki dari pikiran Plato atau Immanuel Kant. Jadi, semakin anda banyak membaca semakin tahu seberapa mendalam pikiran yang anda punya.
- Mempertajam kemampuan daya analitik dan kritis. Membaca dapat membentuk nalar dan meningkatkan neuroplastisitas atau otak kita akan terus membentuk diri dengan membaca atau hal baru yang anda alami. Tidak seperti pisau yang semakin banyak dipake maka akan semakin tumpul, tetapi ketika otak semakin sering dipake maka akan semakin tajam. Membaca juga membuat kita menjadi individu yang lebih baik, berkualitas dan meningkatkan kemampuan analitis.
- Meningkatkan fungsi otak dan kecerdasan. Ketika kita sering membaca maka sinaps di otak kita akan saling terhubung dan tersambung. Selain itu juga meningkatkan kompleksitas sinaps yang akibatnya akan meningkatkan kecerdasan anda. Jadi jangan takut dengan tes hasil IQ yang rendah karena dengan banyak membaca maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir seseorang. Naasnya anak-anak sekarang sulit untuk berkonsentrasi karena di zaman digital ini terutama di medsos penuh dengan distraksi. Membaca buku melatih untuk fokus dan konsisten terhadap bacaan-bacaan. Selain itu, membaca juga dapat memperkuat daya ingat. Kita dipaksa untuk mengingat seperti apa alur cerita novel, bagaimana karakter dari tokoh novel, bagaimana klimaksnya, dan lain-lain.
- Memperdalam cara pandang baik itu pemahaman maupun imajinasi. Banyak orang yang berpendapat “ngapain sih membaca novel, tidak ada gunanya”. Padahal novel (yang berkualitas) itu merupakan rekanan jatuh bangun manusia, rekaman kerumitan emosi dan imajinasi. Hal pentingnya dari novel itu adalah ditulis secara individual atau personal (tidak seperti buku pengetahuan yang ditulis secara universal), karena hidup tidak sesederhana ilmu pengetahuan atau sains. Setiap orang mempersepsi kehidupan melalui pengalaman pribadi. Sedangkan semakin banyak kita membaca novel maka kita akan masuk ke dalam kehidupan yang pelik, seperti apa yang membuat seseorang menderita, berjuang, terluka, bahagia, dan lain-lain. Dari itulah kita bisa mendapatkan banyak perspektif dari tokoh-tokoh novel ketika menghadapi suatu carut-marut kehidupan. Novel tidak hanya hiburan semata, bahkan di negara maju, anak SD dituntut untuk membaca novel. Dan novelis besar pun disana satu kolam dengan para filsuf dan sama-sama dihormati. Kekuatan para novelis besar yaitu mereka mampu merumuskan hal-hal yang mendalam yang tidak bisa kita dirumuskan.
- Memperbaiki keterampilan berbahasa dan berkomunikasi. Ketika kita membaca, kita akan terbiasa dengan frasa-frasa bahasa, metafora bahasa, dan kata-kata yang luas. Sehingga ketika anda menulis anda akan fasih. Jadi semakin rendah anda membaca maka semakin rendah kemampuan anda menulis.
Naasnya budaya baca tulis sebagai paradigma tidak terbentuk di Indonesia. Kita melompat dari budaya lisan menjadi budaya digital, tidak mengalami budaya baca tulis, yang dimana budaya digital merupakan modifikasi dari budaya lisan yaitu tangan panjang dari budaya lisan (bermedsos itu kan seperti berbicara). Ada fase yang terlewati. Yang penting dari proses membaca adalah ada proses pematangan individu, ini merupakan paradigma kultural soal perilaku umum, yang menjadikan negara dan individu maju itu adalah membaca. Maka ketika melewati fase baca tulis maka akan menjadi bangsa yang bermental kawanan dan dogmatis.
Ilustrasi: A nutshell
Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!