Sebab Kita Yang Binasa (Kumpulan Puisi Tenu Permana)

Negara tidak kan kemana-mana, Kita yang kan binasa

Pada putaran pertama
bunga bertebar. pohon berkembang.
setiap spektrum & varian
berbagi api tujuan. pejuang & pesakitan
tubruk menjadi kerumun. pemujaan
menjalang menjadi kangker. rahim pun terbakar. Tersemai.
cipta kerja. revisi kpk. minerba.
politik uang. bantuan sosial. inflasi harga.
lupakan Hatta. lupakan Malaka.
di kali kedua semua dikibuli keluarga
yang sama. tidak ada kredo sederhana
dalam memperkosa cinta. darah dan biaya
menjadi cucian negara. pendidikan dan kesehatan
investasi saklek yang merugikan. kebudayaan dalam pasar.
megaproyek 4000 triliun hilang. menambang dalam pajak
keyakinan. betapa menyedihkan mencintai tanah air
tanpa jaminan. tanpa penghilangan kelas BPJS dan potongan penghasilan
menghapus warisan dengan tapera. penyucian dalam all eyes on papua
jutaan kecemasan tidak dapat kerja

pada putaran kedua
keruntuhan menggumpal di
mana-mana, menghantam tiap harapan
yang tersisa. dalam setiap omongan
pejabat negara, kumendengar ranjau
kemunafikan. pembunuhan kemudian terjadwal
dalam judi online. kepedihan pun tersekam
menjadi kemarahan yang tak tersampaikan
moral dan pemafaan abu dalam
sisa-sisa residu

saat palu sudah direbut anak-anak TK
saat guillotine gentayangan dalam kepala
saat bunga-bunga telah ikut terbakar dalam kebakaran kota
saat tentara sudah siap berpesta pira
saat martir bekerja mengabsen nama
saat bensin sudah dirapal doa
salahkah aku
jika mempersembahkan gantungan
pada kepala negara?

“Tapi kapan ini dimulai?"
tanya Pak Prabowo yang tengah menyiapkan pidato.

(2024)
Stagnan dan Bubar

di buku catatan lama ku di tahun 2045
kumenemukan banyak cat menyala
coretan-coretan nama dengan
huruf-huruf yang terpenggal bubuk mesiu
beberapa bintang dan arit besar tenggelam
tanpa tanda sambung. tanda tanya.

di bulatan ke delapan belas
di lingkaran berawan tertulis suatu kutipan
“selama kesakitan belum menjadi
bensin kehancuran. jutaan orang hanya kan
mengangguk dalam ceramah
400 ribu sekali pertemuan”
Ada penggalan titik-titik dan ada kata yang tak terbaca
sampai ke batas pengetahuan
itulah kegilaan

di tengah coretan ada huruf kanji
huruf-huruf dan bahasa pedalaman
yang saling meninindih di sana
huruf vokal terjaga rapat tanpa ada
longkapan nada. terbaca: JAWA
pendistribusian spasi yang
entah bagaimana janggal. ada X dan angka
penjumlahan yang tertipe-x 1945
sampingnya ada =

jauh di ujung bawah kanan ada sobekan
ada kata yang terputus dengan posisi patahan:
g a
a b u ba r
g a l
(2024)
Kebencian dalam Perang Terakhir Umat Manusia

di dekat reruntuhan bekas rumah jenderal
sambil mengisap rokok dengan sisa jari
yang ada. aku menyiram
air comberan sisa limbahan
ke jalan gang yang aspalnya
berhamburan bekas kena ledakan

tiga orang dengan tiga kaki
jalan bergandengan
saat tengah menyebrang
kutahan: jangan dulu jalan bajingan
dengan suara parau mereka
terus melanjutkan jalan: persetan!
biar sekalian kuinjak-injak
sisa-sisa harapan yang tertinggal di comberan.

(2024)
Keluar dan Mengulang

jam dua siang di pusat kota
terjadi kesia-sian
semua orang tiba-tiba menghentikan ornithopternrya*
di tempias langit virtual reality menyala
kakek tua dalam takhtanya berbicara: jangan lupa
pada pergantian malam
perayaan 100 tahun
pemenggalan kepala negara
terakhir kita.

*nama pesawat capung di film Dune

(2024)

Ilustrasi: A nutshell

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0