Hingga Ujung Pesisir Kulon Progo

Oleh Olivia Subandi

Bisingnya suara knalpot yang memekakkan telinga, bendera-bendera besar yang bertuliskan kalimat perlawanan itu berkibar di sepanjang jalan dengan seruan suara masyarakat yang saling bersahutan, mengiringi arak-arakan gunungan, membakar kembali semangat para warga. Semangat yang selama 18 Tahun terakhir terus bergejolak.

Setahun telah berlalu pasca perayaan besar hari lahir Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulon Progo yang berlangsung pada tahun 2023 silam. Ingatan akan seruan para warga kembali terlintas saat mendengar kabar akan diadakan kembali pesta perayaan PPLP yang ke-18. Mengingat betapa kuatnya atmosfer solidaritas saat bersama dengan para warga di sana, yang tak luntur selama satu tahun terakhir. Agaknya, itu menjadi alasan kuat untuk kembali, dan ikut meramaikan perayaan tersebut.

Deru angin pantai yang lembut, menimpa setiap wajah orang-orang yang menunggu di tepi pantai itu. Ombak-ombak besar menyapu bibir pantai, menghasilkan buih-buih putih nan apik terlihat dari kejauhan. Di tepi pantai itu tak begitu banyak orang berkunjung. Namun, beberapa penjual terlihat menjajakan barang dagangannya. Ibu-ibu penjual ikan pun menawarkan dagangannya kepada setiap orang yang lewat.

Dari kejauhan pula, mulai terdengar satu dua suara knalpot para warga yang sedang memanaskan motornya. Beberapa di antaranya, melewati kami yang sedang menunggu di dekat pantai. Tak berselang lama kami menunggu, rombongan polisi mulai berdatangan dan ikut menunggu bersama. Beberapa polisi tersebut menunggu sambil berbincang-bincang dengan kami dan juga dengan para warga sekitar.

Setelah beberapa saat, mulai banyak para warga yang berdatangan dan disusul pula oleh mobil bak terbuka yang membawa gunungan hasil panen para warga. Pertanda arak-arakan akan segera dimulai. Doa bersama dipanjatkan sebelum memulai perjalanan. Beberapa saat setelah doa selesai dibacakan, dan suara nyaring yang berasal dari knalpot para warga saling bersahutan. Hingga kepulan asap motor mengudara dan menggiring perjalanan para warga menuju lokasi perayaan harlah PPLP.

Sepanjang jalan dipenuhi sorakan para warga yang turut kompak mengenakan kaos dan mengibarkan bendera yang bertuliskan kalimat-kalimat perlawanan “Bertani Atau Mati” “Tumbuh dan Mengakar, Tolak Tambang Pasir Besi”. 

Perjalanan tahun ini begitu berbeda dengan tahun sebelumnya. di tahun ini, perjalanan menggiring gunungan tidak melalui jalan utama seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, para warga mengiringi arak-arakan tersebut dengan menyisiri pinggir pantai, melalui jalan setapak kecil yang tak beraspal, motor para warga harus menapaki jalan berbatu dan juga berpasir yang membuat perjalanan tak semulus ketika dilangsungkan di jalan raya.  Hal tersebut diinisiasi oleh para warga karena tak ingin menggunakan jalan yang diklaim milik pemerintah itu. warga lebih memilih untuk melewati jalan pesisir pantai tersebut.

Langit cerah tanpa awan, hamparan pesisir pantai tampak elok dari kejauhan, di kanan dan kiri jalan, penuh dengan hamparan tanaman palawija dan juga tambak ikan dan udang. Buah-buahan seperti semangka dan melon tampak ranum dan siap untuk dipanen. Satu dua petani terlihat sedang menyiram tanamannya, sambil melambaikan tangan dan melempar senyum tatkala rombongan konvoi lewat. 

Setelah sekitar satu jam perjalanan, rombongan konvoi mengakhiri arak-arakannya dengan menghantar mobil berisi gunungan hasil panen ke depan panggung dengan berjalan sambil  mengibarkan bendera-bendera besar bertuliskan kalimat penolakan terhadap tambang pasir besi. Sesampainya di lokasi acara, para ibu-ibu telah duduk di atas terpal dan menunggu acara dimulai. Acara yang begitu meriah itu diramaikan dengan nyanyian perlawanan dan lagu-lagu karya seniman lokal yang menggambarkan perjuangan para warga dalam menggagalkan upaya tambang pasir besi yang dahulu akan menggusur banyak rumah warga di sana. 

Beberapa saat setelah rentetan acara telah rampung dilaksanakan, tibalah akhirnya pada acara puncak harlah PPLP-KP yaitu pengambilan gunungan hasil panen oleh para warga. Saat pembawa acara memberitahukan kepada warga bahwa puncak acara akan segera di mulai, sontak para ibu-ibu mulai mengerumuni gunungan dengan rasa tidak sabaran ingin cepat-cepat mengambil sayur dan juga buah-buahan yang disusun rapi di atas mobil bak terbuka itu. menerobos kerumunan ibu-ibu, tiga hingga lima orang bapak-bapak serta anak laki-laki naik ke atas mobil bak terbuka itu untuk membantu membagikan hasil panen gunungan yang ada di bagian atas. 

Saat pembawa acara belum selesai dengan kalimatnya, para ibu-ibu sudah saling dorong dan bergegas untuk mendapatkan sebanyak mungkin hasil panen tersebut. Para pria yang berada di atas mobil juga turut melempar sayuran kepada kerumunan yang ada di bagian belakang, yang tak kebagian untuk mengambil langsung di dekat mobil. tak sedikit yang saling sikut demi bisa berebut tempat di dekat mobil agar menjamah lebih banyak sayuran. Tak berselang lama, ramai ibu-ibu mulai keluar dari kerumunan itu, dan seru-seruan terdengar begitu nyaring ketika para mereka berhasil keluar sambil membawa banyak hasil panen. Ada ibu-ibu berhasil keluar dengan membawa satu akar singkong yang berukuran sangat besar dan terlihat begitu segar karena masih banyak tanah yang melekat pada akar singkong itu. 

Setelah bertahun-tahun berjuang menolak tambang pasir besi. Perayaan kemenangan seperti ini memang harus terus dirayakan untuk terus mengingat keberhasilan perjuangan para warga. Karna para penguasa yang rakus, tak boleh terus merenggut hak para warga yang telah bertahun-tahun menetap di sana.

Itulah sedikit cerita singkat dari pesisir pantai Kulon Progo. kisah perjuangan mereka, akan terus menggema, dan menjadi inspirasi bagi setiap pejuang konflik-konflik agraria. Cerita-cerita mereka akan terus digaungkan pada setiap generasi, bahwa dengan ini mereka telah berhasil mempertahankan tanah mereka, dengan kekuatan akar rumput yang kuat. Angin laut dan pesisir pantai telah menjadi teman dan juga saksi dari perjuangan para petani lahan pantai Kulon Progo. Perjuangan ini akan terus hidup dan akan terus diceritakan lintas generasi, untuk mewariskan semangat perjuangan yang akan terus menyala dalam hati semua orang. 


Ilustrasi: A nutshell

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0