Aku demo
Karena telingamu dua tapi tuli
Tidak pernah mendengar aspirasi
Kau baru dengar suara kami ketika
Jalan tol aku kuasai
Bandara aku duduki
Dan tangki-tangki BBM kusandera
Kau punya dua mata
Tapi dua duanya buta
Kau melihat ketika
Aku bakar ban-ban
Aku bakar pos-pos polisi
Aku bakar semua keangkuhan rezimmu
Aku bumihanguskan semua berhala
Jabatan dan kedudukanmu
Kau punya kekuasaan
Aku punya kemauan
Kau punya aparat
Aku punya rakyat
Kau punya keputusan
Aku punya jalanan
Kau punya regulasi
Aku punya aksi
Kau punya istana
Aku punya darah
Kau punya agenda
Aku punya rencana
Kau punya senjata
Aku punya semangat baja
Kau punya amunisi
Aku punya berani
Kau punya penjara
Aku punya jiwa
Kau menangkap
Aku tak gentar
Kau memaksa
Aku menolak
Kau menembaki
Aku tak takut mati
Kalau kau berani
Datang ke sini
Jangan kabur ke luar negeri
Puisi ini didapat dari kiriman BBM-an kawan-kawan aktivis mahasiswa Bandung. Saya sudah bertanya siapakah yang menulis karya ini. Tapi mereka hanya katakana karya ini seperti pesan berantai yang dikirim dengan ‘sanad’ yang mengatas-namakan aktivis demonstran. Puisi ini menjadi salah satu isi dari buku Bangkitlah Gerakan Mahasiswa.