Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri (Soekarno)
Juga di tanah air kita berabad-abad lamanya kedaulatan itu direbut oleh kaum hartawan…tak ada negeri yang boleh jadi besar dan makmur, kalau rakyatnya tiada mengetahui dirinya sendiri atau tiada merasa kedaulatanya (Hatta)
Kami ingin anda tahu tentang situasi yang kami hadapi hari-hari ini. Kekuasaan yang dulu dibayangkan sebagai demokratis kini terjatuh dalam praktek otoriter. Mudah sekali menangkap mereka yang beda pandangan dan gampang sekali mengecam mereka yang punya pendapat berbeda. Seolah negeri ini dibangun hanya untuk memuaskan kepentingan segelintir elite yang berhasil duduk di tahta. Mereka bekerja tidak untuk melayani tapi memanipulasi suara. Kemunculan berbagai regulasi belakangan ini membuat kami percaya kalau aturan lahir tidak untuk menjamin nilai keadilan. Aturan itu tampil agar penguasa dan pemodal bisa saling berbagi keuntungan.
Bung Karno dan bung Hatta lihatlah Parlemen sekarang ini. Mereka padamkan kedaulatan rakyat dengan bersikukuh untuk meloloskan RUU Cipta Kerja. Produk perundang-undangan yang mengandung banyak masalah sekaligus mengancam kehidupan pekerja. Melalui regulasi itu buruh seperti boneka yang diatur sesukanya dan bisa di PHK dengan mudahnya. Bahkan proses perumusan RUU Cipta Kerja bukan hanya tidak terbuka tapi juga buru-buru dalam pembahasanya. Rasanya parlemen seperti kumpulan para saudagar dan mafia yang ingin kebutuhanya segera terpenuhi tanpa mengajak rakyat untuk terlibat di dalamnya. Desakan agar ditunda, dibahas lebih lama bahkan bukan itu prioritasnya tidak direspon sama sekali. Mirip kereta cepat RUU Cipta Kerja memang diloloskan untuk memenuhi hawa nafsu para oligarkh.
Bung Karno saya dulu percaya dengan apa yang anda katakan tentang kapitalisme yang keji. Ideologi yang menjarah kekayaan alam kita serta menjadi pengantar bagi munculnya penjajahan. Bung Karnolah yang mengatakan kalau negeri ini musti mengabdi pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sebagaimana yang dituangkan dalam Pancasila. Bung Karno yang membangunkan kesadaran rakyat kalau penjajahan itu bukan hanya merampas milik rakyat tapi juga membuat rakyat menjadi manusia yang tidak bermartabat. Kini itulah yang kembali terjadi karena hak milik rakyat dengan mudah dirampas untuk kepentingan laba dan hidup para pekerja sudah serupa dengan budak di masa lampau. Berkat RUU Cipta Kerja kita bukan hanya kembali pada era penjajahan tapi hidup seperti pada masa kerajaan. Kekuasaan berjalan tanpa ingin diberi masukan dan pandangan dari rakyat.
Bung Hatta dulu andalah yang meyakini demokrasi itu ditandai oleh kebebasan rakyat menyatakan pandangan dan pengawasan parlemen pada jalanya kekuasaan. Anda pula yang meyakini bahwa jalan ekonomi yang terbaik adalah koperasi dengan semangat ekonomi kerakyatan. Kini cita-cita agung itu dirusak oleh para penyamun demokrasi dengan memaksa lahirnya RUU Cipta Kerja yang merusak segalanya: kepercayaan akan ekonomi kerakyatan hancur karena pemodal adalah penguasa ekonomi sebenarnya dan demokrasi hangus sebab parlemen tidak mendengar aspirasi rakyat sama sekali. Kuyakin bung Hatta tidak menduga jika pemerintah dan parlemen sudah seperti penguasa tiran yang tidak ingin mendengar pandangan kecuali pandanganya sendiri.
Bangkitlah bung Karno dan bung Hatta dan bergabunglah bersama kami. Bersama-sama menyatakan mosi tidak percaya pada parlemen serta penguasa yang membawa bangsa ini sesuka mereka sendiri. Mereka secara berani melawan suara rakyat yang minta agar semua pembahasan RUU bermasalah untuk ditunda. Bahkan di tengah suasana pendemi keduanya tetap percaya untuk mengobarkan kegiatan Pilkada yang membahayakan nyawa rakyat. Padahal hampir semua organisasi agama hingga masyarakat sipil telah mengingatkan kalau pemerintah sebaiknya menunda saja kegiatan Pilkada. Tapi lagi-lagi parlemen dan pemerintah seperti tuli untuk mempertimbangkan semua saran itu. Kekuasaan yang kini berjalan hanya mendengar suara pengusaha saja. Kekuasaan peranya sudah mirip pelayan dan makelar.
Dikabulkan semua keinginan pengusaha: tanah yang mudah dialih fungi, buruh yang gampang di PHK hingga proses perijinan yang tidak mempertimbangkan kepentingan lingkungan. Bukan hanya itu tapi lamanya investasi dijamin sepenuhnya oleh negara. Lama kelamaan kredo penguasa menjadi: dengarkan suara pengusaha karena mereka yang bisa membayari kebutuhan kita. Tentu wajar jika mereka lebih didengarkan: karena Presiden juga seorang pengusaha dan menterinya kebanyakan pengusaha lalu anggota parlemen lebih banyak pengusahanya. Kalau demikian mustinya lambang negeri ini bukan Pancasila tapi segepok uang saja. Tidak lagi pedomanya NKRI harga mati tapi Kepentingan Pengusaha harus diutamakan sampai Mati!
Bung Karno dan bung Hatta sungguh kami malu kalau membawa negeri ini pada era penjajahan lagi. Sebuah era yang lebih mengutamakan ketundukan rakyat pada semua yang diinginkan penguasa sekaligus membiarkan pengusaha melakukan langkah apa saja bagi kepentingan bisnisnya. Kini kita tidak bisa lagi bertanya kemana elit berpihak dan suara rakyat dibawa kemana karena semua kian jelas dan terbuka. Sejak revisi UU KPK lalu lolosnya UU Minerba dan diakhiri lewat terbitnya UU Cipta Kerja kita semua mengerti pada siapa penguasa ini mengabdi. Bukan hanya penguasa tapi kian jelas pula kemana Parlemen berkiblat. Tapi jangan cemas bung Karno dan bung Hatta karena rakyat tidak berdiam diri begitu saja. Mereka bukan rakyat terjajah yang tahunya hanya pasrah dan percaya apa kata penguasa.
Mereka kini bergerak mengikuti semangat 45. Dulu bung Karno dan bung Hatta ditangkap juga ditahan. Rakyat dan mahasiswa alami hal yang sama: ditangkap dan dianiaya. Dulu bung Karno dan bung Hatta pernah coba dibunuh segala. Rakyat yang mulai berani melawan juga dirampas nyawanya. Mereka adalah anak-anak rohanimu bung: yang selalu percaya kalau penjajahan itu masih ada dan bertahan begitu rupa. Maka ketika parlemen keluarkan UU yang nista dengan disetujui pemerintah segala maka kami berharap bung Karno dan bung Hatta bangkit kembali. Mari kita bersama sama melawan penguasa pribumi yang mentalnya seperti para penjajah. Ayo bung bangkitlah karena ini saatnya kita bersama-sama menulis ulang sejarah bangsa ini. (EP)
Ilustrator: Hisam