Tak ada ciptaan yang diberi kenikmatan luar biasa kecuali politisi. Meskipun kita tak tahu di mana sekolahnya, tapi kita mengerti apa yang bisa dicapainya. Kedudukan, popularitas, hingga kekayaan yang fantastis jumlahnya. Lihat saja penangkapan para pejabat yang dikaitkan dengan kasus korupsi. Berita yang diungkap selalu ada jumlah uang raksasa yang diperoleh dan cara gampang untuk mendapatkannya.
Sudah begitu, di dalam penjara selalu ada berita yang menyenangkan. Di antara yang bocor ke publik, terlihat mereka jalan-jalan ke Mall, ada yang kamar tahanannya mirip ruang hotel, ada yang masih jalankan usaha, bahkan bisa buat rapat segala serta ada yang masih belum dicabut posisi politiknya. Singkatnya, penjara seperti ujian kecil bukan hukuman besar.
Tak ada spesies yang istimewa kecuali politisi. Pendapat dan posisinya bisa berubah sesuka-sukanya. Hari ini memuji setengah mati dan besok bisa mencaci maki secara membabi buta. Sekarang ini mengatakan diri menjadi oposisi, besok bisa berubah jadi mitra atau bahkan sekutu dekat. Sebab bagi politisi, kebenaran itu sesuai dengan hari dan cuaca.
Tak ada yang lebih cerdik di negeri ini kecuali politisi. Secara menakjubkan mereka mampu melahirkan para pendukung yang membela dengan setia, bahkan berani bertaruh nyawa segala. Tak hanya nyawa, bahkan akal sehat bisa dilenyapkan seketika. Ingatlah, ada yang berdoa untuk kemenangan sang politisi melalui cara mengancam Tuhan, bahkan ada yang berani berbohong secara terbuka.
Mustahil ada orang sepintar politisi. Kemampuan mereka untuk mengelabui, mendebat, bahkan menutupi apa saja sangat luar biasa. Sebut kasus pelanggaran HAM yang besar dan tak mampu dipecahkan, lalu tanyakan itu pada politisi, pasti mereka mampu menjawabnya. Tanyakan apa saja pada mereka pasti tahu jawabannya dan tanyakan kasus mana saja niscaya mereka bisa menanggapinya.
Bahkan tak ada aktor yang mampu mengalahkan kemampuan politisi memainkan peran. Secara meyakinkan, mereka bisa mengiklankan diri akan melawan semua korupsi yang terjadi di lingkungannya dan ketika dirinya tertangkap basah melakukan korupsi, semua itu bisa ditanggapi dengan dingin, wajar, dan biasa. Cetakan wajah mereka sangat berbeda dengan orang umumnya: bisa menyesuaikan kondisi pastinya.
Tapi yang unik lagi, tak ada orang yang mahir bicara kecuali politisi. Satu-satunya modal utama untuk menjadi politisi adalah mulutnya. Melalui mulut itu bisa keluar peryataan apapun dan apa saja. Nadanya bisa beubah-ubah. Kandungannya menyesuaikan dengan cuaca. Saat pemilu mulut dukung-mendukung, saat penyusunan kabinet, mulut bicara yang berkaitan dengan kepetingannya. Mulut politisi itu lincah, mahir, dan ringan.
Kalau politisi dulu mewujud dalam diri Soekarno, Hatta, hingga Tan Malaka: bicaranya berapi-api dan penuh aroma kutipan tokoh ternama, pandangannya konsisten dengan yang dipelajarinya dan sikap melawanya bisa berbuah penjara, kini situasinya pastilah berbeda. Politisi memang di penjara, tapi bukan karena membela rakyatnya, tapi mencuri uang rakyatnya sendiri. Hanya saja, ada yang ditiru dari politisi zaman dulu.
Yang pertama penampilan. Ada politisi yang tampilanya dimirip-miripkan dengam Bung Karno: pakai kopyah di kepala, memakai kaca mata hitam di matanya, dan kalau pidato selalu kepalkan tangan mirip Bung Karno. Bahkan ada politisi yang hobi mengutip pendapat para proklamator ketika berdiskusi atau meneguhkan pandangannya lewat peryataan para proklamator.
Yang kedua, politisi kita cakap dalam mensejajarkan diri dengan para proklamator. Ada politisi yang penampilan, kemunculannya, hingga usia mudanya disejajarkan dengan Hatta. Komentar salah satu pendukung yang membuat cucu Pak Hatta marah sekali. Tapi keberanian untuk mensejajarkan diri sudah merupakan kenekatan yang menakjubkan, mengherankan, dan sedikit memalukan.
Tapi yang begitu hebat dari politisi kita adalah kemampuan mengiklankan diri. Tak ada produk apapun yang bisa mengalahkan politisi dalam menyampaikan pesan. Dibalut dengan biaya tak terbatas dan didesain oleh tim sukses, seorang politisi bisa tampil bak dewa. Yang dulu bukan siapa-siapa dapat muncul menjadi yang utama, yang dulu penjahat dapat berubah pahlawan, yang dulu hanya apa adanya kini berubah menjadi segalanya.
Tapi kemampuan paling unggul dari politisi adalah bisa menjadi apa saja. Ketua partai bisa jadi menteri, anggota partai dapat menjadi ketua komisi, dan aktivis partai bisa jadi kepala apa saja. Pintu semua kedudukan ada di politisi: ingin jadi komisioner KPK maka politisi di parlemen yang memutuskannya, begitu pula anggota komisi lainya. Politisi berwenang apa saja dan kekuasaannya bisa jauh ke mana-mana.
Maka tak ada cita-cita yang bisa merangkum semua profesi kecuali politisi. Mau jadi apa saja bisa dan ingin apa saja dapat dipenuhi. Politisi memang bukan profesi, tapi manusia yang punya maqam berbeda. Hidupnya untuk pelajaran hidup siapa saja. Bisa tentang kedunguan, kerakusan, kemunafikan, kekonyolan, hingga kebohongan.
Ringkasnya, kalau ketemu politisi ingatlah kalimat seorang ahli biologi. “Alam selalu berinovasi menciptakan mutasi baru selagi kesempatan baru bermunculan.” Itulah Politisi!(*)