Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute)
***
Aku melihat kembang api meletus di angkasa
kilatan apinya menghanguskan cerita
Kepakan sayap mereka derita yang terbang tanpa arah
meliuk-liuk tanpa rambu hijau atau merah
Hanya bunyi nasib ringkih sebagai penanda
apakah ini pesta disaji dalam keranda?
Pemudi-pemuda bersulang garang
berlari estafet memenangkan kekalahan
dalam kubangan dan bayang-bayang
berkelambu lampu kota yang berdandan
cahayanya menyoroti pandangan kelam
Ketika berjuta sorak-sorai menghambur di langit
satu simponi mengamen jerit
dalam orkestra bertalu letih
Catatan demi catatan berlumur resah
mengabarkan sejumput kisah
dari bianglala melodi negeri
Perhitungan mundur dimulai
menjumlah detik dan menit
Di tiang waktu berupa dinamit
dibumbui atom-atom puisi
mengganyang jarum jam
yang bermesraan mengapit
masa lalu dan masa depan
Sejumput rindu dan geram dioplos
kemudian ditelan bagai pil tidur
Kantuknya sepanjang tahun
terbangun hingga saat fajar menampar
Jika hari ini masih hari kemarin dan hari akan datang
bila masih merendam kenang di ember bocor
dan menimba kemenangan di sumur lumpur