Fasisme: Sejarah, Pemikiran, dan Perkembangannya

M. Fakhru Riza

***

Dari sekian ideologi yang muncul di Eropa dalam mengiringi munculnya abad pencerahan, fasisme adalah ide yang paling sulit untuk didefinisikan. Watak pemikirannya yang bersifat ‘anti-intelektualisme’ menjadikan ideologi ini sulit untuk didefinisikan secara sistematis dan runtut dengan akar-akar yang mendasarinya.

Menurut Hayes (dalam Kristeva, 2010) ide fasisme memiliki akar-akar yang merupakan percampuran dari berbagai ide yang radikal, reaksioner, dan mencakup berbagai gagasan ras, agama, ekonomi, sosial, dan moralitas akar-akar filosofis. Fasisme seenaknya mencomot-comot dari berbagai pemikiran yang sekiranya bisa mendukung ide pemikirannya yang reksioner dan absurd.

Ia bisa mencomot filsafat sejarahnya Hegel, pemimpin filosofnya Plato, ubermens-nya Nietzche, survieval of the fittes-nya Darwin dan para pemikir Eropa lainnya tanpa memperhatikan keruntutan logikanya. Maka kemudian pemikiran fasisme sulit untuk dilakukan verifikasi dan falsifikasi filosofisnya.

Walaupun akar-akar filosofis dari pemikiran fasisme sangat campur aduk dan main asal comot, tapi demi memenuhi kebutuhan pendefinisian untuk mengobjektifikasi pokok-pokok pemikiran fasisme, biasanya para peneliti tentang fasisme mengambil dari ide dan praktik-praktik fasisme yang digagas oleh Benito Mussolini, Adolf Hitler, Tenno Heika di Jepang, dan Juan Peron di Amerika Latin.

Jika pun bisa kita pungut pokok-pokok apa itu definisi fasisme, bisa kita rujuk dari Hayes, Ebstein, dan Bracher (dalam Kristeva, 2010) bahwa doktrin fasisme memiliki empat pondasi dasar. Pertama, mitos ras unggul (the myth of race). Kedua, anti semitisme. Ketiga, totalitarianisme. Terakhir, doktrin tentang elit dan pemimpin.

Pertama, doktrin mitos ras unggul. Dalam praktik dan doktrin fasisme ada kepercayaan bahwa secara alamiah ada suatu ras yang superior dan sekaligus ada yang inferior. Hitler dalam mempraktikkan fasisme di Jerman dengan menggaungkan ras Arya sebagai ras paling unggul dibandingkan dengan ras-ras yang lainnya. Menurut Gobineau (dalam Kristeva, 2010), mitos ras unggul merupakan bentuk anti-egalitariansme. Menurut doktrin ini sistem sosial itu bersifat hirarkis, ada yang secara alamiah ditakdirkan sebagai penguasa dan yang dikuasai.

Kedua, anti-semitisme. Doktrin ini merupakan implikasi dari doktrin adanya ras unggul. Sikap dari kepercayaan tersebut kemudian menimbulkan kebencian terhadap ras lain yang dinilai sebagai ras inferior. Dalam kasus yang terjadi dari Nazisme Hiter di Jerman, yang menjadi sasarannya adalah kaum Yahudi. Kaum Yahudi oleh Hitler dikambing hitamkan sebagai penyebab segala permasalahan dan kutukan atas kekalahan bangsa Jerman dalam Perang Dunia I.

Ketiga, totalitarianisme. Dalam praktik fasisme, mulai Benito Mussolini di Italia, Nazisme Hitler di Jerman, Tenno Heika di Jepang, dan berbagai praktik fasisme yang lain, segala hal yang berkaitan dengan tata sosial dan politik negara hanya dikendalikan oleh negara. Apa-apa yang boleh dan apa-apa saja yang tidak boleh adalah keputusan negara. Dengan kata lain, masyarakat sipil tak memiliki hak asasi untuk mengatur segala kehendak pribadinya. Maka kemudian lahirlah pembredelan kebebasan pers dan berekspresi.

Keempat, mitos sentralisme pemimpin. Di Jerman zaman Hitler ada mitos bahwa segala keputusan politik adalah hak dan kewewenangan tunggal sang fuhrer. Begitu pula fasisme di Italia. Musolini memiliki kuasa sentral atas aktivitas kekuasaan. Praktik-praktik sentralisme pemimpin dan kekuasaan tersebut dipraktikkan disemua rezim fasis.

Perkembangan Fasisme Pasca Hitler hingga Sekarang

Fasisme mengalami kehancuan pada akhir Perang Dunia II. Ketika Hitler mengetahui kekalahan para prajurit-prajuritnya di medan perang, ia kemudian memutuskan untuk melakukan bunuh diri di Bunker.

Walaupun secara politik fasisme kalah pada Perang Dunia II, ternyata fasisme tidak mudah begitu saja bisa dibinasakan. Menurut Wilkinson (2014) tepat setelah kejatuhan fasisme pada akhir perang tersebut, semua aktor yang terlibat dalam gerakan fasisme tidak berhasil diadili secara hukum. Banyak tokoh Nazi yang akhirnya kabur ke Portugal dan Amerika Latin untuk mencari perlindungan politik.

Hal ini disebabkan karena persis setelah Sekutu menang, ia lebih memprioritaskan kegiatan bagi-bagi jatah wilayah Jerman. Amerika Serikat mengambil alih Jerman Barat dan Soviet menduduki Jerman Timur.

Akibat dari keteledoran itualah fasisme kemudian masih bisa terus berkembang di Eropa. Kisaran tahun 1950-an hingga 1980-an, banyak gerakan fasisme yang terus tumbuh di berbagai wilayah di Eropa. Di Perancis muncul kelompok Front Nationale yang digawangi oleh Le Pen. Di Italia muncul Movemente Sociale Italiano (MSI). Begitu pula yang terjadi di Inggis dan di Jerman.

Bagaimana perkembangan fasisme sekarang?

Saat ini fasisme masih menjadi ancaman bagi perkembangan demokrasi di berbagai penjuru dunia. Di Eropa, situasi menjamurnya imigran dari Timur Tengah dan sekaligus berbarengan dengan krisis ekonomi, menyebabkan partai sayap kanan mengalami peningkatan popularitas yang cukup dahsyat.

Partai sayap kanan AfD (Alternative fur Deutchland) di Jerman pada Pemilu 2017 yang lalu cukup menimbulkan kekhawatiran kubu liberal, Angela Merkel bersama Partai Kristen Demokratik-nya. Di Inggris, kubu konservatif berhasil memenangkan Brexit sebagai upaya untuk menolak menerima imigran dan sekaligus upaya proteksi ekonomi Inggris.

Di Perancis, kubu Marine Le Pen (anak dari politisi fasis tahun 1980an, Jean Marie-Le Pen) belakangan mendapatkan popularitas yang cukup mengkhawatirkan. Begitu pula di Belanda, politisi Geetz Wilders dalam Pemilu yang lalu melakukan kampanye anti-imigran dan proteksionis dengan agenda Nexit (Netherland Exit, semacam Brexit) di Belanda.

Begitu pula di Yunani, kelompok simpatisan Partai Golden Down banyak melakukan aksi kekerasan jalanan terhadap kelompok progresif dan imigran di Yunani. Di Amerika Serikat pasca kemenangan Donald Trump pada Pilpres 2017 yang lalu, narasi-narasi yang anti-muslim, anti-imigran, diskriminasi kulit hitam, dan proteksi ekonomi banyak terjadi.

Belakangan, di Brazil, politisi sayap kanan, Jair Bolsonaro terpilih sebagai presiden Brazil. Bolsonaro melakukan kampanye kebencian kepada kubu komunis dan sosialis di Brazil.

Sejarah Fasisme di Indonesia?

Penelitian Wilson (2008) dalam bukunya Orang dan Partai Nazi di IndonesiaKaum Pergerakan Menyambut Fasisme, menyebutkan bahwa fasisme masuk di Indonesia tak lama dari populernya Hitler di Eropa pada tahun 1930an. Notonindito, seorang tokoh mantan anggota PNI Baru mendirikan Partai Fascist Indonesia (PFI).

Dengan demikian, fasisme masuk di Indonesia pertama kali berkaitan langsung dengan perkembangan Nazisme di Eropa. Berarti, fasisme di Indonesia muncul berbarengan dengan berbagai ideologi politik yang sedang populer di barat, seperti komunisme, sosialisme, dan liberalisme.

Pasca PFI, beberapa pemikir menilai bahwa fasisme di Indonesia berlanjut pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945. Jepang seperti kita ketahui merupakan bagian dari aliansi fasis dunia: Italia dan Jerman. Dalam waktu singkat, doktrin fasisme cukup mempengaruhi kaum muda gerakan kemerdekaan Indonesia.

Perkembangan selanjutnya ide fasisme di Indonesia berkembang pada era Orde Baru Soeharto. Walaupun pendefinisian ini masih sangat debatable, akan tetapi tak bisa dipungkiri bahwa rezim otoritarianisme Soeharto banyak memenuhi kriteria praktik fasisme. Ia mempunyai sistem negara yang totalitaer, sentralistik, dan mengindikasikan ras Jawa sebagai ras yang unggul.

Perkembangan selanjutnya, istilah fasisme di era reformasi oleh banyak penulis kiri sering disematkan kepada kelompok para militer dan milisi oramas islam radikal. Akan tetapi, pendefinisian itu masih debatable dan memerlukan pengkajian yang panjang. Sekian.

Kepustakaan

Kristeva, Nur Sayid Santoso. 2010. Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Anarkisme, Fasisme, dan Konservatisme. INHIPSOS Press.

Pasmore, Kevin. 2018. Fasisme: Sebuah Pengantar Ringkas. Penerbit Basa Basi, Yogyakarta.

Wilkinson, Paul. 2014. Neo Fasisme. Penerbit Resist Book, Yogyakarta.

Situs internet:

Inggris Sepakat Tinggalkan Uni Eropa, link https://tirto.id/inggris-sepakat-tinggalkan-uni-eropa-bn5k diakses tanggal 30 November 2018 pukul 20:27 WIB.

Emanuel Macron Resmi Terpilih Jadi Presiden Perancis, https://tirto.id/emmanuel-macron-resmi-terpilih-jadi-presiden-perancis-cogD diakses pada 30 November 2018 pukul 20:14 WIB.

Merkel Menang Tapi Populisme Anti Imigran Juga Menguat, lihat https://tirto.id/merkel-menang-tapi-populisme-anti-imigran-juga-menguat-cxgW diakses pada 30 November 2018 pukul 20: 16 WIB.

Geert Wilders Politikus Rasis Belanda Keturunan Sukabumi, link https://tirto.id/geert-wilders-politikus-rasis-belanda-keturunan-sukabumi-ckkr diakses pada 30 November 2018 pukul 20:21 WIB.

Film dokumenter Anti Fascist, link https://www.youtube.com/watch?v=XYHnd4boUoM

Kata Pengantar Buku “Orang dan Partai Nazi di Indonesia”, link: https://indoprogress.com/2008/06/kata-pengantar-buku-orang-dan-partai-nazi-di-indonesia/

Orang dan Partai Nazi di Indonesia-Kaum Pergerakan Menyambut Fasisme, link: https://www.kompasiana.com/fahmi_arfiandi/551246aa8133117454bc636d/orang-dan-partai-nazi-di-indonesia-kaum-pergerakan-menyambut-fasisme

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0