[Kaum Proletar Bacalah Novel Ini!]
Kalau kau ingin tahu pendapat Tuhan tentang uang, lihat saja kepada siapa Dia memberikannya (Dorothy Parker)
***
Habis baca novel ini muncul pertanyaan dalam benak saya: dari mana kekayaan itu berasal? Mungkinkah karena kerja keras yang di novel ini tak tampak sama sekali. Atau bisa juga karena keberuntungan yang secara pasti bisa dilacak dari tokoh-tokoh di novel ini. Tapi satu yang bisa dikatakan kalau orang kaya akan selalu berkawan dengan yang sama kaya atau lebih kaya. Setidaknya novel ini mau mengatakan: kekayaan itu sulit untuk dibatasi dan sulit pula untuk dipahami.
Bayangkan seorang Su Yi: perempuan tua yang jadi penghuni rumah raksasa dan ratu bagi keluarga. Hidupnya terasa mulus: pelayanya jumlahnya bejibun, rumahnya sampai tak bisa dideteksi oleh google map dengan anak-anak yang berlimpah uang. Tiap anak punya cucu yang meyakini kalau sang nenek adalah kepala semuanya: keluarga, kekayaan dan kekuasaan. Hidupnya seperti di surga: apa saja dipenuhi dan meluangkan waktu hanya untuk melihat bunga mekar. Itupun sebuah acara yang dikemas dalam pesta besar.
Kalau anda seorang kiri apalagi mengaku proletar jangan sampai baca novel ini. Pasti anda jijik melihat orang kaya yang kegiatanya hanya belanja, pamer dan saling meyombongkan diri. Tetapi kalau anda ingin menambah kemarahan pada kekayaan maka bacalah novel ini. Pasti anda akan berang menyaksikan gadis-gadis yang digambarkan cantik, mulus, sexy dan berlimpah harta. Cara mereka membelanjakan barang seperti bernafas: terus-menerus dan tak mau berhenti.
Kita benar-benar percaya apa kata Karl Marx: akumulasi laba yang luar bisa telah memeras tenaga buruh dengan membabi buta. Jadilah hidup seperti neraka: tiap orang ditimbang karena harta bendanya dan tiap orang dibakar ambisinya untuk selalu menumpuk harta. Lukisan jijik tentang hidup para hartawan itu digambarkan dengan cara yang sadis: deretan merk mobil hingga parfum disebutkan dengan rinci. Cara mereka belanja dengan gila dan hemat untuk barang-barang kecil jadi tampak konyol dan kotor.
Kalau novel ini merajai pasar kita bisa menganalisanya: mungkin memang potret keluarga kaya selalu jadi fantasi mimpi bagi semua ummat manusia, bisa jadi kehidupan yang megah memang menjadi idaman semua orang atau memang kita senang MENGENAL seluk beluk hidup orang kaya. Sebab di sekujur cerita anda akan memperoleh informasi jenis pesawat, merk mobil hingga toko busana yang mewah.
Sudah pasti Indonesia disebut di dalamnya: yang kaya diberi nama Wandiharto sedang yang lain jadi pembantu rumah tangga. Terus terang novel ini agak nyiyir untuk orang India, Thailand, Filiphina dan Indonesia. Negeri asal para pembantu dan dihuni selalu oleh orang miskin. Kaum yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang kaya dan hanya pantas untuk diberi belas kasihan saja. Jika anda penganut ideologi NKRI harga mati jangan tersinggung kalau baca novel ini.
Ceritanya tak istimewa: orang kaya yang memadu cinta dengan orang biasa. Inipun bukan orang biasa di cerita berikutnya. Karena Rachel-dosen ekonomi yang dilukiskan sebagai gadis sederhana-di jilid kedua ternyata anak pembesar China. Trilogi novel ini memang hanya sibuk untuk bercerita tentang orang kaya, yang punya pacar orang kaya juga, konflik sama yang kaya dan berteman dengan orang kaya. Lebih tepatnya ini novel menghimpun kisah orang kaya.
Apa memang masalah orang kaya beda dengan orang miskin? Hampir sama: krisis percaya diri, pengkhianatan, kesombongan, iri-dengki dan keinginan balas dendam. Sekujur cerita ini berusaha untuk mengajak pembaca untuk mengerti kalau orang kaya juga manusia biasa. Punya rasa cemburu, kehilangan, sedih dan ketidak-pastian. Mereka berusaha semua meraih bahagia dan rasa percaya.
Lalu apa beda orang miskin dan kaya? Banyak dan pasti sangat kontras sekali. Jika anda tak ada pekerjaan, sedang kesulitan uang kemudian juga kebingungan cari tambahan pendapatan: segeralah memegang buku ini. Mungkin anda akan membuang buku ini ketika membaca sedikit bab atau anda akan meneruskanya sambil bertanya: kok ada spesies manusia yang hidupnya enak seperti ini? Kalau disingkat dalam bahasa mudah: jadi kaya itu memang harus punya kemahiran. Mahir dalam berbohong, tipu-menipu dan melihat kesempatan.
Sekali lagi ini bukan novel kiat jadi jutawan. Kisahnya memang hidup jutawan yang berhias drama. Kitty yang mula-mula hanya bintang sinetron lalu menikahi miliuner: Astrid yang cantik jelita dan penyuka belanja serta Edison Cheng yang berpenampilan mewah tapi juga punya banyak akal bulus. Di lembar awal pembaca akan dikenalkan pohon keluarga jutawan yang masing-masing punya tabiat sama: penyuka uang, penumpuk laba dan terus menerus meluaskan pengaruh.
Jika saya ditanya apa istimewanya novel ini? Saya hanya bisa mengatakan ini novel sangat menghibur. Sebagai hiburan novel ini menawarkan apa yang jadi pakem dunia hiburan: ringan, lucu dan sinis. Sebab cerita orang kaya ini tak dikatakan dengan kagum tapi kadang muak serta kesal. Kita pasti merasa konyol melihat orang beli baju seperti ibadah: khusyu, total dan habis-habisan. Bahkan cara bercinta sekalipun terasa seperti gaya orang dagang: tawaran kekayaan hingga mengajak kemanapun pasangan.
Kevin Kwan memang mengajak kita mimpi. Bukan sekedar untuk merasakan nikmatnya hidup yang berlimpah uang, tapi betapa sulitnya kalau hidup harus berpusat semata-mata pada uang. Sebagai Trilogi novel ini sukses dalam menjahit sebuah cerita tentang orang kaya yang sebenarnya tidak mulia. Mereka hidup glamour di tengah banyaknya derita dan mereka memang tak merasa bersalah kalau menghabiskan uang berapapun banyaknya.
Saya setelah membaca novel ini jadi percaya kalau uang memang segalanya tapi juga tak segalanya yang berarti itu bisa dibeli dengan uang. Saya tiba-tiba ingat sebuah hadits Nabi:
‘Putra putri Adam berkata, “hartaku, hartaku’. Hai manusia. Engkau tidak memiliki (apa yang engkau anggap hartamu) kecuali apa yang telah engkau makan dan engkau habiskan, atau apa yang engkau pakai dan lapukkan, atau apa yang engkau sedekahkan sampai habis. Selain dari semua itu, akan engkau tinggalkan untuk orang lain’ (HR Muslim dari Mutharrif)