***
Saya senang dengan jagung bakar. Dibakar, dibolak balik lalu dicampur madu. Baunya tercium segar dan menggiurkan. Walau gigi saya kadang sakit tapi jagung bakar itu membuat saya seperti menikmati rasa puas. Dibakar dalam pelukan udara malam sungguh jadi pengalaman menakjubkan. Kita seperti menikmati petualangan.
Bakaran yang paling sering kita lihat adalah sate. Biasanya yang jual orang Madura. Ada yang keliling tapi juga ada yang menetap. Sate keliling bisa membakar dimana saja: di depan anak-anak, deket orang main bola hingga saat ada upacara. Tak ada yang terganggu karena bau bakaran sate sangat menggiurkan. Kita bisa dimabuk rasa hanya karena menghirup asapnya.
Membakar sate bisa sewaktu-waktu: ada yang pagi hari karena untuk kebutuhan sarapan, ada yang siang hari guna makan siang dan lebih banyak malam hari. Kipas untuk membakar bahanya bisa apa saja: kipas angin, kipas kayu atau dikipas berdua. Makan sate sambil menyaksikan adegan bakar daging mampu membuat selera kita bangkit.
Bakar-bakaran yang revolusioner adalah bakar sampah. Konon Pramoedya suka sekali dengan kegiatan ini. Saya waktu kecil juga senang kalau disuruh bakar sampah. Kita nyalakan korek lalu dilempar ke tumpukan sampah kemudian asapnya kemana-mana. Rasanya campur baur, senang, bangga dan puas melihat apa yang tak dipakai itu dimusnahkan.
Di luar itu rasanya kegiatan membakar pastilah undang masalah. Misalnya bakar hutan yang hingga hari ini selalu merisaukan banyak negara tetangga. Tak hanya negara tetangga kitapun juga terganggu. Kota Riau misalnya pernah beberapa hari dikepung asap. Otomatis semua kegiatan terganggu: anak sekolah, pegawai hingga ibu rumah tangga.
Repot lagi kalau pasar terbakar. Beberapa kali terjadi pasar yang terbakar karena sebab apa saja. Biasanya mau direnovasi, mau di alih fungsi atau memang mau diganti. Sebabnya bisa karena konslet, ada yang karena ledakan tabung hingga masih diinvestigasi. Pokoknya kalau pasar terbakar yang rugi tak hanya pedagang tapi juga warga.
Lebih serius lagi kalau bakar buku. Biasanya ini dilakukan oleh komplotan yang tak suka dengan pengetahuan. Sejarahnya memang ada ketika pasukan Mongol hingga Amerika menduduki kawasan lalu membakar buku yang ada di dalamnya. Tak jarang yang dihancurkan adalah perpustakaan, gudangnya buku. Kejahatan ini tergolong sadis karena usaha melenyapkan peradaban.
Tapi yang bisa memicu kontroversi adalah membakar bendera. Terutama bendera nasional yang jadi kehormatan. Motifnya biasanya kebencian atau deklarasi permusuhan. Dibakar bendera itu tujuanya memang untuk menghancurkan simbol yang jadi identitas organisasi atau yang selama ini jadi martabat sebuah gerakan.
Siapa yang suka bakar bendera? Biasanya organisasi yang tak suka dengan sebuah pemerintahan atau kalau itu ormas yang dibakar bendera organisasi yang dianggapnya berbahaya. Sebagaimana keterangan Banser NU saat kadernya membakar bendera HTI. Organisasi Islam yang dilarang itu dianggap mau mengganti NKRI yang oleh Banser NU harganya sudah mati (populer dengan kalimat NKRI harga mati!)
Tak hanya banser NU tapi banyak ormas yang memang punya kemampuan mencium bahaya. Kategori bahaya itu bisa berbeda-beda: bahaya bagi moral bangsa, bahaya bagi NKRI, bahaya bagi agama, bahaya bagi etika hingga bahaya bagi generasi muda. Sekali disebut ‘bahaya’ maka ormas itu bisa dengan mudah melakukan tindakan apa saja. Singkatnya bahaya atau tidak itu cukup dengan kriteria yang ditentukan oleh pengurus Ormas itu sendiri.
Ormas biasanya punya hubungan akrab dan hangat dengan aparat negara. Terutama aparat keamanan: fungsi mereka bisa serupa. Menjaga acara, melancarkan lalu lintas hingga menangkap orang yang dianggap menganggu keamanan. Itu sebabnya ormas kadang bertindak mirip penegak hukum: melakukan swepping hingga membakar bendera. Mungkin soal membakar ini mereka meniru polisi yang suka bakar barang-barang illegal.
Sejauh mana manfaat Ormas? Pastilah ada dan banyak: menampung anak muda yang ingin menuju tangga kedudukan lebih tinggi, menampung anak muda yang punya bakat politik, menampung anak muda yang ingin bekerja dan menampung anak muda yang ingin salurkan bakat apa saja. Fungsi ini bisa ditambahi sendiri karena memang tidak ada kriteria rinci syarat masuk ormas dan standar kualitas sebuah ormas.
Tapi semua tahu politik negeri ini mengandalkan banyak ormas. Mereka mampu memobilisasi massa dalam jumlah raksasa. Mereka menjadi kilang bagi munculnya banyak politisi. Mereka bisa memerankan diri menjadi tim sukses pula. Bahkan tak jarang mereka juga mampu memuluskan urusan bisnis.Jujur sebenarnya politik kita bukan trias politika, tapi catur politika: eksekutif, yudikatif, legislatif dan ormas-aktif!
Kalau diruntut Orde Baru-lah yang mahir memerankan ormas. Dokumen tentang peristiwa 65 banyak menggambarkan tentang peran Ormas dalam ikut penjagalan massal. Dibimbing oleh para serdadu anggota Ormas dilatih, dipersenjatai bahkan didukung untuk melakukan pembunuhan massal. Bahkan ketika Soeharto sudah terguling kawanan Orde Baru membentuk milisi sipil yang kelak menjadi ormas dengan pengaruh luas.
Setidaknya praktek politik dari dulu memang memerlukan kekuatan ormas. Terutama ketika angkatan bersenjata menjadi penguasanya. Sebuah angkatan yang mempertahankan stabilitas dengan menebar rasa takut, melakukan teror dan pemenjaraan disana sini. Wajar jika ormas berwajah sangat militeristik: seragam, sepatu hingga cara bertindak sudah serupa dengan serdadu. Kekuatanya memang bukan pada gagasan melainkan menjaga apa yang dianggap sebagai penting oleh pimpinanya.
Yang berbahaya kalau ormas berhadap-hadapan: satunya merasa tidak bersalah sedang yang lainya memastikan kalau itu bermasalah. Satunya menyatakan jumlah massanya sedang lainya mulai berunjuk rasa. Tentu aparat pemerintah yang bisa meredam suasana panas itu tapi pasti tak mudah karena anggota ormas punya koneksi dengan elite. Hubungan mereka saling menguntungkan dan saling mengandalkan.
Ormas diuntungkan dengan sistem politik hari ini: politisi perlu dukungan ormas dan ormas butuh payung politisi. Bahkan ormas sebagai tempat belajar untuk jadi politisi sehingga politisi manapun merupakan senior dari sebuah ormas. Ibarat rumah ormas adalah kediaman politisi bahkan tempat dimana tradisi politik itu dibangun, dirintis dan dibudayakan.
Maka jika ada perbuatan lancung anggota ormas maka penyelesaianya sederhana saja: minta maaf kalau itu ditekan begitu rupa, adili oleh hukum jika perbuatanya sudah tersiar kemana-mana dan semua itu katakan kalau bukan kebijakan organisasi. Modus penyelesaian seperti ini mudah dimaklumi dan bisa dipahami. Karena kita tahu ormas itu tak pernah salah dalam bertindak dan tak pernah keliru dalam menilai situasi.
Semua bisa benar dan dibenarkan jika itu adalah tindakan ormas. Jadi jika anda ingin punya posisi, peran dan kewenangan maka ikutlah ormas: pilihlah yang punya dukungan besar dan carilah yang bisa melindungi anda dalam melakukan tindakan apa saja. Hanya melalui ormas hidup anda lebih terjaga dan rezeki anda niscaya bisa diambil dari mana saja.
Selamat datang dalam dunia ormas!