Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute)
***
“Apakah artinya kehormatan itu, sayangku, jika kau tak punya sesuatu pun untuk dimakan” -(Orang-Orang Malang)
“Seseorang diharuskan untuk melihat segala sesuatu secara luas, bebas dan tak terkungkung dalam pengaruh anggapan orang banyak” -(Kejahatan Dan Hukuman)
“Perhatikanlah baik-baik! Kita bahkan tidak tahu apa yang kini dimaksud hidup itu, apa ia sebenarnya, dan apa namanya. Jauhkan kita dari buku, maka kita segera akan tenggelam dan jadi bingung” -(Catatan Dari Bawah Tanah)
Jika kitab suci adalah produk penting buat peradaban, maka tak terkecuali dengan novel atau lebih tepatnya lagi karya-karya karangan Dostoyevsky. Alasannya, karya sastranya ditulis dengan permenungan mendalam, pengamatan yang ketat, serta analisis yang penuh ilham.
Dostoyevsky (l821-1881), adalah manusia penting dalam kesusastraan Rusia dan dunia. Bila Tolstoy dikenal dengan Anna Karenina yang lembut merentangkan kebebasan pilihan anarkisme Katolik-nya, maka Dostoyevsky dalam Catatan Dari Bawah Tanah adalah eksistensialisme yang menohok. Nietzsche menyebutnya, “Menyerukan kebenaran dari darah.”
Dostoyevsky punya dampak tersendiri. Setiap karyanya telah membuat khasanah sastra yang agung sekaligus bisa menjadi diktat tambahan bagi studi psikologis yang unik. Orang-Orang Malang misalnya, karya ini melampaui karya sastra yang biasa. Para kritikus telah menyimpulkan bahwa inilah bentuk sastra yang telah mampu melahirkan keilmuan baru bagi dunia. Mereka bahkan menyebutnya dengan ‘psikologis dostoyevskyan’.
Karya-karyanya adalah cerminan pemikiranya yang kelak banyak memengaruhi penulis besar dan pemikir dunia sebut saja seperti Nietzsche, Albert Camus, Herman Hesse, Franz Kafka, Ernest Hemingway, hingga Gabriel Garcia Marques, dan lain sebagainya.
Anak muda, kau harus membaca Dostoyevsky terlebih dahulu apa pun alasanya. Setelah itu, baru boleh membaca Tere Liye atau novel lainnya yang sedang menjangkiti pasar perbukuan yang tak waras ini.
Mengapa harus membacanya? Karena, di setiap ukiran cerita Dostoyevsky bukan hanya berbicara akan sifat-sifat ketamakan sang kaya, tetapi juga mengenai setiap loncatan potret-potret kejiwaan dari seorang melarat dan miskin yang dijabarkan kian meruncing.
Ini juga termasuk kisah tentang manusia dengan pikirannya, nasib dalam keadaan paling tersudutkan dalam mengambil keputusan paradoksal yang rumit, bersikap yang kadang konyol juga sombong, hingga berujung pada pembunuhan yang sangat dingin.
Namun apakah itu semua pantas disebut kejahatan? Bisa jadi tidak, dan bisa pula menimbulkan tafsir yang sangat ekstrem. Bahkan tindakan pembunuhan itu sungguh pun akan dibenarkan, untuk itulah Dostoyevsky merepresantasikan dirinya bukan hanya sekedar penulis biasa, dia adalah seorang pemikir dan sekaligus sebagai filsuf yang relegius.
Membaca karya-karya Dostoyevsky yang mengasyikan ini semestinya tak memisahkan kita mengulas sosok dirinya sebagai manusia dengan keterlibatan politiknya maupun pilihan kepercayaanya. Ada titik balik dimana seorang Dostoyevsky muda yang menggelora dan liberal kemudian menjadi konservatif relegius.
Dostoyevsky, sebagaimana dari berbagai catatan tentang dirinya pernah berafiliasi pada Sosialisme Utopia sehingga berbuntut pada hukuman mati yang diberikan oleh Tsar. Beruntung, kemudian hukuman tersebut diurungkan dan digantikan dengan pembuangan dirinya tahun 1850 ke Siberia. Dalam masa-masa tahanan dan kerja paksa inilah dirinya kemudian tergabung dalam anggota Gereja Ortodoks Rusia dan menulis Catatan-catatan dari Rumah Mayat (1862).
Di tahun yang sama, Destoyevsky berkeliling Eropa. Dirinya sangat mengagumi dan terpikat pada karya-karya Charles Dickens (novelis yang selalu memuat ceritanya berlandasakan analisa kelas). Akan tetapi, dirinya tak menyukai Eropa. Terlebih London adalah ‘Baal’ bagi Dostoyevsky, pusat kapitalisme dunia. Kemudian ketika Dostoyevsky kembali ke Rusia, dirinya menulis beberapa novel terbaiknya antara lain Kejahatan Dan Hukuman (1866), Si Idiot (1868), dan Kamarazov Bersaudara (1880).
Kau harus tahu, dari debut awalnya Orang-Orang Malang (1846), Dostoyevsky sudah hadir menyentak panggung sastra dengan kerja keras yang tidak bisa diukur main-main. Ditulis pada usia 24 tahun, karyanya telah memberi dampak luar biasa bagi kesusastraan dunia. Novel ini memberi tangisan bagi pembacanya di St. Petersburg. Bahkan setiap selesai membacanya setelah jam 4 pagi, mereka berduyun-duyun ingin menjumpai penulisnya.
Kritikus Vissarion Belinsky memujinya dan menyandingakannya bagaikan Gogol baru terbit di daratan Rusia. Akan tetapi, Orang-Orang Malang membuat Dostoyevsky boleh jadi tak dapat menyangka akan nilai-nilai besar yang telah ditulisnya.
Berangkat dari bentuk surat-suratan antara Makar Devuskhin (seorang pegawai tua yang konyol, royal, miskin, juga anggun dalam memuji kekasihnya) dan Varvara Alexeyevna (seorang gadis muda 17-an yang telah diperkosa seorang tuan), Orang-Orang Malang berhasil mencuri melasnya hati pembaca, serta meletupkan gregetnya perasaan kita diakhir cerita. “Oh Makar Devushkin, kau sedang tidak mempertahankan cinta sejatimu, kau adalah seorang ambisius, tak ada cinta sejati yang sesungguhnya, kau hanya ingin menulis, menulis, terus menulis dan ingin menjadi penulis hebat.”
Jika kau ingin mendalami pentingnya sebuah keputusan seorang yang merana akibat kondisi paling tersudutkan, sehingga akan menganjurkan tindakan pembunuhan yang ‘benar’ meskipun tetap saja pembunuhan adalah tindakan yang jahat, maka resapilah watak daripada Raskolnikov, mahasiswa pembunuh yang mengalami kesepian hati, kepahitan hidup, keangkuhan, kemelaratan dan cintanya yang telah digambarkan Dostoyevsky dalam Kejahatan Dan Hukuman. Raskolnikov bahkan disebut-sebut memiliki lisensi membunuh demi ‘keselamatan umum’. Tak mudah bagi polisi seperti Zametov maupun Ilya Petrovich mengungkap kasus yang jelimet ini. Bahkan Thomas Man menyebut Kejahatan dan Hukuman adalah novel detektif terhebat sepanjang masa.
Oh iya, novel ini juga cocok dibaca oleh para ibu kos yang sedang merengut kriput atas telatnya seorang mahasiswa membayar kos. Setidaknya, para ibu kos setelah membaca Kejahatan dan Hukuman akan berpikir dua kali untuk menagih uang tunggakan kos mahasiswa yang lagi malang.
Kejahatan dan Hukuman sebaiknya juga menjadi buku saku bagi bapak-bapak intel dalam melaksanakan tugasnya membongkar tekak-teki kejahatan. Dengan begitu, bapak intel yang terhormat tidak lagi bersikap berlebihan untuk menangkap terduga penjahat dengan peluru bersarang yang kadang berakibat fatal (menangkap atau membunuh adalah keputusan yang membingungkan bagi sebagian besar polisi kita).
Membaca karya Dostoyevsky, bukanlah sebuah perintah utama yang turun dari kitab suci untuk memahami dunia dan segala pernak-perniknya (apalagi menuntut menjadi hafidz). Lebih dari itu, membaca karya Dostoyevsky adalah sebuah kebutuhan; oksigen yang memompa daya bernalar, yang mengalirkan darah naluriah, imajinasi dan harapan kemanusian agar senantiasa terus-menerus menghembuskan napas yang selaras.
Dari referensi di atas, pada momen saat ini, sudah saatnya anak muda mengganti memperingati kemerdekaan negara dengan merayakan kemerdekaan literasi yang kian tragis. Bila makna kemerdekaan sangat sulit melekat pada sanubari orang malang macam kita, terlebih bagi mereka yang kecewa melihat tontonan komposisi kandidat paslon capres-cawapres yang sama sekali adalah bentuk dagelan politik identitas dan kepentingan para oligarki, barangkali dengan membaca Dostoyevsky bisa menjadi pelipur lara, dan syukur-syukur bisa mengambil kesempatan golput sepanjang masa.
Bila wajahmu muak dengan konstestasi politik 2019 yang menampilkan para politisi berlagak sok paling beradab, maka sepaket dengan kegelisahan saya sebagaimana Dostoyevsky katakan dalam Catatan Dari Bawah Tanah, “Apa Anda tidak lihat bahwa tukang bantai yang paling cakap adalah justru orang yang paling beradab.” Dengan menerima kredo kramat ini dan membaca dengan senang karya Dostoyevsky, kuyakin, anak muda bisa bertambah kritis.(*)
https://www.facebook.com/SocialMovementInstitute/photos/a.734503929923925.1073741833.579026225471697/2298947823479520/?type=3&theater