Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute)
***
Diterik siang yang panjang, anjing dan babi memimpin sebuah demonstrasi di hari buruh. Masing-masing ambil bagian untuk sebuah orasi.
Si anjing yang sekarang ini sedang melatih raungannya agar kian galak di depan umum adalah angkatan junior dari akademi aktivis.
Sedangkan babi, kini telah memiliki rumah gedongan dan sederet mobil mewah berkat kiprahnya mengawal tuntutan buruh, tani, dan rakyat tergusur.
Sebagian dari pundi-pundi itu adalah dana umum perjuangan rakyat, separuhnya lagi adalah pemberian dari pengusaha pemilik perusahaan yang memperkejakan para buruh.
Setelah aksi demonstrasi siang itu telah usai dengan damai, sebuah percakapan berhembus dengan sepoi-sepoi.
Si anjing berkata dan bertanya pada babi, “lidahku ini cukup pandai menjulur, bisa menari tarian apa saja, dan meraung cukup seram, sangat cocok mengganggu kebahagiaan penguasa dan memantik semangat para buruh. Namun aku masih begini-begini saja. Tapi lihat dirimu, kau bahkan hanya berbekal hidung yang tajam dan keras itu. Wahai kanda babi, apa kiat kilat agar bisa seperti dirimu dapat?”
Babi pun tertawa kekeh dan menjawab, “Adinda anjing, untuk meyakinkan para buruh terkadang kita perlu orasi yang seram, dan untuk berteman bersama penguasa terkadang kita juga harus pandai menjilat. Tapi itu tidak cukup.”
“Sekarang ini, kau harus tau, untuk meyakinkan rakyat kau harus pandai berdandan sederhana, bila perlu berlumur kotoran, seperti penguasa yang turun ke got lalu foto dan upload di Instagram. Itu akan membuat pesona bagi rakyat.”
“Atau berpenampilanlah tambun, tapi tegas, layaknya militer, meski hanya sedikit memaksimalkan otak. Sikap seperti ini akan disukai oleh para pengusaha agar kekayaan mereka terjaga, dan lagian penguasa gak butuh keagungan pengetahuan, tapi kekayaan yang dijamin sebuah keamanan.”(*)
NB: Dibuat sebagai peringatan hari lahirnya George Orwell