SURAT UNTUK TUHAN

***

Tuhan maafkan aku lebih dulu jika banyak bertanya padaMu,

Mula-mula aku ingin bertanya apa sesungguhnya ciri manusia yang dekat denganMu? Sebab banyak manusia belakangan ini yang percaya tindakanya itu adalah bukti ketaatan padaMu. Mereka mudah mengutuk sesama karena itu dianggap perintah dari Mu. Mereka gampang mencela karena itu dianggap perintah Mu. Bahkan dengan gampang mereka membunuh sesama karena itu bukti ketaatan pada Mu.

Nama Mu selalu jadi dalih bagi semua tindakan manusia. Mereka berperang karena itu perintah suci Mu. Mereka saling mengadu kekuatan karena itu titah Mu. Mereka bahkan terus-menerus berdebat mengenai titah Mu. Sebagian memaknai dalam arti tertentu dan menyatakan yang berbeda itu keliru. Manusia tiba-tiba mengadili diantara sesamanya dan mereka dengan bangga melakukan itu atas nama Mu.

Kini rumah sucimu sudah jadi tempat untuk saling mengutuk, menghina bahkan mengajak orang untuk memusuhi sesamanya. Cukup dengan menyatakan mereka itu kafir, dusta dan dosa maka perbuatan apapun untuknya jadi halal. Dorongan untuk membenci itu membuat rumah sucimu jadi sasaran apa saja: dijadikan sasaran bom bunuh diri bahkan jadi sengketa antar umat yang mengaku sebagai pengikut Mu.

Tuhan maafkan aku lebih dulu jika banyak sekali kekesalan kutumpahkan pada Mu

Karena kami percaya manusia diciptakan tidak untuk saling membinasakan. Tiap Nabi mengajak sesamanya untuk melindungi, menghargai dan menghormati martabat manusia. Tiap Agama menuntut pemeluknya untuk menaruh cinta, kepedulian dan empati sebagai modal utamanya. Melalui itu semua manusia dapat menghormati keyakinan yang beda dan membuat dunia sebagai ladang menabur kebaikan bersama.

Karena kami meyakini bahwa manusia itu datang ke dunia bukan untuk menghancurkan semua isinya. Dunia itu tempat dimana manusia berlomba untuk menuju yang baik dengan melatih diri menjadi yang terbaik. Yang baik itu menurut agama kami diantaranya: meyantuni yang lemah, jujur dalam berkata, memelihara hubungan sesama hingga tak boleh mencela pada siapa saja. Kurasa semua agama juga menganjurkan hal yang sama.

Karena kami mulai mengerti mengapa kami itu beda: beda keyakinanya, beda warna kulitnya hingga beda kelas sosialnya. Perbedaan itu bukan untuk membuat kita kelahi, baku hantam apalagi mencaci. Dalam hidup yang berbeda itulah kita diperkaya wawasan, pengetahuan sekaligus pemahaman. Kalau manusia ditakdirkan untuk tak bisa hidup sendiri dan musti bersama untuk hidup dalam semangat saling hormat, melindungi dan mempercayai satu sama lain.

gbr-google.com

Tuhan hanya saja memang ada kemelut dalam hidup yang tak bisa mudah diatasi

Ketidak adilan diantaranya yang tumbuh subur seiring dengan cara manusia mengusai alam ini. Sejak Nabi diutus manusia sudah ada yang bertindak seperti Mu. Secara sewenang-wenang menganiaya sesama dengan alasan yang seenaknya: tidak tunduk pada kuasanya, tidak ikuti perintahnya dan membangkang pada sistemnya. Manusia macam ini yang dinamai diktator, zalim dan keji. Hingga kini nama mereka dirawat dalam sebuah cerita yang burum serta hina.

Penindasan yang muncul dalam setiap goresan sejarah. Mereka yang punya kemampuan mendominasi secara politik, ekonomi hingga budaya. Dominasi itu membawa luka yang dalam pada siapa saja: baik Islam, Kristen maupun Yahudi. Semua keyakinan itu punya trauma hingga menimbulkan perang diantara ketiganya. Pasti nabi Musa, Isa dan Muhammad tak menyangka kalau ummatnya bisa saling berkelahi berebut posisi.

Brutalitas lalu muncul sebagai taktik untuk melawan itu semua. Bagi negara raksasa dengan mudah temukan dalih untuk menyerang negeri yang lemah. Irak dihancurkan karena dituduh menyimpan senjata kimia. Afganistan diremuk karena melindungi mereka yang dituduh teroris. Menyusul Suriah dilumat karena dikuasai oleh kediktatoran. Timur Tengah yang dulu jadi tempat lahir para nabi kini berbalut darah serta bentrokan.

Tuhan maafkan kami

Jika membuat dunia jadi ladang peperangan. Yang dengan mudah menjadikan manusia jadi golongan yang saling membantai, membunuh dan menganiaya sesama. Yang membuat manusia muncul dalam paras yang kejam, keji dan briutal. Yang telah menciptakan manusia kehilangan etika, akal budi dan empati pada sesama manusia sendiri.

Jika membuat dunia jadi tempat berlomba kerakusan. Yang dengan gampang manusia bersikap tamak, sombong dan memeras apa saja. Hingga tercipta dua golongan yang sesungguhnya telah ingin dihapus nabi sejak dulu: para penguasa yang punya kekuasaan dan kelebihan apa saja dengan budak yang tak punya kemerdekaan sama sekali. Disana manusia hidup dalam kompetisi dan kecemburuan antar sesama.

Jika membuat agama jadi dasar untuk perbuatan apa saja. Perbuatan menganiaya pakai landasan agama. Perbuatan rakus memanfaatkan dalih agama. Perbuatan keji dengan motif agama. Bahkan perbuatan yang bawa ketidak-adilan dikait-kaitkan dengan tujuan agama. Maka para agamawan tumbuh bukan sebagai pelindung, peyantun dan pembawa ketentraman: melainkan kelompok yang selalu curiga, prasangka bahkan mengutuk sesama manusia.

Tuhan, terimakasih atas semua kesempatan yang telah Engkau berikan: kebebasan untuk hidup di dunia, petunjuk yang selalu kami pahami mengikuti pengetahuan yang kami punya dan kesempatan untuk menjadi manusia. Sungguh kami bersyukur Tuhan telah membentangkan pada kami semua betapa rentan dan lemahnya manusia.

Tuhan, sekali lagi, terimakasih, terimakasih, Alkhamdulillah, Alkhamdulillah, Alkhamdulillah.

 

Jika anda menyukai konten berkualitas Suluh Pergerakan, mari sebarkan seluas-luasnya!
Ruang Digital Revolusioneir © 2024 by Suluh Pergerakan is licensed under CC BY-SA 4.0