Melki AS – [Pegiat Social Movement Institute]
– entahlah apakah ini masih masuk akal atau justru menghina akal sehat dan memperpanjang barisan pembodohan –
***
Barangkali inilah keajaiban dunia terlangka yang pernah ada dimuka bumi. Sekaligus peristiwa paling fenosakramenal (maksudnya fenomenal sekaligus sakral) bagi sejarah umat manusia. Trump sebagai ikon kapital liberal lewat. Kim Jong Un sebagai ikon fasisme juga lewat. Bahkan Imam Mahdi bukan lagi suatu pertanda bagi umat Islam tentang akhir jaman.
Lalu peristiwa apakah yang dikatakan fenosakramenal tersebut? Adakah itu tentang rencana perang dunia ketiga? Ataukah itu tentang bencana air bah seperti kisah nabi Nuh? NO NO NO. Ini bukan tentang itu. Bahkan jauh sekali dari itu semua. Ini juga bukan tentang akhir jaman. Juga bukan tentang rencana perang Suriah yang akan melibatkan kekuatan Amerika dan Rusia. Bukan tentang itu bro.
Ya, lalu tentang apa dong?
Sabar bro. Sabar. Tarik dulu nafas dalam-dalam, lalu keluarkan pelan-pelan dari mulut sampai berbunyi wusss..wusss..wusss. Tarik lagi, lalu keluarkan. Tarik lagi lalu keluarkan. Begitu sampai tiga kali. Hehhe..
Uh dasar beleguk sia. Ngomong tidak ada jelasnya.
Baiklah, kalau memang dirimu ingin tahu. Mengapa aku katakan itu fenosakramenal. Kalau dirimu berpikir tentang perang tadi, itu mah jauh prediksinya. Hal ini bukan tentang itu. Ini hal yang sebenarnya dekat-dekat saja dengan situasi kita hari ini. Hal yang akan kita hadapi dalam waktu dekat ini. Tahu kan kalau kita akan menghadapi Pilpres 2019 nanti? Ya itu. Ini tentang itu bro. Cuma pilpres 2019. Sekali lagi ini cuma demi pilpres 2019 nanti. Mengapa ? Heran ya. Aku juga.
Lucu memang kok. Hanya karena akan pilpres, lalu kita dihebohkan dengan sejagad peristiwa yang entah bisa diterima akal sehat atau justru sangat menghina akal sehat. Alih-alih memintarkan masyarakat pemilih dengan harapan yang lebih baik, malah kita disibukkan dengan Tuhan dan Setan yang akan hadir bersamaan dengan partai politik. Ya, hanya untuk memenangkan pemilu bro, Tuhan dan Setan akan menjelma dalam beberapa partai. Ya, partai yang itu yang katanya partai Tuhan. Sementara yang lainnya akan menjadi partai Setan. Lalu calon presiden yang akan bertarung dalam pemilu ini, itu sudah sekaligus sepaket sebagai wali Tuhan di dunia. Jadi siapkanlah dirimu mau menjadi pengikut yang mana. Ini bukan lagi soal menang dan kalah. Tapi sudah berbicara surga dan neraka. Ya surga dan neraka bro. Jarang toh pilpres diganjar dengan surga dan neraka. Ini hanya ada di Indonesia lho. Limited edition lagi. Hehe..
Lha lalu kapan Tuhan dan Setan deklarasi?
Tidak deklarasi langsung bro. Tapi di wakilkan oleh Amien Rais. Mungkin beliau dapat ilham atawa mimpi saat tidur siang. Bertemu salah satunya; Tuhan atau Setan. Dan kemudian mengabarkan hal itu. Dan jadilah de’e sampaikan kabar itu. Bukankah memang dianjurkan; sampaikanlah meskipun itu satu ayat. Tapi ayat siapakah itu? Mungkin bisa tanyakan ke Cak Lontong.
Jangan pula tanyakan ke aku apakah ia benar-benar dapat ilham dari Tuhan atau Setan. Terserah dirimulah mau percaya yang mana. Yang penting percayalah sebelum percaya itu dilarang. Tapi kalau memang seperti itu yang disampaikan pak tua tersebut, pemilu kita besok dipastikan tidak seru lagi bro. Pasti itu.
Pilpres kita tahun 2019 nanti sudah bisa dipastikan tidak akan seseru seperti di pilpres sebelumnya. Mana pula ada hasil survey yang berbeda di tipi antar pendukung pasangan calon. Boro-boro ada survey, yang ada malahan azab dan sengsara akibat pilihan; mau masuk surga atau neraka. Mungkin nanti kita akan dikasih booklet sebelum pemilihan. Isinya pasti tentang gambar kehidupan di surga dan neraka. Ada tulisan diatasnya, kalau memilih calon ini (yang ada nama partai Tuhannya), maka akan sampai ke langit bidadari yang siap men-servis kita apapun kemauan yang diinginkan. Tapi kalau pilihan pasangan calon yang lain (yang ada gambar setannya), maka siap-siap jarinya dibakar habis di tungku panas api neraka atau di potong kemaluannya dengan gunting besar, atau digosok badannya dengan setrika. Begitu seterusnya berulang-ulang kali. Iiihhhh mengerikan ya.
Juga di pemilu kali ini kita tidak akan melihat lagi sentilan-sentilan kocak macam tol laut yang diasumsikan membangun jalan raya yang di cor semen diatasnya. Atau celotehan tentang si penunggang kuda yang perkasa. Tidak akan ada lagi kelucuan semacam itu di pilpres 2019 nanti bro. Aku yakin itu.
Jadi kalau dirimu sebagai salah satu kawanan pemilih, begitupun dengan yang lainnya, baik yang old maupun now, baik yang tradisionil maupun yang milenial, tak usah terlalu banyak berharap. Yang harus kamu lakukan ialah banyak-banyak bertabayun; ingin menjadi pengikut Tuhan atau pengikut Setan.
Caranya?
Caranya ya bergabung di gerbong politik mana yang akan kamu pilih. Atau bisa juga bergabung dengan kawanan lainnya yang menurutmu masih dalam satu spesies yang sama meskipun sedikit agak berbeda. Itu saja sih. Simple kan. Hehe…
Nah, kamu mau pilih yang mana? Hayoo.. Mumpung Tuhan dan Setan sedang menyambangi Indonesia. Jarang toh kita melihat Tuhan dan Setan head to head layaknya pertandingan sepak bola. Makanya kenapa aku bilang ini salah satu peristiwa fenosakramenal. Kok bisa? Ya bisa dong. Apa yang tdak bisa di Indonesia. Tuhan saja bisa jadi bahan candaan di Indonesia. Dan itulah hebatnya orang kita, tidak tanggung dalam bercandanya. Bisa jadi hanya di Indonesia Tuhan dan Setan bisa datang dan mampir ngombe atau lihat pelem Dilan 1990. Ach, tapi ini bercandaku saja. Tak usahlah kau terlalu percaya.
Bro, saya tidak mengkhawatirkan Indonesia bubar tahun 2030 atau kapan. Hal itu bisa iya, bisa juga tidak. Sama juga saya tidak pula risau ketika ramai tagar #2019gantipresiden. Biarlah itu jadi pilihan politik masing-masing. Saya juga tidak terlalu risau kalau Indonesia dipimpin Vladimir Putin dan sebagainya. Terserah bagi Putin sajalah, apakah ia mau atau tidak memimpin Indonesia, yang Tuhan saja bisa di bajak oleh umatnya. No, saya tidak pernah risau dengan itu, bro.
Perihal partai Tuhan dan Setan ini saja yang membuat saya agak geli mendengarnya. Dilontarkan oleh bapak sekaligus tokoh reformasi yang sangat brilian di jamannya. Orang yang pernah membawa pemikiran Ali Syariati, tokoh pemikir Iran yang Syiah itu ke Indonesia. Pernah juga jadi ketua MPR. Tapi sekarang? Ya inilah endingnya.
Mungkin benar popularitas itu candu akut. Kalau tidak bisa di raih di parlemen, maka buka panggung di jalanan. Yang penting bisa selalu popular, digemari banyak orang, diikuti ribuan umat, bahkan viral di banyak media. Itu saja.
Nah, soal partai Tuhan dan Setan ini entahlah apakah itu bisikan yang benar dan nyata. Atau bisa jadi itu bisikan yang sebaliknya. Silahkan tafsir sendiri bro. Karena tersesat dalam kebenaran itu masih baik. Tapi merasa benar dalam kesesatan itu berbahaya.
Tapi mungkin begitulah dunia politik; seperti orang pacaran, kalau gak nyubit gak asyik, kata Iwan Fals. Nyubit Tuhan, mengapa tidak.