Sendirian kita tak bisa berbuat banyak; bersama sama kita bisa berbuat begitu banyak (Hellen Keller)
Kaca yang bening memperlihatkan gambaran wajah, dan persahabatan yang baik menunjukkan gambaran jiwa (Plato)
***
Politik itu serba mungkin. Tak ada kepastian di dalamnya. Katanya cair: semua bisa berubah dan tak ada yang tetap. Ibarat naik sepeda politik itu bisa mulai dari mana saja: langsung lompat, dimulai dari pedal atau membonceng dari belakang. Yang penting sepeda itu jalan. Kalau sekolah politik itu seperti kurikulum: gonta ganti dan suka suka. Maka politisi itu makhluk yang langka: yang pasti dari dirinya adalah ketidak-pastian. Kemaren musuh besok bisa bercengkrama. Dulu lawan kini sekutu. Contohnya bisa kalian sebutkan.
Disamping musim durian, sekarang ini juga musim pencalonan. Tiap orang yang merasa yakin jadi pemimpin akan menginklankan diri. Melalui jalan apa saja: pasang spanduk, ikut lomba senam hingga menduduki jabatan tinggi. Puncak jabatan yang tertinggi adalah Presiden. Hampir semua politisi meniti karir untuk sampai kesana. Jangankan politisi seniman sekalipun ada yang merasa pantas nyalon Presiden. Bahkan dulu ada orang yang merasa dapat wangsit untuk menjabat Presiden. Singkatnya jabatan ini memang didasarkan pada ketentuan yang ketat sekaligus cair. Ketat ikuti jumlah suara dan cair sebab tak ada menunjukkan kriteria khusus.
Lewat survai ketahuan kalau calon yang bakal tarung: Prabowo dan Jokowi. Tampaknya semua maklum jika gelanggang diperebutkan oleh dua figur ini. Yang tersisa adalah wakil Presiden. Jabatan lumayan untuk tangga menduduki kursi Presiden berikutnya. Secara cepat survai lalu sibuk pasang-memasang calon. Politisi juga makin mahir untuk sillaturahmi. Jajaki berbagai kemungkinan. Di koran, media sosial dan perbincangan timbul tenggelam nama pasangan. Pokoknya kita mahir dalam soal ramal-meramal dan saling bertaruh. Memang begitulah politik yang tak bicara mandat tapi kemungkinan menang. Logis saja itu semua karena memang politik itu bukan kerja suka rela. Ada taruhan, ada anggaran dan ada ambisi.
Melalui tulisan ini usulan yang tepat adalah Prabowo dan Tsamara. Tak usah disurvei tapi coba kita timbang manfaatnya. Pertama inilah pasangan yang bisa memadukan antara senior dan yunior. Dalam melihat ancaman di masa depan Prabowo kuatir kesenjangan tapi Tsamara positif pada gagasan perubahan. Kombinasi keduanya sangat cocok. Kedua inilah pasangan yang bisa menjangkau dua generasi sekaligus: mereka yang ingin keamanan tapi juga tak mau jatuh dalam kediktatoran. Yang ketiga inilah pasangan yang bisa menyatukan apa yang sulit di negeri ini: anak muda dengan orang tua. Sikap konservatif orang tua dapat ditunjang oleh pandangan pragmatis anak muda. Keempat inilah pasangan yang kalau dibingkai dalam foto jadi sangat menawan: Prabowo pria yang lugas dan Tsamara perempuan yang ceria.
Di samping itu pasangan ini memenuhi kriteria global. Saat mana Amerika dipimpin Donald Trump, Rusia dikepalai oleh Vladimir Putin dan Korea Utara Kim Jong Un, maka Prabowo-Tsamara seperti pasangan yang bisa mendamaikan. Antara emosi dengan perasaan; antara ambisi dan kearifan; antara petualangan dan keyakinan diri. Tsamara yang kritis akan bersuara soal-soal keadilan dan Prabowo akan berkeras dalam ciptakan keadilan. Sehingga ketika kampanye tinggal meramu dengan kata sederhana: Tak Mungkin Bubar. Di samping itu juga akan ada pertemuan yang begitu mengharukan: Fadli Zon pasti puji Tsamara dan Tsamara niscaya dapat memaafkan sikap Fadli. Kalau pasangan itu meluncur sebelum lebaran kita akan dapat prangko bagus pada saat Idul Fitri.
Di atas pertimbangan itu semua pasangan Prabowo-Tsamara bisa menyihir kita dengan kampanyenya: Prabowo lugas dan Tsamara berani, Prabowo cekatan dan Tsamara riang. Setidaknya jika Jakowi tak bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi sama dengan masa Soeharto: maka Prabowo-Tsamara akan mampu menaikkan citra pemimpin yang berparas ideal. Tampan, cantik dan melawan. Kalau ada pertemuan dunia kemudian mereka berfoto bersama kita akan kagum: ini lho Presiden dan Wapres kita. Meski kita jauh tertinggal dalam soal pendidikan, ekonomi hingga hukum: tapi kita tak akan ketinggalan dalam menampilkan figur pemimpin hari depan: Prabowo-Tsamara. Saya rasa kampanye untuk mereka bisa sloganya apa saja: berdua kita bersama, bersama kita pertahankan NKRI atau Bukan Vladimir Putin yang kita butuhkan tapi kami berdualah yang kalian rindukan! Rakyat pasti terhibur, senang dan siapa tahu nanti menang.
Ingatlah politik tak bisa diukur hanya dengan angka tapi bisa dikejutkan oleh fantasi dan kenekatan. Mau coba?