Meskipun kau berpikir tak bisa melakukannya, tetaplah berjuang sampai akhir. Dalam hidup banyak hal yang harus kau mulai meskipun kau tahu seperti apa hasilnya (Drakor)
Menonton film Innocence (Gyul Baek) bikin kita tahu wajah sadis para pejabat. Awal mula adegan film ini sudah menghentak: seorang Walikota datang ke pemakaman penduduk sebuah desa. Walikota ini dikenal warga setempat bahkan punya bisnis disana. Tapi pemakaman itu berakhir ricuh. Sejumlah orang keracunan termasuk Walikota. Tuduhan lalu dialamatkan pada keluarga yang berduka. Mereka disangka dengan pasal pembunuhan. Potret tersangka seorang perempuan dengan anak berkebutuhan khusus. Nyaris semua bukti menyeret dirinya sebagai pelaku pembunuhan. Terdapat pestisida di teko yang dituangkan ke tamu undangan. Termasuk di dalamnya Walikota.
Tentu kita semua tahu ini bukan film hukum semata. Seorang perempuan renta dengan ingatan lemah menjadi tersangka. Sedari awal tidak ada yang bisa membuktikan versi di luar dirinya sebagai pelaku. Tapi seorang pengacara-yang juga puterinya yang telah lama pergi-datang untuk membelanya. Kasus itu dibongkar dengan memeriksa satu demi satu saksi. Tempat perkara yang sudah becek dan tak karuan itu dipelajari ulang. Hingga misteri itu mengungkap praktek politik yang lazim: jual beli perijinan, keinginan walikota untuk calonkan diri lagi dan proyek tambang emas. Melalui peristiwa pembunuhan itu ada transaksi politik keji yang sebenarnya sedang disusun.
Kita semua akan diseret dalam sebuah persekongkolan brutal yang melibatkan Walikota, Polisi dan Jaksa. Hukum disalah-gunakan untuk memenuhi kepentingan seorang Walikota yang sedang berusaha memperpanjang jabatanya. Konspirasi ini terbongkar oleh pengacara dan temanya seorang polisi yang tidak berpangkat tinggi. Berdua mereka menguak kejahatan terencana ini dengan kesabaran dan ketelitian: tiap fakta disusun berurutan, tiap foto dicari hubunganya bahkan merekam pembicaraan dengan cara yang cerdik. Film ini tidak menyuguhkan sebuah praktek perlawanan yang kolosal sebagaimana Chicago Trial 7 yang kini jadi perbincangan. Ini hanya tindakan telaten seorang pengacara yang didasari atas kepekaan seorang anak yang terluka di masa lalunya dan teman masa kecilnya yang ingin membantu.
Saya menyukai film ini karena menampilkan adegan yang dekat dengan keseharian kita. Pejabat yang kepedulianya hanya pemanis lalu polisi yang mudah sekali disetir oleh politisi hingga jaksa yang pekerjaanya menjilat penguasa. Konspirasi ini dilakukan dalam upaya mempertahankan kilang bisnis yang selama ini menjadi sumber logistik bagi kepentingan politik sang walikota. Sumber logistik itu bermula dari usaha tambang yang kelak memicu tragedi para pendirinya. Bukan hanya mereka saling mengakali tapi juga persekutuan itu dimulai dengan pembunuhan serta tekanan pada warga. Politik yang tidak didasari oleh keinginan untuk memakmurkan rakyat tapi kehendak orang-orang tamak yang mau menguasai apa saja. Rasanya kita seperti diberi kesempatan untuk melihat bagaimana di balik kerapian jas para politisi, wewenang yang dimiliki hingga jabatan yang disandang sesungguhnya ada komplotan keji yang lagi berkuasa.
Film ini seperti membenamkan saya dalam suasana politik yang sesungguhnya. Para pejabat yang mudah saja mengurbankan rakyat, petugas polisi yang gampang ditekan dan keberanian segelintir orang untuk tetap memperjuangkan kebenaran. Tak ada yang istimewa dari kisah ini tapi lika liku ceritanya membuat kita percaya kalau politisi memang spesies yang licik. Tumbuh di tengah aroma uang mereka semua bekerja bukan untuk melayani rakyat tapi kepentingan dirinya sendiri. Anda pasti gemas sekali menyaksikan sang walikota yang berperan dalam dua muka: muka munafiknya di hadapan publik dan muka jahat yang sebenarnya. Heo Joon Ho yang berperan sebagai Walikota Daecheon membawa penonton untuk mengerti bagaimana kejahatan politisi itu diawali dari kemampuanya untuk menampilkan muka topeng: berubah-ubah mengikuti keadaan.
Sejak dulu kelebihan film Korea adalah menampilkan unsur emosi secara langsung. Ekspresi sinis Walikota juga keyakinan rapuh yang dimiliki oleh sang ibu membuat penonton jadi mengerti betapa tak seimbangnya pertarungan ini. Di sisi lain juga kemampuan untuk menautkan semua persoalan keadilan itu dengan ambisi pejabat yang dengan mudahnya menggunakan wewenang untuk menggerakkan semua institusi negara memenuhi keinginanya. Dari sisi cerita memang film ini bisa menjadi pelajaran yang relevan kalau rakyat kecil gampang sekali diperdaya oleh penguasa tapi di sisi yang lain memberi motivasi bahwa keadilan itu belum hilang sepenuhnya. Korea memberi contoh nyaris sempurna dalam soal pemenuhan keadilan.
Baru baru ini Korea Selatan memenjarakan mantan Presidenya sendiri: Lee Myung-bak. Hukumanya mengerikan: 17 tahun padahal usia Lee Myung bak sudah 80 tahun. Vonis itu sama dengan penjara seumur hidup. Tuduhan pada Lee adalah suap, yang diberikan diantaranya oleh Samsung, juga tuduhan menggelapkan dana perusahaan yang ia miliki, serta melakukan tindak pidana korupsi lainnya (Kompas 3/11) Perbuatan ini dilakukanya selama menjabat menjadi Presiden Korea Selatan: 2008-2013. Lee Myung bak kasusnya diketahui oleh umum setelah penerusnya, Park Gyun he menjadi Presiden 2016-2017 dihukum 20 tahun karena perkara korupsi juga. Hal yang sama terjadi pada Presiden Korea Selatan lainnya, Roh Moo-hyun yang bunuh diri setelah diduga menerima suap. Jadi sudah ada 5 Presiden Korea Selatan yang masuk bui karena perkara korupsi: dua lainnya adalah Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo. Bayangkan seorang Presiden yang dipenjara karena korupsi hanya menunjukkan satu hal saja pada semua orang: keadilan itu masih ada!
Jadi film-film Korea dengan berani mengangkat tema seputar keadilan karena memang nilai itu disana sangat dihormati. Sejak jatuhnya kekuasaan diktator militer Park Chung-hee meninggal (1979) maka film Korea muncul seperti meteor. Menghantam dunia dengan ceritanya yang menyihir serta kemampuan tekhnis film yang luar biasa. Kediktatoran yang menciptakan suasana represif hanya membuat industri film Korea tidak tumbuh sama sekali dan penciutan hak bagi warganya hanya membuat industri kreatif tidak tumbuh dengan baik. Melalui kebijakan yang progresif serta pemenuhan rasa keadilan kita melihat film Korea bisa menjadi industri yang bisa membawa kehormatan untuk negerinya sendiri. Anda boleh mencandu film Korea karena bukan hanya ceritanya yang luar biasa tapi memang disana ada keadilan yang membuat rakyatnya dapat bangga. Sedang disini pasti anda tahu situasinya! (EP)
Komentar ditutup.