Waktu bukan hal utama. Namun satu-satunya hal adalah waktu itu sendiri -Miles Davis

Saya baru saja membeli buku karya Daniel H. Pink berjudul, WHEN: Rahasia Ilmiah Tentang Waktu yang Tepat. Mengapa saya beli buku ini? Isinya yang unik dan menggelikan. Tak terpikir sama sekali kalau Thomas Edison suka sekali kerja tengah malam. Beda sekali dengan Benjamin Franklin yang lebih awal tidur kemudian bangun lebih pagi. Katanya: ‘tidur awal bangun pagi membuat seorang itu kaya, sehat dan bijaksana’

Kearifan purba ini diteliti oleh Ronneberg sehingga ia menemukan apa yang diistilahkan sebagai ‘chronotip’: pola ritme keseharian yang mempengaruhi fisiologi dan psikologi seseorang. Sampai ditemukan istilah burung lark: orang yang bangun pagi, sibuk sepanjang hari dan mulai ngantuk jelang sore. Biasanya terjadi pada lingkungan anak.

Menjelang dewasa burung lark berubah jadi burung hantu: bangun lebih siang dan mendapat energi siang kemudian tidur lebih larut. Lalu apa yang menarik dari riset kebiasaan penggunaan waktu? Ternyata berdasar atas data itu semua dapat diprediksi kepribadian seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang pagi lebih cenderung ‘menyenangkan dan produktif’

Sementara burung hantu menunjukkan kecenderungan lebih suram: lebih neurotik, seringkali impulsif dan mencari sensasi, mengejar kesenangan dan hidupnya untuk saat ini. Maka bos-bos perusahaan akan lebih menyukai karyawan yang datang lebih pagi dan sebaliknya kurang menghargai mereka yang masuk lebih siang. Kesimpulan yang menguntungkan bos ketimbang karyawan.

Waktu produktif pagi hari ini yang kemudian didayagunakan oleh lembaga pendidikan. Denmark salah satunya, memastikan bahwa ujian diselenggarakan pagi hari dengan diberi jeda istirahat yang cukup. Saya tertarik pada soal ini: riset membuktikan sekolah yang sering sekali istirahat malah memiliki nilai ujian yang terus meningkat. Kebalikan dengan yang terjadi di sekolah kita hari ini.

Istirahat ini jadi wilayah penelitian yang unik. Ternyata dengan beristirahat melalui aktivitas berjalan-jalan selama lima menit tiap jam akan meningkatkan level energi, menajamkan fokus dan ‘memperbaiki mood sepanjang hari sekaligus mengurangi perasaan lelah di larut siang’ (H.61)

Bahkan jalan-jalan keluar dengan menikmati alam ternyata lebih mampu meningkatkan perbaikan mental. Apalagi kalau istirahat dihabiskan dengan ngobrol tentang sesuatu yang bukan pekerjaan akan meningkatkan mood. Ketimbang istirahat dengan kegiatan menjawab sms atau hanya makan saja.

Yang menggemaskan istirahat dengan tidur siang ternyata sangat berguna. Lagi-lagi riset membuktikan tidur siang itu memperbesar kapasitas otak untuk belajar, bahkan mereka yang tidur siang menunjukkan kinerja lebih baik dalam kemampuan mengingat informasi (h.67) Makin menyegarkan informasi ini menyatakan kalau tidur siang meningkatkan ‘flow’, sumber kuat totalitas dan kreativitas.

Tapi berapa lama tidur siang yang ideal? Lagi-lagi merujuk riset tidur siang selama dua puluh menit sangat efektif: di atas waktu itu tubuh dan otak kita akan dirugikan. Ingatan saya melayang pada jamaah jumat yang tertidur selama khutbah berlangsung. Hingga buku ini menyimpukan kalau dalam Islam ‘istirahat tengah hari erat dalam budaya muslim dan bisa dikatakan sunnah bagi sebagian umat Islam’(H.71)

Kalau mematuhi buku ini hidup bisa berjalan santai. Cobalah buku ini menarik kesimpulan penting soal jam sekolah. Hampir semua lembaga pendidikan dunia punya kesimpulan sederhana: memulai jam sekolah siang itu jauh lebih efektif ketimbang sekolah di awal pagi. Dipampangkan hasil riset kalau sekolah yang dimulai pukul 08.35 ternyata menghasilkan siswa dengan nilai tinggi terutama untuk studi ‘bahasa Inggris, matematika dan sains’ (H. 91)

Dengan antusias buku ini bilang ‘jam sekolah mulai siang meningkatkan kehadiran, mengurangi keterlambatan…dan nilai yang lebih baik’ Bahkan untuk perguruan tinggi waktu yang paling tepat memulai belajar adalah ‘setelah jam 11’ (h.92) jadi lambat itu penting dan itu ternyata bukan urusan sekolah saja.

Pada soal nikah nyatanya orang yang menikah saat usia masih muda cenderung gampang cerai. Tapi menariknya juga pasangan yang berkencan setidaknya selama setahun sebelum menikah 20 persen lebih mudah cerainya.  Jadi berapa lama pacaran yang ideal? Buku ini tak menjawab dengan lugas. Tapi pacaran yang memboroskan ternyata berbahaya. Riset menunjuk bukti yang unik: semakin banyak uang yang dikeluarkan pasangan untuk pernikahan dan cincin pertunangan kian besar kemungkinan cerainya (h.117)

Ibarat jalanya hidup buku ini tak mengharuskan kita untuk bersegera, menaklukkan siapa saja dan meraih keunggulan dengan kerja keras tak terukur. Buku ini dengan cerdik mengatakan bahwa orang yang bahagia terlalu dini, usia 23 dan 24 kok sudah mencapai segalanya akan lebih gampang hampa pada usia lebih 40 tahun.

Dipaparkan soal riset tikus yang berlari dengan lintasan cepat dengan menaruh makanan di garis finish. Tikus berlari cepat seiring dengan dekatnya hewan-hewan itu dengan tujuanya. Itu pulalah yang dinamai dengan motivasi: orang lebih termotivasi oleh seberapa jauh kemajuan yang dicapai, namun di detik akhir kita akan lebih termotivasi dengan mencoba menutup celah yang tersisa (H. 151)

Itu artinya belajar kebut semalam hingga penerapan dead line jauh lebih efektif. Kesimpulanya jadi unik: orang kerapkali dinilai bukan dari bagaimana memulai tapi mengakhirinya. Itu sebabnya orang semakin tua makin sedikit jejaring sosialnya karena ‘mengeliminasi teman, menghapus rekan yang tak aktif dan mulai merasakan waktu yang kian sedikit’

Maka banyak anjuran di buku ini yang unik: kalau di akhir hari kita perlu sedikit jeda untuk memikir atau menulis apa yang sudah kita kerjakan. Bahkan buku ini mendidik kita untuk tak egois. Diceritakan kisah yang bagi saya istimewa: pekerjaan pengantar makan siang di Mumbai yang dilakukan oleh mereka yang dinamai dengan dabbwala (campuran antara pelaku dan pedagang)

Sepanjang sepekan mereka naik sepeda antar makan siang: jumlah dabbwala 5.000 dengan 200.000 makan siang. Hebatnya mereka mengantar makan siang tepat waktu tanpa samrtphone, tanpa GPS dan tanpa bar code, hanya sepeda yang dinaikkan kereta (h.184)

Kuncinya ternyata rasa kepemilikan yang diwujudkan dalam: kode, pakaian dan sentuhan. Hanya melakukan tos atau pukulan ternyata menunjukkan rasa kerja sama. Hal yang sama ketika mereka gunakan seragam. Lalu apa untungnya membuat kelompok yang sama?

Buku ini cerita soal paduan suara. Beryanyi pada paduan suara memberikan dorongan mood positif, meningkatkan rasa harga diri hingga mengurangi rasa stress (h. 199) jadi hidup dalam organisasi, kelompok atau bergerak dengan bersama untuk sebuah tujuan besar nyatanya lebih punya banyak manfaat.

Itu sebabnya olah raga yang bersama ternyata lebih memperpanjang usia ketimbang sendiri. Jogging dibanding dengan bulu tangkis ternyata lebih memperpanjang usia bulu tangkis. ‘itu membuat mereka merasa bahwa mereka tak sendirian di dunia’

Bosan dengan temuan yang memacu motivasi ini? Buku yang ditulis oleh penulis laris-kebiasaan buku motivasi-memang bisa dimaknai banyak. Materi buku ini bisa membuat seorang karyawan jadi rajin. Tapi bisa juga diberi arti santai itu menyenangkan. Santai itu lebih memberi manfaat karena kita bukan hanya tak buru-buru tapi juga bisa memikirkan apa yang sudah dilewati.

Nostalgia ternyata bisa jadi ‘sumber intrapersonal penting yang berkontribusi pada ketenangan hati secara psikologis…sebuah gudang penyimpanan makanan psikologis’ (h.218) menengok masa lalu penting untuk menuju jendela emosi terdalam. Saya setuju hal ini karena kita bisa melawan mereka yang tak bertanggung jawab pada pelanggaran HAM di masa lampau.

Menolak lupa yang dilakukan oleh aksi kamisan ternyata punya banyak faedah. Malah bangsa yang mampu melihat, mengadili bahkan mampu mewariskan apa yang ada di masa lampau ternyata menjadi bangsa besar. Rasanya buku ini bukan lagi untuk sekedar dibaca tapi kita bisa memahami mengapa segala sesuatu sebenarnya terkait dengan waktu. Baik untuk diri seseorang maupun untuk sebuah bangsa.

Begitulah buku sederhana tapi berisi segala yang membuat kita tak mudah percaya dengan jargon yang diedarkan di mana-mana: kerja, kerja, dan kerja!(*)

Komentar ditutup.

WordPress › Galat

Ada eror serius pada situs web Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang pemecahan masalah di WordPress.