Kumpulan Puisi: Melambung-Lambung Tahun Politik

Materiisme

sejatinya dalam kepala
tersemat racun mematikan
bukan dari tubuh!
angkuh.
mereka kemudian bergegas berlarian
kejar-mengejar keuntungan tak henti
dan terus menghitungnya, mengulangnya
pada bisik-bisik paling serakah, paling merajalela
lukai sekujur gendang telinga
bak raja tanpa mahkota
serta rias hati penuh duri.

saat mereka mulai menyembah materi
mereka adalah sang arsitek kehancuran
tanpa memperhitungkan apapun
bahwa hidup ini tak abadi
tak kekal dan tak kembali
seperti matahari terbenam
dengan lompatan yang tergesa
mereka yang mulai menari nari
dan merayakan penderitaan yang bukan kelompoknya
menari dalam dosa, ulahnya
menari dalam keangkuhan duniawi, sangahnya

Hancur! Lebur! Rata! Binasa!

hey, kusut!
kau telah anggap dirimu penguasa
yang lampaui sang Esa
ketika alam menangis
kau kemudian tertawa
ketika alam berduka
kau kembali tertawa

kau akan tau bagaimana ini akhir, ini cerita
akhir dari ujung kisah tipu dayamu
pada perjalanan terjal kisahku
yang terukir dalam batu hitam kematian
dengan tinta darah dan ingatan menghilang

hancur!
lebur!
rata!
binasa!

hancur!
lebur!
rata!
binasa!

hancur!
lebur!
rata!
binasa!

Menyadarkan Dirimu

apakah kau akan menyadari?
apakah kau tak menyadari?
apakah kau kelak dapat menghindari?
akakah kau sanggup untuk berlari?
tidak! oh tidak! tentu tidak!
ya! mungkin!! mustahil!!

kesadaran ialah kesempurnaan
dari keberpura puraan
ketidaksadaran yang lekas mengunci
dan menutup mata kebaikan dihatimu

ketika semua tirai yang hidup
mulai tenggelam
pada garis waktu yang kian tak terbendung
lambat atau cepat
cepat atau lambat
dari antikalimaks menanti jawaban
pencarian penjelasan
dalam lautan penuh kebinasaan
sebuah era kegelapan zaman
menuju ke neraka tirani
yang mereka ciptakan

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top