Antologi Puisi HUSIN

Siasat Hitam

Pagi,

Kubuka jendela

Langit hitam

Kelam, sedikit cahaya

Dari kejauhan

Sayup-sayup terdengar

Munir dan Salim Kancil

Memanggil-manggil Marsinah dan Wiji Thukul

Dari kejauhan

Samar-samar terlihat

Mereka mengatur siasat

(Indonesia, 30/9/2023)

—————————————————————————————

Tuhan Telah Mati Berkali-kali

Di atas tanah yang dijanjikan

Atas nama Tuhan

Kau telah menghisap darah para syuhada

Di atas tanah yang kau rampas

Atas nama Tuhan

Kau telah memakan habis bangkai para martir

Di atas tanah yang diperebutkan

Tuhan telah kau bombardir

Luluh lantak, kemudian mati berkali-kali

(Indonesia, 01/12/2023)

—————————————————————————————————

Tawanan yang Menangis dan Tertawa

Orang-orang saling bertukar nyawa

Tawanan yang menangis dan terluka

Penjara itu tanah Gaza

Air hujanpun tak boleh dibawa

Penjara itu adalah rumah

yang dirampas dengan serakah

Orang-orang saling bertukar nyawa

Tawanan yang bisa tersenyum dan tertawa

Penjara itu istana

Tempat kalian dilayani bagaikan raja

Penjara itu adalah hampa

Tempat kalian pulang yang dipimpin oleh para pendusta

(Indonesia, …/11/2023)

—————————————————————————–

Paku Pemilu Pilu

Awal februari

Satu minggu menjelang pemilu

Orang-orang tidak bisa tenang

Krasak-krusuk di depan pintu

Menunggu paku

Terbungkus lembaran seratus ribu

Ada yang dua lembar

Tiga lembar

Hingga sepuluh lembar

ya, mungkin

Awal Februari

Satu minggu menjelang pemilu

Orang-orang senang menghina dirinya

Menusuk-nusuk paku disekejur tubuh

Mengeluarkan darah berbau busuk

lalu memakan dagingnya sendiri

Telah hancur martabatnya

Memperjual belikan suara

Seratus Ribu

Dua Ratus Ribu

Hingga tak terhingga

ya, mungkin

Pertengahan februari

Satu menit menjelang pemilu

Orang-orang mematahkan paku

Merobek-robek kertas suara

Menghancurkan kotak suara

Membakar bilik suara

Kemudian menikam mati demokrasi

Pemilu pilu

Termakan janji palsu

(Indonesia, 2024)

————————————————————————–

Aksi Akal Sehat

Ini aksi akal sehat

yang lahir dari rahim Ibu Pertiwi

untuk kau yang telah membunuh hati nurani

Oligarki terus membully

Menikam demokrasi hingga mati

Pembunuh itu harus diadili

Tak peduli mereka bertangan besi

(Indonesia, 2024)

—————————————————————————————–

Waktu Kemenangan

pada malam-malam pergantian waktu

pembantaian tak pernah berhenti

kebiadaban terus saja membatu

kematian hanya perhitungan angka tanpa henti

pada malam-malam penuh bintang

bunga api menolak untuk mengembang

bara api tak sanggup lagi membakar ubi

bibir tak sanggup lagi menyeruput kopi

sedini waktu telah berganti

perlawanan tak pernah mati

kemenangan hampir mendekati

perang sudah harus disudahi

(Indonesia, 00.15 – 2024)

*Husin atau biasa dipanggil Ucin, lahir di Pekanbaru, 30 Oktober 1982. Selain sebagai Koordinator Teater Lorong, juga aktif pada kegiatan lintas disiplin seni, bergabung bersama Kolektif Nonblok (Laboratorium Ekosistem Seni dan Budaya Kontemporer).

Scroll to Top